Senin, 25 April 2016
Sabtu, 12 Maret 2016
SIFAT-SIFAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN (DALAM SURAH SURAT THA HA AYAT 10, SURAH AL-NUR AYAT 27 DAN SURAH AL-ZUMAR AYAT 8)
SIFAT-SIFAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
(DALAM SURAH SURAT THA HA AYAT 10, SURAH AL-NUR AYAT 27 DAN SURAH
AL-ZUMAR AYAT
8)
Noor Azmi (15770062)
A. Pendahuluan
Tafsir merupakan salah satu cara untuk
mengetahui makna dalam suatu ayat atau surah dalam al-Qur’an. Tanpa menggunakan
tafsir seseorang akan kesulitan dalam mengungkapkan apa yang seharusnya
diketahui. Walaupun ada yang berpendapat tanpa melewati tafsir seseorang tidak
akan mampu memahami makna terdalam dari al-Qur’an. Kendatipun demikian sebagai
manusia tentu makna “otoritatif” adalah hal yang mutlak bagi-Nya mengetahui apa
yang disampaikan melalui Kalam-nya yakni al-Qur’an. Namun disisi lain al-Qur;an
sendiri memberikan kewenangan bagi pembacanya untuk melakukan sebuah perenungan
yang mendalam mengenai pesan-pesan yang disampaikan. Sebagaimana yang diketahui
dan diyakini, al-Qur’an diturunkan Allah
sebagai petunjuk dan pembimbing mahluk –mahluk disetiap ruang dan waktu.[1]
PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
PARADIGMA PENDIDIKAN
KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Nurul
Azizah (1577009)
A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan sumber dari seluruh ajaran Islam
sebagai wahyu Allah yang terakhir dan menjadi rahmat, hidayah dan syifa bagi
seluruh manusia. Ia diturunkan Allah kepada nabi Muhammad Saw. untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.Dan tidak
bisa disangkal bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya banyak
mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter.
Bahkan Islam merupakan sumber karakter yang
universal. Salah satu konsep dasar bahwa Islam adalah sumber akhlak telah
dikemukakan sendiri oleh Nabi, berkaitan dengan tugas beliau sebagai seorang
utusan Allah “sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Hadits tersebut menunjukan betapa Islam
sangat memperhatikan nilai-nilai akhlak. Akhlak memang menempati posisi yang
sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu
berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq
al-karimah[5].
TAFSIR TEMATIK TENTANG SPIRITUAL
TAFSIR
TEMATIK TENTANG SPIRITUAL
Fauzan Tamami (15770017)
A. Pendahuluan
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi
manusia. Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa petunjuk yang dibawanya adalah yang
paling baik dan paling tepat. Oleh karena itu manusia diperintahkan Tuhan agar
memikirkan dan menggali isi Al-Qur’an sehingga hidayah dan pelajaran dapat
dipetik darinya. Usaha manusia untuk memahami Al-Qur’an serta menjelaskan makna
hukum dan hikmah yang terkandung didalamnya, itu disebut tafsir.[1]
Sedangkan cara yang terpikir baik-baik untuk memudahkan pelaksanaan penafsiran
tersebut itulah yang kita sebut dengan metodologi.
Metodologi tafsir dapat diartikan sebagai pengetahuan
mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas dan mereflesikan kandungan
Al-Qur’an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga
menghasilkan suatu karya tafsir yang represensif. Secara historis setiap
penafsiran menggunakan satu atau lebih metode dalam menafsirkan
Al-Qur’an. Metode-metode tersebut tergantung kepada kecendrungan dari sudut
pandang mufasir, serta latar belakang keilmuan dan aspek-aspek lain yang
melingkupinya.
KECERDASAN SPIRITUAL
KECERDASAN SPIRITUAL
Nurisan doloh
(15770064)
A. Pendahuluan
Jika kita amati banyak studi berkaitan dengan
intelegensi, studistudi tersebut menghasilkan perkembangan pesat dalam berbagai
fungsi dan kontroversi apa yang disebut intelegensi, kecerdasan ataupun
quotient. Saat ini pada akhir abad kedua puluh, serangkaian data ilmiah
terbaru, yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya “Q”
ketiga.Gambaran utuh mengenai perbincangan kecerdasan manusia ini dilengkapi
dengan adanya kecerdasan spiritual.Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, dan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
makna yang lebih luas.Sejak lahir manusia memiliki fitrah untuk berkembang
sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan fitrah, kecerdasan sudah ada sejak
manusia dilahirkan, tetapi yang mewarnai selanjutnya adalah lingkungan dan
keluarga.Kecerdasan spiritual adalah sangat fundamental sebagai landasan awal
pembentukan generasi. Kecerdasan spiritual seseorang akan memberi pada
intelektualnya (IQ) dan emosionalnya (EQ).
HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM AL-QUR’AN DAN TAFSIRNYA
HAK
ASASI MANUSIA (HAM)
DALAM AL-QUR’AN DAN TAFSIRNYA
Abdul Rahim Karim
(15770001)
A. Pendahuluan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak
yang dibawa manusia sejak dia lahir dan melekat padanya sebagai pemberiandari
Allah SWT dan bersifat bebas(merdeka) sehingga harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi oleh individu, masyarakat dan negara. Hingga saat ini, masalah Hak
Asasi Manusia (HAM) masih menjadi sebuah polemik yang tak terselesaikan. HAM
seakan-akan menjadi sesuatu yang mahal, yang tidak semua manusia berhak
memilikinya. Sejarah mencatat keadaan dunia sebelum datangnya Al-Qur’an, yaitu
sering terjadinya tindakan diskriminasi terhadap masyarakat minoritas, kaum
perempuaan, dan masyarakat miskin. Contohnya seperti, kebanyakan orang Syria
yang menjual anaknya untuk melunasi hutang mereka, disamping itu, disana sering
terjadi kedzaliman-kedzaliman penguasa dan perbudakan. Atau juga kebiasaan yang
terjadi di bangsa Arab, yang senang mengubur bayi perempuannya secara hidup-hidup,
dll.
TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK
TAFSIR AYAT-AYAT
POLITIK
Ahmad
Mushollin (15770044)
A. Pendahuluan
Al-Quran tidak menyatakan secara
eksplisit bagaimana sistem politik terwujud. Tetapi ia menegaskan bahwa
kekuasaan politik dijanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh. Ini
berarti sistem politik terkait dengan kedua faktor tersebut. Pada
sisi lain keberadaan sebuah sistem politik terkait pula denganruang dan waktu.
Ini berarti ia adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat
dilepaskan dari dimensi kesejarahan. Karena itu lahirnya sistem politik islam
harus ditelusuri dari sebuah peristiwa sejarah.
Dalam hal ini peristiwa yang dimaksud
adalah baiat atau mubayaah keislaman,sebuah perikatan berisi pengakuan dan
penaklukan diri kepada islam sebagai agama.Konsekuensi dari baiat tersebut
adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yangyang dikendalikan oleh
kekuasaan yang dipegang Rasulullah SAW.
Perkembangan lebih lanjut dari sistem
politik tersebut terjadi setelahRasulullah hijrah ke Madinah. Disini sistem
politik tersebut memiliki supremasi ataskota Madinah yang ditandai dengan
keluarnya Piagam Madinah (1 H).
Rasulullah menjalankan sistem politik
tersebut sesuai dengan prinsip-prinsipal-Quran tentang politik. Lalu
bagaimanakah konsep dan prinsip politik islam dalam pandangan al-Quran?
PENTINGNYA AIR DALAM PERTANIAN
PENTINGNYA AIR DALAM PERTANIAN
Nishfatul Qomariyah
(15770065)
A. Pendahuluan
Bila kita mengamalkan Al-Quran sebagai usaha kita
mengimplementasikan kemakmuran umat, maka petunjuk-NYA harus kita lihat dan
memahami dengan ilmu dan amalan yang sesungguhnya. Petunjuk detil tentang
tahap-tahap pemakmuran bumi ini ada seperti
yang tertuang dalam surat Yasin ayat 33-35.
Ketika penciptaan
bumi dan langit serta bermaksud menciptakan manusia diatas bumi ini, Allah SWT
pun lantas menciptakan air didalam bumi yang menjadi sumber penghimpunan
manusia dan semua biota yang ada disekitarnya.
Kadang
kadang kita terlalu sibuk dengan mencari ilmu di internet, buku, majalah dan
sebagainya dan terlupa bahawa di dalam Al Quran terdapat banyak ayat-ayat yang
menceritakan hal yang berkaitan pertanian. Ianya berbentuk soalan (yang perlu
kita fikirkan), panduan, peringatan dan sebagainya. Kita (petani) perlu
mengambil perhatian akan isi Al-Quran yang sungguh lengkap. Cuma kita kita yang
sering terlupa.
MEMAKMURKAN BUMI DENGAN PERTANIAN
MEMAKMURKAN
BUMI DENGAN PERTANIAN
Hasby
Maulidzana Al-Amin (15770051)
A. Pendahuluan
Al-Qur’an
adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim dimanapun berada.
Al-Qur’an adalah sumber hukum bagi umat Islam dalam menjalani amal ibadah
kepada Allah SWT. Karena dari al-Qur’an lah kita dapat memahami apa saja yang
diperintahkan oleh Allah dan yang dilarangNya. Al-Qura’n juga adalah sebuah
bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan. Maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin nabi
Muhammad SAW yang membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal-hal gaib dan
wawasan yang luar biasa luas yang tidak mungkin seseorang dapat mengetahuinya
dengan sendirinya.
RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN
RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN
Moch. Irfan Ubaidillah (15770023)
A.
Pendahuluan
Manusia
diberikan anugerah berupa anatomi tubuh yang begitu sempurna oleh Allah SWT. Mereka juga diberikan kebebasan dalam
bertindak maupun berpikir, meskipun ada batasan-batasan tertentu yang
membatasinya. Manusia juga diberikan anugerah berupa indera, baik indera
penglihatan, peraba, perasa, pendengar dan indera penciuman. Sangat luar biasa
ketika manusia bisa menggunakan ke lima inderanya dengan baik dan benar sesuai
perintah Allah SWT dan yang telah dicontohkan oleh RasulNya. Sebaliknya,
manusia akan merasakan hal yang tidak biasa baik sakit ataupun nyeri pada ke
lima anggota inderanya maupun anggota tubuh lainnya jika tidak bisa menjaga dan
merawat tubuhnya dengan baik.
TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN
TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN
Ahmad Alie Faza (15770046)
A. Pendahuluan
Kesehatan
merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia karena dengan
kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan nyaman dan banyak berbuat
kebaikan dengan memberi manfaat kepada sesama. Sementara manusia adalah makhluk
yang kompleks yang terdiri atas unsur fisik, psikis, sosial dan spiritual, maka
manakala seseorang mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan
penyembuhan secara menyeluruh.[1]
Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan psikis.
Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sendiri, tidak
kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis adalah substansi
imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi, mempunyai daya mengetahui
dan menggerakan, kekal dan berada di dunia metafisik.
KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA: TAFSIR PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR AL AZHAR DENGAN TAFSIR AL MARAGHI
KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA: TAFSIR PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR AL AZHAR DENGAN TAFSIR AL MARAGHI
BUDI PRASETYO M. (15770039)
A. Pendahuluan
Al-Qur’an telah memperkenalkan dirinya antara lain
sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi umat manusia). Sebagai kitab petunjuk
atau kitab keagamaan, ternyata tidak sedikit kita jumpai di dalamnya tentang
fenomena-fenomena kealaman atau yang dalam terminologi al-Qur’an biasa disebut
sebagai al-ayat al-kauniyah. Salah satu tema yang menyangkut problem
keilmuan modern yang diilustrasikan oleh al-Qur’an antara lain fenomena tentang
asal-usul kejadian manusia, yaitu yang dalam al-Qur’an ditampilkan sebagai
suatu wujud yang berasal dari tanah (QS. Nuh: 17-18; Thaha: 55).[1]
Ayat-ayat senada yang menjelaskan tentang asal-usul
manusia dari tanah ini sangat banyak jumlahnya. Adapun term-term yang digunakan
al-Qur’an untuk menyebut hal itu, antara lain (1) thurab (QS. 22: 5);
(2) thin (QS. 6: 2); (3) thin lazibin (QS. 37: 11); (4) sulalah
min thin (QS. 23: 126); (5) shalshal min hamaim masnun (QS. 15: 26);
dan sebaginya.
LINGKUNGAN HIDUP PERSEPEKTIF ISLAM
LINGKUNGAN HIDUP
PERSEPEKTIF ISLAM
Bambang
Baiturrahman (15770072)
A. Pendahuluan
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini telah sampai
pada tahap serius yang mengancam eksistensi planet bumi dan kehidupan para
penghuninya. Perlahan tetapi pasti system lingkungan yang menopang kehidupan
manusia mengalami kerusakan yang semakin parah. Indikator kerusakan lingkungan
yang nampak terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahan seperti banjir,
erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kuantitas
dan kualitas) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa wilayah
negara. Polusi air dan udara, pemanasan global, kerusakan biodiversitas,
kepunahan spesies tumbuhan dan hewan serta ledakan hama dan penyakit merupakan
gejala lain yang tak kalah seriusnya. Mewabahnya penyakit hewan dan manusia
yang mematikan akhir-akhir ini mulai dari demam berdarah, flu burung hingga
HIV, juga sebenarnya merupakan akibat dan dampak tidak langsung karena telah
terjadinya gangguan keseimbangan dan kerusakan lingkungan fisik maupun
non-fisik di permukaan bumi.
MAKNA SABAR DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 45 DAN 153
MAKNA
SABAR DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 45 DAN 153
Ely
Fitriani (1577012)
A. Pendahuluan
Problema
yang dihadapi manusia di dunia ini sangatlah berbeda-beda. Dalam menghadapi cobaan
yang ada, salah satunya yaitu dengan cara bersabar diri. Al-Qur`an adalah petunjuk
dan syariat Allah yang sempurna bagi umat manusia, baik yang berkaitan dengan
urusan agama maupun yang berkaitan dengan urusan dunia. Allah SWT telah
menganjurkannya untuk bersabar, bahwa semua apa yang menimpanya dalam kehidupan
di dunia tidak lain cobaan dari Allah SWT banyak mufassir melakukan penafsiran
terhadap ayat Al-Qur’an agar permasalahan yang ada di sekitarnya dapat
diselesaikan dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Menghadapi hidup ini, setiap manusia
tentunya ingin tetap sehat baik lahir maupun batin, sebagai solusi
mengatasinya adalah selalu
sabar dan tegar dalam
situasi dan kondisi
yang baik dan
buruk dengan tetap
dilandasi iman dan taqwa
pada Allah SWT.
Apapun bentuknya, baik
itu berupa nikmat
atau musibah hendaknya diterima
sebagai karunia Allah
SWT yang wajiB disyukuri sesuai
dengan ketentuan syariat
agama Islam.
Rabu, 09 Maret 2016
TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMOMI DALAM ISLAM
TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMOMI DALAM ISLAM
Jamal Siregar (15770020)
A. Pendahuluan
Sejak
Manusia dilahirkan dan bergaul, tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan
bersama-sama, yaitu setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka
masing-masing. Karena kebutuhan hidup seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi
oleh dirinya sendiri. Makin luas pergaulan mereka bertambah kuatlah
ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu.[1]
TAFSIR MAUDU’I MEMBUDAYAKAN DISKUSI PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH AN-NAHL AYAT 125, SURAH AL-LUQMAN AYAT 13 19, DAN SURAH AL-ANKABUT AYAT 46
TAFSIR MAUDU’I
MEMBUDAYAKAN DISKUSI PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH AN-NAHL AYAT 125, SURAH
AL-LUQMAN AYAT 13 19, DAN SURAH
AL-ANKABUT AYAT 46
Eva Kholisina Ilmatun
Nafiah (13771027)
A. Pendahuluan
Seperti yang kita
ketahui bahwa mempelajari al-Qur’an bagi setiap muslim itu adalah hal yang
merupakan salah satu aktivitas terpenting. Al-Qur’an adalah kitab yang memancar
dirinya aneka ilmu, karena kitab suci itu mendorong untuk melakukan pengamatan
dan penelitian dan merupakan kalam Allah swt. yang tiada keraguan didalamnya. Hal
ini tentu saja sangat penting artinya bagi umat manusia karena tujuan utama
diturunkan kitab suci tersebut adalah untuk menuntun kehidupan manusia ke jalan
yang benar yang berujung pada tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mulai
dari tuntunan tauhid, syari’ah, kisah teladan, budaya, pengetahuan semesta alam,
pendidikan, hingga sosial. Dalam
hal ini
penulis tertarik untuk membahas tentang budaya yang ilmiah yakni budaya diskusi yang telah membudaya di
dunia sosial pelajar hingga mahasiswa maupun umum.
Tasyakuran atau Walimah menurut Al Qur’an Surat Al Ahzab Ayat 53-54
Tasyakuran atau Walimah
menurut Al Qur’an Surat Al Ahzab Ayat 53-54
Nur
Hidayah (15770018)
A. Pendahuluan
Menurut Quraish Shihab seorang mahasiswa yang
membaca kitab tafsir semacam Tafsir An Nur karya Prof Hasby As
Shiddiqie, atau Al Azhar karya Hamka, kemudian berdiri menyampaikan
kesimpulan tentang apa yang di bacanya, tidaklah berfungsi menafsirkan ayat.
Dengan demikian, syarat yang dimaksud diatas tidak harus dipenuhinya. Tetapi,
apabila ia berdiri untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam bidang tafsir,
maka apa yang dilakukannya tidak dapat direstui, karena besar kemungkinan ia
akan terjerumus kedalam kesalahan-kesalahan yang menyesatkan. Adapun
faktor-faktor yang mengakibatkan kekeliruan dalam penafsiran antara lain
adalah:
1. Subjektifitas
mufasir;
2. Kekeliruan
dalam menerapkan metode atau kaidah;
3. Kedangkalan
dalam ilmu-ilmu alat;
4. Kedangkalan
pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat;
5. Tidak
memperhatikan konteks, baik asbabun al nuzul, hubungan antaraayat, amaupun
kondisi sosial masyarakat;
6. Tidak
memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan ditujukan.
Karena semakin meluasnya ilmu pengetahuan dibutuhkan
kerja sama para pakar dalam berbagai disiplin ilmu untuk bersama-sama
menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Hal tersebut mengakibatkan adanya
batasan-batasan dalam penafsiran Al Qur’an, masih ditemukan pula beberapa
pembatasan menyangkut perincian penafsiran, khususnya dalam tiga bidang, yaitu
perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan bahasa.
PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM
PENDIDIKAN
ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM
SURAT LUQMAN
Fitriyah (15770019)
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah
satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti
tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu
pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu
mengantisipasi tuntutan masyarakat yang
dinamis. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi
seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena
pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas,
potensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui
menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi
paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi
paripurna. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut Sistem pendidikan nasional (
SISDIKNAS ) UU RI No Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan : “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan demikian secara
konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik
menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam aspek skill,
kognitif, afektif, psikomotorik, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini
membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik
mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak
memungkinkan menjadi pribadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif
dan spiritual.Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak
sebagai penerus bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan
ilmu yang bisa menjadi dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan
dengan bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang
saling berdiskusi. Sebagaimana dalam surat Luqman
kita ketahui, banyak petuah-petuah yang beliau berikan padanya agar menjadi
seorang hamba yang baik budi serta iman pada Ilahi.
KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN
KOMUNIKASI DALAM
AL-QUR’AN
Muhammad Hasan Suryawan (15770006)
A. Pendahuluan
Pada era ini seringkali kita menemukan siswa yang
harus keluar masuk ruang Bimbingan Konseling karena berbagai hal, salah satu
diantaranya adalah karena berkata tidak sopan kepada gurunya, seperti yang
terjadi di SMU Negeri 4 Tanjung Pinang Riau, dimana empat orang siswa menghina
gurunya di facebook dan pada akhirnya mereka ada yang dikeluarkan dari sekolah.[1]
begitu pula sebaliknya, ada guru yang dilaporkan ke kantor polisi karena perkataannya
yang tidak senonoh. Ada pepatah mengatakan “mulutmu harimaumu” nampaknya
pepatah ini sangat relevan dengan kasus tersebut.
Jika dicermati lebih lanjut, ada beberapa hal yang
salah dalam proses pembelajaran disini. Guru pada hakikatnya adalah contoh bagi
anak didiknya, baik dari segi perkataan maupun perbuatan. Untuk menanggapi
kasus diatas, siswa yang disini sebagai seorang yang bersalah tidak bisa
disalahkan begitu saja, hal-hal yang menyebabkan siswa tersebut berperilaku
demikian juga harus dicermati lebih lanjut.Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
manusia telah banyak mengajarkan kita dalam berbagai hal, termasuk terkait cara
berkomunikasi yang baik antara siswa dan guru baik dalam proses pembelajaran
maupun di luar proses pembelajaran.
Langganan:
Postingan (Atom)