KECERDASAN SPIRITUAL
Nurisan doloh
(15770064)
A. Pendahuluan
Jika kita amati banyak studi berkaitan dengan
intelegensi, studistudi tersebut menghasilkan perkembangan pesat dalam berbagai
fungsi dan kontroversi apa yang disebut intelegensi, kecerdasan ataupun
quotient. Saat ini pada akhir abad kedua puluh, serangkaian data ilmiah
terbaru, yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya “Q”
ketiga.Gambaran utuh mengenai perbincangan kecerdasan manusia ini dilengkapi
dengan adanya kecerdasan spiritual.Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, dan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
makna yang lebih luas.Sejak lahir manusia memiliki fitrah untuk berkembang
sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan fitrah, kecerdasan sudah ada sejak
manusia dilahirkan, tetapi yang mewarnai selanjutnya adalah lingkungan dan
keluarga.Kecerdasan spiritual adalah sangat fundamental sebagai landasan awal
pembentukan generasi. Kecerdasan spiritual seseorang akan memberi pada
intelektualnya (IQ) dan emosionalnya (EQ).
Sekarang kita lihat bagaimana definisi spritualitas
dalam persfektif Islam.Sprituality dalam bahasa Arab disejajarkan dengan
istilah rohaniyah.Muhammad Husain Abdullah dalam Mafahim Islamiyah
mendefinisikan ruhaniyah sebagai Idrak Shillah Billahi (kesadaran hubungannya
dengan Allah SWT).Hidup dengan spritualitas yang tinggi berarti sebuah
kehidupan yang berada dalam kondisi iman yang baik (jawwu iman). Perasaan ini
mendorong seorang muslim mengikatkan diri dengan segala perintah dan segala
larangan Allah SWT dengan penuh ridho serta ketenangan (thumaninah).
Singkatnya, muslim dengan tingkatspritualitas tinggi memiliki cara hidup Islam
yang totalitas. Segala sesuatudiukur dari kesesuaian dengan aqidah dan syariat
Islam.
Kecerdasan spiritual adalah inti kecerdasan kita, SQ
mampu membuat kita menyadari siapa kita sesunguhnya dan bagaimana kita memberi
makna terhadap hidup kita dan seluruh dunia kita .memang, SQ mengarahkan hidup
kita untuk selalu berhubungan dengan kebermaknaan hidup, agar hidup kita
menjadi lebih bermakna, seperti, berbuat baik kepada orang lain, tidak sombong,
angkuh, takabur dan lain-lain.
Kecerdasan, sebagaimana dinyatakan oleh Ali Bin Abi Thalib, adalah
karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada manusia.Ia akan mencapai puncak
aktualisasinya jika dipergunakan, sebagaimana visi keberadaan manusia yang
ditetapkan Tuhan baginya. Karena itu ketika manusia belajar atau meningkatkan
kecerdasan, yang didorong oleh halhal yang murni, manusiawi, dan rasa ingin tahu
untuk mencapai kebenaran dan berdasarkan fitrah itu sendiri, maka kecerdasan
akan aktual secara optimum dan murni. Inilah yang kita sebut sebagai kecerdasan
spiritual.
Kita sebut sebagai kecerdasan spiritual, dan
bukannya kecerdasan lainnya, karena kecerdasan jenis ini sesungguhnya tumbuh
dari fitrah manusia itu sendiri, kecerdasan jenis ini tidak diketahui melalui
pelatihan, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri.Ia memancar
dari kedalaman diri manusia itu sendiri, jika dorongan-dorongan keingintahuan
dilandasi kesucian, ketulusan tanpa presentasi egoisme. Pada sisi lain. Manusia
juga harus melakukan pendakian yang bersifat transendental, atau menjalani
hidup spiritual secara intensif.
Seperti tokoh Islam Luqman Hakim yang selalu
mengajarkan kepada anaknya tentang amar ma’ruf nahi munkar. Dalam Al-Quran ada
satu surat bernama Surat Luqman, dimana dijelaskan prioritas yang harus
diberikan untuk pendidikan anak-anak itu. Seperti diketahui, Luqmanul Hakim,
adalah seorang ahli hikmat zaman dahulu, yang telah berhasil mendidik
anak-anaknya sehingga Allah SWT melestarikan hal itu menjadi contoh tauladan.
Dari sini juga terdapat pemikiran Luqman Hakim diantaranya: larangan
mempersekutukan Allah, perintah beramal shaleh, perintah mendirikan shalat, larangan
bersikap sombong dan angkuh, perintah untuk bersikap sederhana. Akan tetapi
dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan menjadi enam pokok, pendidikan iman,
tauhid, akhlaq, ibadah, sosial dan jihad dijalan Allah yang kesemuanya ini
dapat Suharsono. Melejitkan IQ, EQ, SQ. ( Depok: Inisiasi Press, 2005 ),
hlm . 151 meningkatkan kecerdasan spiritual dengan mengaktualisasikan
perintahperintah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian Luqman Hakim mengakhiri nasehat yang
mencakup pokok-pokok tuntutan agama, yang mana terdapat aqidah, syariat dan
akhlaq.Demikian luqman hakim mendidik anaknya bahkan memberi tuntutan kepada
siapapun yang ingin menelusuri jalan kebajikan.
B. Pembahasan
1. Pengertian kecerdasan spiritual
Menurut
Sa‘īd Hawwā, pendidikan spiritual dalam Islam merupakan pembersihan jiwa atau
perjalanan (al-sair) menuju Allah SWT, atau istilah-istilah lain yang
ditemukan dalam terminologi sufisme. Adapun dalam buku-buku pendidikan
spiritual, secara umum, seluruhnya dituangkan ke dalam satu wadah yang sama
yakni perpindahan dari jiwa yang kotor menuju jiwa yang bersih (al-muzakkā);
dari akal yang belum tunduk kepada syariat menuju akal yang sesuai dengan
syariat, dari hati yang keras dan berpenyakit menuju hati yang tenang dan
sehat; dari roh yang menjauh dari pintu Allah SWT, lalai dalam beribadah dan
tidak sungguh-sungguh melakukannya, menujuh roh yang mengenal (‘ārif)
Allah SWT, senantiasa melaksanakan hak-hak untuk beribadah kepada-Nya; dari
fisik yang tidak mentaati aturan syariat menuju fisik yang senantiasa memegang
aturan-aturan syariat Allah SWT. Singkatnya, dari yang kurang sempurna menuju
yang lebih sempurna dalam kebaikan dan mengikuti Rasulullah SAW baik perkataan,
tingkah laku dan keadaannya.[1]
-
Ahmad Suhailah Zain al-‘Ābidīn Hammād menulis bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan spiritual adalah penanaman cinta Allah di dalam hati peserta didik
yang menjadikannya mengharapkan rida Allah di setiap ucapan, perbuatan, sikap,
dan tingkah laku. Kemudian menjauhi hal-hal yang menyebabkan murka-Nya.[2]
-
Pendidikan spiritual merupakan bagian
pendidikan yang memberikan pengaruh kuat pada kepribadian seseorang;
menjadikannya cenderung kepada kebaikan, berhias dengan sifat-sifat mulia,
berpegang teguh–dalam pribadi dan tingkah laku–kepada akhlak mulia dengan teguh
dan konsisten, senang membantu yang lain dan cinta tolong menolong, memiliki
jiwa yang tenang dan optimis, menghadapi hidup dengan jiwa positif serta tekad
bulat tak tergoyahkan; meskipun rintangan dan problema menghambat upayanya
untuk terus melangkah dengan memohon bantuan Allah, berlindung kepada-Nya dalam
keadaan susah, bahaya, kesempitan, serta menyakini bantuan dan taufik-Nya.[3]
Kecerdasan
spiritual bukan doktrin agama yang mengajak umat manusia untuk cerdas dalam
memilih atau memeluk salah satu agama yang dianggap benar.Kecerdasan spiritual
lebih merupakan konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam
mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas
kehidupan spiritualnya. Kehidupan-kehidupan spiritual ini meliputi hasrat untuk
hidup bermakna (The Will To Meaning), yang memotivasi kehidupan manusia
untuk senantiasa mencari makna hidup (The Meaning Of Life), dan
mendambakan hidup bermkna (The Meaningfull Life).[4]
Dapat
juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah
dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan
ikhlas.47 Intelligensi spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang
tersimpan didalaam batu, Allah senantiasa mencahayai permata itu seperti
diungkapkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 35:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا
يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي
اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembusyang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang
minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya
di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya- Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”[5]
2. Aspek Kecerdasan Spiritual Yang Terkandung Pada
Pesan Luqman
a.
Surat
Luqman Ayat 12
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ
لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢)
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah
kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendir];
dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi
Maha Terpuji”[6]
Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin
sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga ia akan
tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kira-kira
dan tidak pula melaksanakan sesuatu dengan coba-coba.
Firmannya اناشكرلله adalah hikmah itu sendiri yang
dianugerahkan kepadanya, Sayyid Qutb menulis bahwa: hikmah, kandungan dan
konsekuenainya adalah syukur kepada Allah.[7]
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah telah
menganugerahkan kepada Luqman berupa hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal
pikiran dan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu luqman sampai kepada
pengetahuan hakiki dan jalan yang benar dan bahkan dapat pencapai kebahagian
abadi.Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada Luqman untuk senantiasa
bersyukur kepada-Nya.Mensyukuri nikmat Allah berarti berterima kasih kepada
Allah atas kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada dirinya. Bersyukur bukan
berarti untuk kepentingan-Nya, melainkan untuk kemashalatan diri sendiri bahkan
berguna bagi orang lain. Keuntunganya akan kembali kepada orang yang bersyukur
tadi.
Dari penjelasan tersebut nyatalah bahwa karunia yang
Allah berikan kepada manusia itu tidak terbatas, lantas apakah manusia tidak
mensyukurinya, sehingga syukur itu terbagi menjadi tiga bagian:
1) Syukur
dengan hati, yakni dengan menyadari sepenuh-penuhnya nikmat yang diperoleh
adalah semata-mata karena anugerah dan nikmat dari Allah. Syukur dengan hati
mengantarkan manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa harus
berkeberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.
2) Syukur
dengan lisan, Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber
nikmat adalah Allah sambil memuji-Ny. Di dalam al-qur’an pujian kepada Allah
disampaikan dengan redaksi ‘’al-hamdulillah’’. Hamd (pujian) disampaikan secara
lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si
pemuji ataupun kepada yang lain.
3) Syukur
dengan perbuatan, menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan
penciptaan atau penganugerahanya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh
menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkanya nikmat tersebut
oleh Allah
b.
Surat
Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا
بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat ini melukiskan Luqman mengamalkan hikmah yang
telah dianugerahkan kepadanya. Umat islam diperintah untuk meniru perilaku
Luqman. Adapun bentuk perintah Allah kepada Luqman adalah agar tidak
menyekutukan Allah.
Ada dua pendapat Luqman, yaitu:
1)
Luqman Ibn ‘Ad, tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepmimpinan,
ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai permisalan
dan perumpamaan
2)
Luqman al-Hakim, yang terkenal dengan kata-kata bijak dan
perumpamaan-perumpamaannya.
Dan juga Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan
perlunya menghindari syirik.Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran
tentang wujud keesaan Tuhan.Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan
mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan Sesutu yang buruk
sebelum melaksanakan yang baik.
Bahwasanya Banyak bentuk mempersekutukan Tuhan dengan
yang lainnya, seperti menyembah pohon atau kuburan keramat yang dianggap
memberi pertolongan, dan lain sebagainya.Dari ayat ini pula dapat dipahami
bahwa antara kewajiban orangtua kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan
didikan, sehinga anak-anak mereka menjadi anak yang shaleh, taat menjalankan
perintah Agama sehingga terhindar dari kesesatan dan kemusyrikan.
Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi
anak-anaknya.Orangtua tidak boleh menganggap cukup apabila telah menyediakan
segala kebutuhan fisiknya, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan
kesenangan lahiriyah lainnya.Justru yang sangat penting adlah memperhatikan
kebutuhan rohani berupa pendidikan Agama maupun pendidikan keilmua lainnya dan
keterampilan.
c. Surat Luqman Ayat 14-15
Pentingnya
seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara
Islami, dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ
بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا
مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥)
14. “Dan
Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.Hanya kepada Aku
kembalimu”.
15.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka
akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti
kepada orangtua, lebih-lebih kepada Ibu yang telah mengandung.Ayat ini tidak
menyebut jasa Bapak, tetapi menekankan pada jasa Ibu.Ini disebabkan karena ibu
berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan Ibu, berbeda
dengan Bapak. Di sisi lain,,” peranana Bapak” dalam konteks kelahiran anak,
lebih ringan dibanding dengan peranan Ibu. Betapapun peranan tidak sebesar
peranan ibu dalam proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena
itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahya, sebagai berdoa untuk ibunya. Karena
begitu besar jasa Ibu, dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa: Seorang sahabat
bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan
dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu,
kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat
kepadamu." (Mutafaq'alaih).
Karena
itulah, setiap anak harus menyadari perjuangan dan susah payah orangtuanya. Di
samping harus taat kepada ajaran agama, berbakti kepada kedua orang tua,
juga harus berusah keras belajar dan menunut ilmu pengetahuan terutama
ilmu-ilmu agama, sehingga mereka bersama-sama kedua orang tuanya memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.
Dalam surah lain pula disebutkan seperti surah
al-Baqarah:83, an-Nisa:36, al-An’am:151, dan al-Isra’:23 membahas tentang
perlunya berbakti kepada orang tua. Sedangkan surah Luqman menyampaikan
pesan untuk berbkati kepada orangtua dalam bentuk perintah Allah.
Ayat di atas menyatakan bahwa jika orang tua memask
untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya. Setiap perintah untuk
perbuatan maksiat,maka tidak boleh ditaati.namun demikian, jangan memutuskan
hubungam sitalurahmi dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang
tua.berbaktilah kepada mereka sepanjang tidak menyimpang dari ajaran Agama dan
bergaullah dengan mereka menyangkut keduniaan, bukan aqidah. Dalam surah
al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada
dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu
apa yang Telah kamu kerjakan.”
Hukum ini berlaku untuk seluruh Umat Nabi Muhammad,
yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orangtuanya yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Dan juga sebagaimana dalan sebuah riwayat bahwa Asma’
Putri Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih
musyrikah, Asma’ bertanya kepada nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka
Rasul saw memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan
memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kujungannya.
d. Surat Luqman Ayat 16-19
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧) وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا
تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(١٨)وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ
لَصَوْتُ الْحَمِيرِ(١٩)
16.
(Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah
Mahahalus lagi Mahateliti”.
17.
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang
ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang
penting”.
18.
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.
19.
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Dan firmannya: واقصدفيمشيك
dan sederhanalah kamu dalam berjalan, yaitu berjalanlah secara sederhana,
tiddak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan
pertengahan, dan firmannya: واغضضمنصوتك
dan lunakkanlah suaramu, yaitu janganlah engkau berlebih-lebihan dalam
berbicara dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang tidak bermanfaat,
untuk itu Allah berfirman: انانكرالاصواتلصوتالحمير sesungguhnya
seburuk-buruk suara adalah suara keledai. Mujahid dan para ulama berkata:
sesungguhnya seburukburuk suara adalah suara keledai, yaitu keterlaluan mengangkat
suaranya disamakan dengan keledai dalam ketinggian dan kekerasannyadan
disamping itu suara tersebut merupakan hal yang dimurkai di sisi Allah.
mengeraskan suara itu termasuk dari golongan yang menyerupai keledai.[8]
Aspek kecerdasan spiritual yang berikut ini adalah
sangat nampak dalam kehidupan nyata manusia sehari-hari yaitu berbaktikepada
kedua orang tua.keharusan berbakti kepada orang tua disertaipenjelasan susah
payahnya orang tua mengurus anak. Berbakti kepadakedua orang tua termasuk
perbuatan ibadah.Ayat diatas menunjukkanbahwa betapa penghormatan dan kebaktian
kepada orang tuamenempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah.[9]
3. Pendidikan yang Diberikan kepada
Anak
Wasiat Luqman kepada anaknya mengandung hukum-hukum
penting.Luqman memerintahkan kepada anaknya dasar agama, yaitu tauhid dan
melarangnya berbuat syirk, serta menerangkan pula sebab untuk
menjauhinya.Beliau juga memerintahkan berbakti kepada kedua orang tua dan
menerangkan sebab yang mengharuskan untuk berbakti kepada keduanya. Beliau juga
memerintahkan anaknya untuk bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua
orang tuanya, dan menerangkan, bahwa menaati perintah orang tua tetap dilakukan
selama orang tua tidak memerintahkan berbuat maksiat, meskipun begitu,
seseorang tetap tidak boleh mendurhakai orang tua, bahkan tetap berbuat baik
kepada keduanya. Luqman juga memerintahkan anaknya agar memiliki rasa
pengawasan Allah dan bahwa Dia tidaklah meninggalkan sesuatu yang kecil atau
yang besar kecuali Dia akan mendatangkannya. Luqman juga melarang anaknya agar
tidak bersikap sombong dan membanggakan diri, serta memerintahkan untuk
bertawadhu’, dan memerintahkannya agar tenang dalam bergerak dan agar
merendahkan suara.Demikian pula Beliau memerintahkan anaknya beramar ma’ruf dan
bernahi mungkar serta tetap mendirikan shalat dan berlaku sabar, di mana dengan
keduanya (shalat dan sabar), maka semua masalah menjadi mudah.
C. Kesimpulan
Dari beberapa materi studi di atas terkandung dalam
Al-Qur'an Surat Lukman telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim dan anaknya
dapat dikategorikan sebagai berikut.
Pertama “aqaaid” (iman) yang datang ke iman kepada
Allah, ini ditutupi oleh doktrin malaikat, kitab_Nya, nabi dan penilaian Qadar
dan membuat bahan ini tersedia dalam paragraf 12,13 dan 16.
Kedua, syariat Allah adalah sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan alam. Aturan syariah dibagi menjadi dua.Pemujaan
pertama seperti thaharah shalat, zakat, puasa dan haji Kedua, peraturan yang
mengatur mu'amalah Allah mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan aset dimaksud pada ayat syariah. 14:15 dan 17 Ketiga Akhlaq
etimologis Moralitas adalah suatu tindakan yang tidak ada hubungannya dengan
Khaliq (bangunan) Akhlaq termasuk moralitas manusia dan moralitas khaliqnya
manusia.Hal ini terkandung dalam paragraf 14.15, 18 dan 19, baik ibadah dan
muamalah moral yang pada dasarnya mulai dari iman.
D. Analisis Pendidikan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk
memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya
menggapaikualitas hanif dan ikhlas.Kecerdasan spiritual berfungsi
memberikanmakna hidup, agar seseorang dapat memandang hidup dengan
pandanganyang lebih luas.
Aspek kecerdasan spiritual dalam pandangan Luqman
yangterdapat dalam surat Luqman berikutnya adalah larangan bersikapsombong. dan
menurut Utsman Najati larangan bersikap sombong inimasuk kedalam aspek jiwa,
karena karena ia dapat menahan gejolakjiwanya ketika berinteraksi dan
bersosialisasi dengan sesame.Kedua aspek ini tergolong pada aspek jiwa dan
aspek soial karenaaspek social ini berhubungan dengan interaksi manusia
denganmanusia lainya, termasuk aspek jiwa karena bila seseorang tidakberjalan
dengan angkuh dan bersuara dengan sopan maka akanmembuat dirinya tenang.
[1] Sa’īd Hawā, Tarbiyatunā
al-Rūhīyah, (Kairo: Maktabah al-Wahbah, 1992), h. 69
[2] Ahmad Suhailah Zain al-’Ābidīn
Hammād, Mas’ūlīyah al-Usrah fī Tahshīn al-Syabāb min al-Irhāb,
(Lajnah al-’Ilmīyah lī al-Mu’tamar al-Ālamī ‘an Mauqif al-Islām min al-Irhāb,
2004M/1425H), h. 4
[3] Abd al-Hamīd al-Shaid
al-Zintānī, Usus al-Tarbīyah al-Islāmīyah fī al-Sunnah al-Nabawīyah,
(Tunis: Al-Dār al-’Arabīyah lī al-Kitāb, 1993), h. 326;
[4] Abdul mujib, yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa
Psikologi islami, (Jakarta: PT
Rajagrafindo
Persada, 2002), hlm. 325
[5] Departemen Agama RI, Al-Quran
Dan Terjemahnya (Badnung: CV Diponegoro,
2005),
hlm. 354
[6] Departemen Agama, Al-Quran
Surat Luqman (Bnadung: Diponegoro, 2007), hlm.
411.
[7] Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah Pesan Kesan Dan Kesersasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera
Hati, 2003) , hlm. 122
[9] Quraish Shihab, Op.cit.,
hlm. 130.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar