Sabtu, 12 Maret 2016

KECERDASAN SPIRITUAL



KECERDASAN SPIRITUAL
Nurisan doloh (15770064)

A.  Pendahuluan
Jika kita amati banyak studi berkaitan dengan intelegensi, studistudi tersebut menghasilkan perkembangan pesat dalam berbagai fungsi dan kontroversi apa yang disebut intelegensi, kecerdasan ataupun quotient. Saat ini pada akhir abad kedua puluh, serangkaian data ilmiah terbaru, yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya “Q” ketiga.Gambaran utuh mengenai perbincangan kecerdasan manusia ini dilengkapi dengan adanya kecerdasan spiritual.Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, dan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam makna yang lebih luas.Sejak lahir manusia memiliki fitrah untuk berkembang sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan fitrah, kecerdasan sudah ada sejak manusia dilahirkan, tetapi yang mewarnai selanjutnya adalah lingkungan dan keluarga.Kecerdasan spiritual adalah sangat fundamental sebagai landasan awal pembentukan generasi. Kecerdasan spiritual seseorang akan memberi pada intelektualnya (IQ) dan emosionalnya (EQ).

Sekarang kita lihat bagaimana definisi spritualitas dalam persfektif Islam.Sprituality dalam bahasa Arab disejajarkan dengan istilah rohaniyah.Muhammad Husain Abdullah dalam Mafahim Islamiyah mendefinisikan ruhaniyah sebagai Idrak Shillah Billahi (kesadaran hubungannya dengan Allah SWT).Hidup dengan spritualitas yang tinggi berarti sebuah kehidupan yang berada dalam kondisi iman yang baik (jawwu iman). Perasaan ini mendorong seorang muslim mengikatkan diri dengan segala perintah dan segala larangan Allah SWT dengan penuh ridho serta ketenangan (thumaninah). Singkatnya, muslim dengan tingkatspritualitas tinggi memiliki cara hidup Islam yang totalitas. Segala sesuatudiukur dari kesesuaian dengan aqidah dan syariat Islam.
Kecerdasan spiritual adalah inti kecerdasan kita, SQ mampu membuat kita menyadari siapa kita sesunguhnya dan bagaimana kita memberi makna terhadap hidup kita dan seluruh dunia kita .memang, SQ mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan kebermaknaan hidup, agar hidup kita menjadi lebih bermakna, seperti, berbuat baik kepada orang lain, tidak sombong, angkuh, takabur dan lain-lain.     Kecerdasan, sebagaimana dinyatakan oleh Ali Bin Abi Thalib, adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada manusia.Ia akan mencapai puncak aktualisasinya jika dipergunakan, sebagaimana visi keberadaan manusia yang ditetapkan Tuhan baginya. Karena itu ketika manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan, yang didorong oleh halhal yang murni, manusiawi, dan rasa ingin tahu untuk mencapai kebenaran dan berdasarkan fitrah itu sendiri, maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni. Inilah yang kita sebut sebagai kecerdasan spiritual.
Kita sebut sebagai kecerdasan spiritual, dan bukannya kecerdasan lainnya, karena kecerdasan jenis ini sesungguhnya tumbuh dari fitrah manusia itu sendiri, kecerdasan jenis ini tidak diketahui melalui pelatihan, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri.Ia memancar dari kedalaman diri manusia itu sendiri, jika dorongan-dorongan keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan tanpa presentasi egoisme. Pada sisi lain. Manusia juga harus melakukan pendakian yang bersifat transendental, atau menjalani hidup spiritual secara intensif.
Seperti tokoh Islam Luqman Hakim yang selalu mengajarkan kepada anaknya tentang amar ma’ruf nahi munkar. Dalam Al-Quran ada satu surat bernama Surat Luqman, dimana dijelaskan prioritas yang harus diberikan untuk pendidikan anak-anak itu. Seperti diketahui, Luqmanul Hakim, adalah seorang ahli hikmat zaman dahulu, yang telah berhasil mendidik anak-anaknya sehingga Allah SWT melestarikan hal itu menjadi contoh tauladan. Dari sini juga terdapat pemikiran Luqman Hakim diantaranya: larangan mempersekutukan Allah, perintah beramal shaleh, perintah mendirikan shalat, larangan bersikap sombong dan angkuh, perintah untuk bersikap sederhana. Akan tetapi dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan menjadi enam pokok, pendidikan iman, tauhid, akhlaq, ibadah, sosial dan jihad dijalan Allah yang kesemuanya ini dapat Suharsono. Melejitkan IQ, EQ, SQ. ( Depok: Inisiasi Press, 2005 ), hlm . 151 meningkatkan kecerdasan spiritual dengan mengaktualisasikan perintahperintah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian Luqman Hakim mengakhiri nasehat yang mencakup pokok-pokok tuntutan agama, yang mana terdapat aqidah, syariat dan akhlaq.Demikian luqman hakim mendidik anaknya bahkan memberi tuntutan kepada siapapun yang ingin menelusuri jalan kebajikan.

B.  Pembahasan
1.    Pengertian kecerdasan spiritual
Menurut Sa‘īd Hawwā, pendidikan spiritual dalam Islam merupakan pembersihan jiwa atau perjalanan (al-sair) menuju Allah SWT, atau istilah-istilah lain yang ditemukan dalam terminologi sufisme. Adapun dalam buku-buku pendidikan spiritual, secara umum, seluruhnya dituangkan ke dalam satu wadah yang sama yakni perpindahan dari jiwa yang kotor menuju jiwa yang bersih (al-muzakkā); dari akal yang belum tunduk kepada syariat menuju akal yang sesuai dengan syariat, dari hati yang keras dan berpenyakit menuju hati yang tenang dan sehat; dari roh yang menjauh dari pintu Allah SWT, lalai dalam beribadah dan tidak sungguh-sungguh melakukannya, menujuh roh yang mengenal (‘ārif) Allah SWT, senantiasa melaksanakan hak-hak untuk beribadah kepada-Nya; dari fisik yang tidak mentaati aturan syariat menuju fisik yang senantiasa memegang aturan-aturan syariat Allah SWT. Singkatnya, dari yang kurang sempurna menuju yang lebih sempurna dalam kebaikan dan mengikuti Rasulullah SAW baik perkataan, tingkah laku dan keadaannya.[1]
- Ahmad Suhailah Zain al-‘Ābidīn Hammād menulis bahwa yang dimaksud dengan pendidikan spiritual adalah penanaman cinta Allah di dalam hati peserta didik yang menjadikannya mengharapkan rida Allah di setiap ucapan, perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Kemudian menjauhi hal-hal yang menyebabkan murka-Nya.[2]
-  Pendidikan spiritual merupakan bagian pendidikan yang memberikan pengaruh kuat pada kepribadian seseorang; menjadikannya cenderung kepada kebaikan, berhias dengan sifat-sifat mulia, berpegang teguh–dalam pribadi dan tingkah laku–kepada akhlak mulia dengan teguh dan konsisten, senang membantu yang lain dan cinta tolong menolong, memiliki jiwa yang tenang dan optimis, menghadapi hidup dengan jiwa positif serta tekad bulat tak tergoyahkan; meskipun rintangan dan problema menghambat upayanya untuk terus melangkah dengan memohon bantuan Allah, berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah, bahaya, kesempitan, serta menyakini bantuan dan taufik-Nya.[3]
Kecerdasan spiritual bukan doktrin agama yang mengajak umat manusia untuk cerdas dalam memilih atau memeluk salah satu agama yang dianggap benar.Kecerdasan spiritual lebih merupakan konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan-kehidupan spiritual ini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (The Will To Meaning), yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (The Meaning Of Life), dan mendambakan hidup bermkna (The Meaningfull Life).[4]
Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas.47 Intelligensi spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang tersimpan didalaam batu, Allah senantiasa mencahayai permata itu seperti diungkapkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 35:
 اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembusyang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya- Nya  siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.[5]
2.    Aspek Kecerdasan Spiritual Yang Terkandung Pada Pesan Luqman
a.    Surat Luqman Ayat 12
  وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢) 
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendir]; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji”[6]
Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga ia akan tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kira-kira dan tidak pula melaksanakan sesuatu dengan coba-coba.
Firmannya اناشكرلله adalah hikmah itu sendiri yang dianugerahkan kepadanya, Sayyid Qutb menulis bahwa: hikmah, kandungan dan konsekuenainya adalah syukur kepada Allah.[7]
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah telah menganugerahkan kepada Luqman berupa hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran dan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu luqman sampai kepada pengetahuan hakiki dan jalan yang benar dan bahkan dapat pencapai kebahagian abadi.Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada Luqman untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.Mensyukuri nikmat Allah berarti berterima kasih kepada Allah atas kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada dirinya. Bersyukur bukan berarti untuk kepentingan-Nya, melainkan untuk kemashalatan diri sendiri bahkan berguna bagi orang lain. Keuntunganya akan kembali kepada orang yang bersyukur tadi.
Dari penjelasan tersebut nyatalah bahwa karunia yang Allah berikan kepada manusia itu tidak terbatas, lantas apakah manusia tidak mensyukurinya, sehingga syukur itu terbagi menjadi tiga bagian:
1)   Syukur dengan hati, yakni dengan menyadari sepenuh-penuhnya nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan nikmat dari Allah. Syukur dengan hati mengantarkan manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa harus berkeberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.
2)   Syukur dengan lisan, Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Ny. Di dalam al-qur’an pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi ‘’al-hamdulillah’’. Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji ataupun kepada yang lain.
3)   Syukur dengan perbuatan, menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahanya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkanya nikmat tersebut oleh Allah
b.   Surat Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
Dan (ingatlah) ketika Luqman  berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat ini melukiskan Luqman mengamalkan hikmah yang telah dianugerahkan kepadanya. Umat islam diperintah untuk meniru perilaku Luqman. Adapun bentuk perintah Allah kepada Luqman adalah agar tidak menyekutukan Allah.
Ada dua pendapat Luqman, yaitu:
1)   Luqman Ibn ‘Ad, tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepmimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai permisalan dan perumpamaan
2)   Luqman al-Hakim, yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya.
Dan juga Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik.Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud keesaan Tuhan.Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan Sesutu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
Bahwasanya Banyak bentuk mempersekutukan Tuhan dengan yang lainnya, seperti menyembah pohon atau kuburan keramat yang dianggap memberi pertolongan, dan lain sebagainya.Dari ayat ini pula dapat dipahami bahwa antara kewajiban orangtua kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan didikan, sehinga anak-anak mereka menjadi anak yang shaleh, taat menjalankan perintah Agama sehingga terhindar dari kesesatan dan kemusyrikan.
Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya.Orangtua tidak boleh menganggap cukup apabila telah menyediakan segala kebutuhan fisiknya, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan kesenangan lahiriyah lainnya.Justru yang sangat penting adlah memperhatikan kebutuhan rohani berupa pendidikan Agama maupun pendidikan keilmua lainnya dan keterampilan.
c.    Surat Luqman Ayat 14-15
 Pentingnya seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
  وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥)

14. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.Hanya kepada Aku kembalimu”.
15. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada orangtua, lebih-lebih kepada Ibu yang telah mengandung.Ayat ini tidak menyebut jasa Bapak, tetapi menekankan pada jasa Ibu.Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan Ibu, berbeda dengan Bapak. Di sisi lain,,” peranana Bapak” dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding dengan peranan Ibu. Betapapun peranan tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahya, sebagai berdoa untuk ibunya. Karena begitu besar jasa Ibu, dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa: Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).
Karena itulah, setiap anak harus menyadari perjuangan dan susah payah orangtuanya. Di samping harus taat kepada ajaran agama, berbakti kepada kedua orang tua, juga harus berusah keras belajar dan menunut ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu agama, sehingga mereka bersama-sama kedua orang tuanya memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.
Dalam surah lain pula disebutkan seperti surah al-Baqarah:83, an-Nisa:36, al-An’am:151, dan al-Isra’:23 membahas tentang perlunya berbakti kepada orang tua. Sedangkan surah Luqman menyampaikan pesan untuk berbkati kepada orangtua dalam bentuk perintah Allah.
Ayat di atas menyatakan bahwa jika orang tua memask untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya. Setiap perintah untuk perbuatan maksiat,maka tidak boleh ditaati.namun demikian, jangan memutuskan hubungam sitalurahmi dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang tua.berbaktilah kepada mereka sepanjang tidak menyimpang dari ajaran Agama dan bergaullah dengan mereka menyangkut keduniaan, bukan aqidah. Dalam surah al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Hukum ini berlaku untuk seluruh Umat Nabi Muhammad, yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orangtuanya yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dan juga sebagaimana dalan sebuah riwayat bahwa Asma’ Putri Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah, Asma’ bertanya kepada nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasul saw memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kujungannya.
d.   Surat Luqman Ayat 16-19
  يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧) وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ(١٩)
16. (Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti”.
17. “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”.
18. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.
19. “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Dan firmannya: واقصدفيمشيك dan sederhanalah kamu dalam berjalan, yaitu berjalanlah secara sederhana, tiddak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan pertengahan, dan firmannya: واغضضمنصوتك dan lunakkanlah suaramu, yaitu janganlah engkau berlebih-lebihan dalam berbicara dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang tidak bermanfaat, untuk itu Allah berfirman: انانكرالاصواتلصوتالحمير sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. Mujahid dan para ulama berkata: sesungguhnya seburukburuk suara adalah suara keledai, yaitu keterlaluan mengangkat suaranya disamakan dengan keledai dalam ketinggian dan kekerasannyadan disamping itu suara tersebut merupakan hal yang dimurkai di sisi Allah. mengeraskan suara itu termasuk dari golongan yang menyerupai keledai.[8]
Aspek kecerdasan spiritual yang berikut ini adalah sangat nampak dalam kehidupan nyata manusia sehari-hari yaitu berbaktikepada kedua orang tua.keharusan berbakti kepada orang tua disertaipenjelasan susah payahnya orang tua mengurus anak. Berbakti kepadakedua orang tua termasuk perbuatan ibadah.Ayat diatas menunjukkanbahwa betapa penghormatan dan kebaktian kepada orang tuamenempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah.[9]
3.    Pendidikan yang Diberikan kepada Anak
Wasiat Luqman kepada anaknya mengandung hukum-hukum penting.Luqman memerintahkan kepada anaknya dasar agama, yaitu tauhid dan melarangnya berbuat syirk, serta menerangkan pula sebab untuk menjauhinya.Beliau juga memerintahkan berbakti kepada kedua orang tua dan menerangkan sebab yang mengharuskan untuk berbakti kepada keduanya. Beliau juga memerintahkan anaknya untuk bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua orang tuanya, dan menerangkan, bahwa menaati perintah orang tua tetap dilakukan selama orang tua tidak memerintahkan berbuat maksiat, meskipun begitu, seseorang tetap tidak boleh mendurhakai orang tua, bahkan tetap berbuat baik kepada keduanya. Luqman juga memerintahkan anaknya agar memiliki rasa pengawasan Allah dan bahwa Dia tidaklah meninggalkan sesuatu yang kecil atau yang besar kecuali Dia akan mendatangkannya. Luqman juga melarang anaknya agar tidak bersikap sombong dan membanggakan diri, serta memerintahkan untuk bertawadhu’, dan memerintahkannya agar tenang dalam bergerak dan agar merendahkan suara.Demikian pula Beliau memerintahkan anaknya beramar ma’ruf dan bernahi mungkar serta tetap mendirikan shalat dan berlaku sabar, di mana dengan keduanya (shalat dan sabar), maka semua masalah menjadi mudah.

C.  Kesimpulan
Dari beberapa materi studi di atas terkandung dalam Al-Qur'an Surat Lukman telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim dan anaknya dapat dikategorikan sebagai berikut.
Pertama “aqaaid” (iman) yang datang ke iman kepada Allah, ini ditutupi oleh doktrin malaikat, kitab_Nya, nabi dan penilaian Qadar dan membuat bahan ini tersedia dalam paragraf 12,13 dan 16.
Kedua, syariat Allah adalah sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Aturan syariah dibagi menjadi dua.Pemujaan pertama seperti thaharah shalat, zakat, puasa dan haji Kedua, peraturan yang mengatur mu'amalah Allah mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan aset dimaksud pada ayat syariah. 14:15 dan 17 Ketiga Akhlaq etimologis Moralitas adalah suatu tindakan yang tidak ada hubungannya dengan Khaliq (bangunan) Akhlaq termasuk moralitas manusia dan moralitas khaliqnya manusia.Hal ini terkandung dalam paragraf 14.15, 18 dan 19, baik ibadah dan muamalah moral yang pada dasarnya mulai dari iman.

D.  Analisis Pendidikan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapaikualitas hanif dan ikhlas.Kecerdasan spiritual berfungsi memberikanmakna hidup, agar seseorang dapat memandang hidup dengan pandanganyang lebih luas.
Aspek kecerdasan spiritual dalam pandangan Luqman yangterdapat dalam surat Luqman berikutnya adalah larangan bersikapsombong. dan menurut Utsman Najati larangan bersikap sombong inimasuk kedalam aspek jiwa, karena karena ia dapat menahan gejolakjiwanya ketika berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesame.Kedua aspek ini tergolong pada aspek jiwa dan aspek soial karenaaspek social ini berhubungan dengan interaksi manusia denganmanusia lainya, termasuk aspek jiwa karena bila seseorang tidakberjalan dengan angkuh dan bersuara dengan sopan maka akanmembuat dirinya tenang.


[1] Sa’īd Hawā, Tarbiyatunā al-Rūhīyah, (Kairo: Maktabah al-Wahbah, 1992), h. 69
[2] Ahmad Suhailah Zain al-’Ābidīn Hammād, Masūlīyah al-Usrah fī Tahshīn al-Syabāb min al-Irhāb, (Lajnah al-’Ilmīyah lī al-Mu’tamar al-Ālamī ‘an Mauqif al-Islām min al-Irhāb, 2004M/1425H), h. 4

[3] Abd al-Hamīd al-Shaid al-Zintānī, Usus al-Tarbīyah al-Islāmīyah fī al-Sunnah al-Nabawīyah, (Tunis: Al-Dār al-’Arabīyah lī al-Kitāb, 1993), h. 326;

[4] Abdul mujib, yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi islami, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2002), hlm. 325
[5] Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya (Badnung: CV Diponegoro,
2005), hlm. 354
[6] Departemen Agama, Al-Quran Surat Luqman (Bnadung: Diponegoro, 2007), hlm.
411.
[7] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan Dan Kesersasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2003) , hlm. 122
[8]Ibid.,hlm. 405
[9] Quraish Shihab, Op.cit., hlm. 130.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar