Rabu, 09 Maret 2016

PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM

PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM
SURAT LUQMAN
Fitriyah (15770019)

A.  Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi  tuntutan masyarakat yang dinamis. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, potensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi paripurna. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut Sistem pendidikan nasional ( SISDIKNAS ) UU RI No Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam aspek skill, kognitif, afektif, psikomotorik, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak sebagai penerus bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan ilmu yang bisa menjadi dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan dengan bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang saling berdiskusi. Sebagaimana dalam surat Luqman kita ketahui, banyak petuah-petuah yang beliau berikan padanya agar menjadi seorang hamba yang baik budi serta iman pada Ilahi.


B.  Tafsrir Ayat Pendidikan Anak
a.    Pendidikan Anak di dalam Tafsir Fii Dhilalil Qur’an
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur t
xÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ  
Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman :12)

Ini merupakan pengarahan Al-Qur'an yang mengandung seruan kepada kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani Luqman yang bijaksana dan terpilih, di mana Al-Qur'an memaparkan kisahnya dan nasihatnya. Disamping pengarahan yang terkandung itu, terdapat pula pengarahan yang lain. Karena, kesyukuran kepada Allah hanyalah bekal yang tersimpan bagi orang yang mengatakannya dan ia bermanfaat baginya. Sedangkan, Allah adalah Maha Kaya dan tidak membutuhkannya, jadi Allah dengan diri-Nya Sendiri pasti terpuji walaupun tidak seorang pun dari hamba-Nya yang memunji-Nya,
øøŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ    
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman :13)

Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan dan tidak mengandung tuduhan. Karena, orang tua tidak menginginkan bagi anaknya melainkan kebaikan, dan orang tua hanya menjadi penasihat bagi anaknya. Luqman melarang anaknya dari berbuat syirik, dan dia memberikan alas an atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah kezaliman yang besar. Pertanyaan Luqman tentang hakikat ini diperkuat dengan dua tekanan. Yang pertama dengan mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya. Dan, yang kedua dengan huruf inna 'sesungguhnya' dan huruf la 'benar-benar'.
Dalam nuansa nasihat seorang bapak kepada anaknya, Al-Qur'an memaparkan hubungan antar kedua orang tua dengan anak-anak mereka dalam tata bahasa yang detail dan teliti. Ia menggambarkan hubungan ini dalam gambaran yang mengisyaratkan kasih sayang dan kelembutan. Walaupun demikian, sesungguhnya ikatan akidah harus di kedepankan dari hubungan darah yang kuat itu,
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$#
 Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/
 ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î)
 öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (QS. Luqman :14-15)
Wasiat bagi anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya muncul berulanhg-ulang dalam Al-Qur'an yang mulia dan dalam wasiat Rasulullah. Namun, wasiat buat orang tua tentang anaknya sangat sedikit. Kalaupun ada, ia kebanyakan muncul dalam tema kasih sayang (yaitu keadaan khusus dalam situasi yang khusus pula) karena fitrah itu sendiri telah menjamin pengasuan orang tua trhadap anak-anaknya. Jadi, fitrah selalu mendorong seseorang agar mengasuh generasi baru yang tumbuh untuk menjamin penerusan kehidupan manusia di bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Sesungguhnya kedua orang tua pasti mengeluarkan segalanya bagi anak-anaknya baik apa pun yang mereka miliki dalam jasadnya, dalam umurnya, dalam ototnya maupun segala yang mereka miliki dengan penuh kasih sayang. Walaupun hal itu sangat sulit dan dibayar dengan mahal, mereka tidak pernah mengeluh dan mengadu. Bahkan, tanpa menghitung-hitung dan merasa berat terhadap pengorbanan yang mereka korbankan. Mereka malah sangat bersemangat, gembira, dan senang seolah-olah mereka berdualah yang menikmatinya.
Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengan tabiatnya  harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih komples. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "apakah aku telah menunaikan haknya?' Rasulullah menjawab, "tidak, walaupun satu tarikan nafas."
Demikianlah, walaupun satu tarikan nafas baik dalam proses khamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat dibalas oleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemh yang bertambah lemah.
Dari sela-sela gambaran nuansa yang diliputi dengan kasih sayang itu, Al-Qur'an mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya. Al-Qur'an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban. Jadi, bersyukur kepada Allah dahulu, baru kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua.
"…Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,…"
Al-Qur'an menghubungkan hakikat ini dengan hakikat akhirat,
"…Hanya kepada-Kulah kemballimu." (Luqman: 14)
Di akhirat itulah bekal kesyukuran yang tersimpan tersebut bermanfat. Namun, ikatan antara kedua orang tua dengan anaknya walaupun terikat dengan segala kasih sayang dan segala kemuliaan, ia tetap dalam urutan setelah ikatan akidah. Jadi sisa wasiat kepada anak dalam hubungannya kepada kedua orang tuanya adalah,
"Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,…"
Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan ikatan akidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, dan pandangan yang memuaskan untuk menggoda anaknya agar menyekutukan Allah di mana ia tidak mengetahui tentang ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat. Dan, perintah itu berasal dari Allah sebagai pemilik hak pertama dalam ketaatan.
Namun, perbedaan akidah dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada kedua orang tua dalam perkara yang melanggar akidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam menjalin hubungan yang memuliakan mereka.
"Pergilah keduanya di dunia dengan baik…."
Karena wisata hidup di atas dunia ini hanyalah sementara di mana ia tidak mempengaruhi apa-apa terhadap prihal hakihat yang pokok dan murni.
"…Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,…"
Yaitu orang-orang yang beriman.
"…Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,…"
Setelah wisata kehidupan di  dunia ini yang terbatas,
"…Maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (luqman:15)
Bagi masing-masing terdapat balasan amalnya baik berupakekufuran maupun kesyukuran, dan kemusyrikan ataupun tauhid.
Diriwayatkan bahwa ayat ini, ayat di surat al-ankabuut yang semisal, dan ayat di surah al-Ahqaf turun kepada sa'ad bin Abi Qaqqas dan ibunya (sebagaimana kami sebutkan dalam kitab tafsir ini ketika kami menafsirkan surat al-ankabuut). Diriwayatkan pula bahwa ia turun kepada Sa'ad bin Malik. Diriwayatkan ole hath-Thabrani dalam kitab 'al-syrah dengan sanadnya dari Dawud bin Abi Muslim dari hadits Sa'ad bin Abi Waqqas.
Itulah riwayat yang lebih kuat. Namun, jangkauan sasaran ayat ini meliputi seluruh kasus yang semisal dengannya. Ia mengatur urutan ikatan sebaimana mengatur kewajibansan beban taklif. Jadi, ikatan dengan Allah merupakan ikatan pertama dan taklif berkenaan dengan hak Allah merupakan kewajiban yang pertama.
Al-Qur'an yang mulia menentukan kaidah ini dan menekankannya pada setiap kesempatan. Juga dalam bentuk yang bermacam-macam agar ia menetap secara kokoh dalam nurani setiap mukmin dengan jelas dan pasti, tanpa ada syubhat dan keracunan sedikit pun di dalamnya.
Setelah penjelasan panjang lebar dalam arahan wasiat Luqman untuk anaknya ini, muncullah paragraf selanjutnya tentang wasiat untuk menetapkan perkara akhirat dan perhitungan yang teliti dan balasan yang adil di dalamnya. Namun, hakikat itu tidak dibahas dalam bentuk yang masih murni dan tanpa tambahan apa-apa. Tetapi, ia dibahas dalam lapangan alam semesta yang luas dan dalam gambaran yang membekas  dan menggetarkan jiwa.  Dan, ia mengungkapkan ilmu Allah yang meliputi, luas, teliti, dan halus,
¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS. Luqman :16)

Tidak ada satu pun ungkapan lain yang dapat menggmbarkan tentang ketelitian dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan Allah, dan tentang hisab yang teliti dan timbangan yang adil…melebihi gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat ini. Inilah salah satu keistimewaan Al-Qur'an sebagai mukjizat, di mana susunannya sangat indah dan seutuhnya sangat dalam.
"…Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,…"
Kecil, remeh, dan tidak memiliki nilai dan harga.
"…Dan berada dalam batu,…"
Keras ia tersebar di dalamnya, tidak tampak dan tidak memungkinkan sampai kepadanya dan menemukannya,
"…Atau di langit…"
Dalam benda berwujud yang besar dan luas ini, di mana bintang yang besar dan memiliki ukuran yang besar pun tampak seperti titik kecil yang mengambang dan biji sawi yang mengapung.
"…Atau di dalam bumi,…"
Hilang dalam tanahnya dan pasirnya sehingga tidak jelas.
"…Niscaya Allah akan mendatangkannya (membatasinya),…"
Jadi, ilmu Allah dapat mendeteksinya, dan kekuasaan-Nya tidak akan luput darinya.
"…Sesungguhnya Allah Mahahalus Lagi Maha Mengetahui." (Luqman : 16)
Suatu komentar yang sesuai dengan pemandangan yang tersembunyi dan halus.
Khayalan dan bayangan terus menguntit biji sawi itu di tempatnya yang dalam dan luas. Dan, ilmu Allah selalu mengejarnya, sehingga hati pun menjadi tunduk dan kembali kepada Allah yang Maha Lembut dan maha Mengetahui atas rahasia rahasia ghaib. Dari balik itu, hakikat itu menjadi kokoh dan stabil. Di mana Al-Qur'an menhendakinya agar tertanam sangat kokoh dalam hati dengan metode yang menakjubkan.
Redaksi meneruskan kisah nasihat Luqman kepada anaknya. Ia menelusuri bersama anaknya langkah-langkah akidah setelah kestabilannya dalam nurani. Setelah beriman kepada Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, yakin terhadap kehidupan akhirat yang tidak diragukan di dalamnya, dan percaya kepada keadilan balasana dari Allah yang tidak akan luput walaupun seberat biji sawi pun,…maka langkah selanjutnya adalah menghadap Allah dengan mendirikan shalat dan mengarahkan kepada manusia untuk berdakwah kepada Allah. Juga bersabar atas beban-beban dakwah dan konsekuensi yang pasti ditemui.
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman :17)

Inilah jalan akidah yang telah dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya, mengaharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka dari mungkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menhadapi peperangan melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal ibadah dan menghadap kepada-Nya (dengan mendirikan shalat, serta bersabar atas segala yang menimpa dai di jalan Allah).
"…Sesungguhnya yang demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Luqman: 17)
Azmil umur adalah melewati rintangan dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan setelah membulatkan tekad dan keinginan.
Luqman meneruskan secara panjang lebar tentang wasiatnya yang diceritakan oleh Al-Qur'an di sini hingga sampai kepada balasan tentang adab seorang dai kepada Allah. Mendakwahi manusia kepada kebaikan tidaklah membolehkan dan mengizinkan seseorang berbusung dada atas manusia dan kesombongan diri atas nama pemimpin bagi mereka kepada kebaikan. Apalagi bila ketinggian hati dan kesombongan itu dilakukan oleh orang yang tidak mengajak kepada kebaikan, maka hal itu adalah lebih buruk dan lebih hina,
Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä @ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman :18)

Ash-Sha'ru adalah sebuah penyakit yang menimpa onta sehingga membongkokkan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur'an dalam memilih ungkapan ini bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang mirip dengan gerakan Ash-Sha'ru ini. Yaitu gerakan sombong dan palsu, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati.
Berjalan di muka bumi dengan membusungkan dada adalah cara berjalan dengan cara yang dibuat-buat, bersiul dan sedikit acuh tak acuh terhadap orang. Ia adalah perilaku dibenci dan di laknat Allah dan juga oleh para makhluk. Ia merupakan gambaran tentang perasaan yang sakit dan penyakit jiwa yang tidak percaya terhadap diri sendiri. Sehingga, timbullah dalam gaya jalannya yaitu gaya jalan orang-orang yang sombong.
"…sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (luqman:18)
Bersama larangan terhadap gaya jalan yang membusungkan dada, terdapat juga penjelasan tentang jalan yang sederhana dan seimbang
"Dan sederhankanlah kamu dalam berjalan…"
b.   Pendidikan Anak di dalam Tafsir Al-Misbah
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman :12)

Dan keterangan di atas jelaslah bahwa Luqman adalah seorang hamba yang menjadi sahaya, dan kesayahan menghambatnya menjadi nabi, sebagai para rasul yang diutus itu berasal dari kalangan keluarga terpandang di antara kaumnya. Karena itu, mayoritas ulama salaf memandang Luqman bukan sebagai nabi.
Luqman pun pernah ditanya ihwal prestasi yang dicapainya. Dia menjawab, "Hai anak saudaraku, jika engkau menyimak apa yang aku katakana kepadamu, kamu pun akan berprestasi seperti aku." Lalu Luqman berkata, "Aku menjaga mengontrol pandanganku, menjaga lidahku, menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku, berkata jujur, memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik dengan tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah yang membuat diriku seperti yang kamu lihat."
Kemudian Allah berfirman, "Barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri," Sesungguhnya manfaat bersyukur itu berpulang kepada orang-orang yang bersyukur itu sendiri, karena Allah berfirman, "Dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji." Dan dia tidak membutuhkan hamba dan Dia tidak mendapat mudarat jika seluruh penduduk bumi ingkar sebab Dia tidak membutuhkan perkara selain-Nya. Karena itu, tidak ada tuhan melainkan Allah dan kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya.
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$#
 Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/
 ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î)
 öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès?
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman :13)
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman :14)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (QS. Luqman :15)

Allah Ta'ala memberitahukan tentang pesan Luqman kepada anaknya. Nama lengkap Luqman ialah Luqman ibn Anqa' bin Sadun, sedang anaknya bernama Taran. Demikianlah menurut kisah yang dikemukakan oleh as Suhaili. Pertama-tama Luqman berpesan agar anaknya menyembah Allah Yang Esa, tiada sekutu bangi-Nya. Kemudian dia mewanti-wanti anaknya bahwa "sesungguhnya mempersekutukan itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar". Syirik mmerupakan perbuatan terzalim di antara kezaliman. Bukhari meriwayatkan dari Abdullah, dia berkata,
Kemudian Luqman membarengkan pesan beribadah kepada Allah Yang Esa dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surat ini Allah berfirman, "Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah,"yakni semakin bertambah lemah. Ayat "Dan menyapihnya dalam dua tahun, "berarti setelah anak dilahirkan, maka si ibu merawatnya dan menyusuinya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Hendak para ibu menyusui anaknya dua taun penuh, bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan." (al-Baqarah : 233) Dari ayat ini, Ibnu Abbas menyimpulkan bahwa masa minimal kehamilan ialah enam bulan, sebab dalam ayat lain Allah berfirman, "Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan." Allah menceritakan bahwa perawatan ibu, keletihan, dan kesulitannya terjadi siang dan malam selama bulan-bulan tersebut. Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu yang telah diberikan kepadanya. Karena itu Allah Ta'ala berfirman, " Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya Akulah tempat kembali, "karena Aku akan membalasmu dengan balasan yang banyak.
Firman Allah Ta'ala, "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan yag tidak kamu ketahui maka janganlah kamu menaati keduanya. "Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti agamnya maka janganlah menaatinya. Namun, hal itu jagan menghalangimu untuk berbuat baik kepada keduanya. "Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, "yaitu jalan kaum mukmin. "Kemudian kepada Allah tempat kamu kembali, lali Aku beritahu kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan."
Dalam Kitabul 'Isyrah, Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Sa'ad bin Malik, dia berkata, "Ayat ' Dan apabila keduanya memaksamu…' diturunkan berkenaan denganku. Dahulu aku seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah masuk Islam, ibuku berkata, 'Hai Sa'ad, apa yang kulihat padamu telah mengubahmu. Kamu harus meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati. Lalu kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan, 'Hai pembunuh ibu!"Aku menjawab, 'Hai ibu, jangan lakukan itu. Sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apapun." Selama sehari semalam dia tidak makan sehingga dia menjadi letih. Tindakannya ini berlanjut hingga tiga hari sehingga tubuhnya menjadi letih sekali. Setelah aku melihat demikian, aku berkata, 'Hai ibuku, ketahuilah. Demi Allah, jika kamu punya seratus nyawa lalu kamu menghembuskannya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apa pun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan kehendakmu.' Akhirnya, dia pun makan."
 (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui(QS. Luqman :16)
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman :17)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman :18)

Pesan-pesan ini sangat bermanfaat. Pesan ini dikisahkan Allah melalui Luqmanul Hakim agar diteladani dan diikuti oleh manusia. Luqman berkata, "Hai anakku, sesungguhnya walaupun ia seberat biji sawi." Maksudnya, jika kezaliman atau kesalahan itu seberat biji sawi, "niscaya Allah akan menampilkannya" pada hari kiamat, lalu membalasnya. Jika yang seberat biji sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa keburukan maka dibalas dengan keburukan pula. Penggalan ini seperti firman Allah, "Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat zarah maka dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan keburukan seberat zarah maka dia akan melihatnya." (Az-Zalzalah: 7-8) walaupun zarah itu samar dan tersembunyi di pelataran langit dan bumi, niscaya akan ditampilkan oleh Zat yang tidak ada satu kesamaran pun bagi-Nya. Karena itu, Dia berfirman, Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui." Yakni, Maha halus pengetahuan-Nya atas berbagai perkara yang lembut dan halus, dan Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu, termasuk pada sayap nyamuk di malam gulita. Segala makhluk, baik yang terlihat manusia maupun tidak, adalah diketahui Allah.
"Hai anakku, dirikanlah sholat" sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan waktunya. "Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah dari perbuatan yang munkar" sesuai dengan kesanggupanmu "serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu", sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti mendapat gangguan." Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang ditetapkan." Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi gangguan manusia merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para dai.
Firman Allah. "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia." Asal makna sha'ara ialah penyakit yang menimpa leher unta hingga kepalanya borok dan tegang. Lalu unta demikian diserupakan dengan orang sombong yang memalingkan wajahnya dari khalayak, tatkala dia berkata kepada mereka atau sebaliknya, karena memandang mereka hina dank arena kesombongannya. Sesungguhnya Allah melarang berbuat demikian.
Firman Allah Ta'ala, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan, "yakni tidak lambat tidak pula cepat, namun pertengahan di antara keduanya. Firman Allah Ta'ala, Dan lunakkanlah suaramu. "Yakni, janganlah kamu meninggikan suara tanpa guna. Karena itu, Dia berfirman, "Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." Yakni, tidak ada suara terburuk selain suara yang keras yang diserupakan dengan suara keledai dalam hal melengking dan kerasnya. Disamping buruk, hal itu juga dimurkai di sisi Allah Ta'ala. Penyerupaan suara keras dengan suara keledai menetapkan keharaman dan ketercelaannya, sebab Rasulullah saw. Bersabda,
1.    Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Kajian Surat Luqman ayat 12-18
Pendidikan Anak dilakukan tidak hanya sejak anak memasuki masa kekanak-kanakan.Tapi sejak masa prenatal hingga seorang anakdewasa, orang tua masih terus memberikan pendidikan pada anaknya. Dalam Islam, kita mengenal konsep pendidikan seumur hidup yang terangkum dalam kalimat “minal mahdi ilal lahdi”, dari buaian hingga liang kubur. Konsep long life education ini melibatkan banyak unsur pembentuk kepribadian manusia dari sejak dia terlahir hingga akhirnya meninggal dunia. Di antara unsur-unsur tersebut adalah: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan teman. Jika dilihat dari beberapa unsur tersebut, kita bisa melihat dengan jelas, orangtua merupakan unsur terdekat yang akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang anak.[1]
Rasulullah Saw mengingatkan peran penting orangtua ini dengan sabdanya:
“Setiap anak dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, hanya kedua orang tuanyalah yang akan membuat dirinya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang Majusi.” (HR Bukhari ,Ibnu  Hibban Dan Baihaqi)
Tentunya hadits ini tidak dipahami bahwa orangtua sebagai suatu unsur tunggal sebagai penentu masa depan anak. Tapi, harus disadari bahwa orangtua mempunyai peran yang sangat penting bagi masa depannya.Hal ini juga disinggung dalam sebuah peribahasa “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”.Keterlibatan peran orangtua bisa bersifat genetik dan non-genetik.Secara genetik, beberapa sifat yang dipunyai anak cenderung diperoleh dari sifat-sifat orangtuanya.Tapi, secara non genetik beberapa perilaku anak dipengaruhi oleh sikap orangtua.
Bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis anak serta niali-nilai social dan religius pada diri anak didik.[2]
Di sinilah orangtua menjadi unsur yang sangat penting bagi pendidikan anak. Sampai pada titik ini, kita diingatkan untuk memperhatikan dua hal penting: pertama, pendidikan sebagai suatu proses seumur hidup, dan kedua, peran sentral orangtua dalam Membentuk Kepribadian anak dengan Cara[3]:
a.    Membekali Tauhid yang Mantap
Tauhid merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam pendidikan anak.Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama Luqman. Allah Swt mengabadikan nasehat Luqman kepada anaknya dalam al quran surat luqman ayat 14.
b.   Medidik Agar Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an al-Karim dan pesan-pesan Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit.Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua mengayomi dan menyayangi anaknya. Inilah gambaran inspiratif dari luqman yang menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tertuang dalam Q.S. Al-Luqman: 14[4]
Ayat ini memberi Gambaran tentang pengorbanan Sang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui sang buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan lebih lembut. Seorang anak tidak mampu mengganti apa yang telah dikorbankan orangtua, meskipun ia memberikan seluruh usianya untuk keduanya.
c.    Menanamkan Rasa tanggung Jawab
Pendidikan anak yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia Akan dipertangung jawabakan di akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Seperti dalam firman Allah SWT: Q.S. Al-Luqman : 16)[5]
Dengan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan berpengaruh positif dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam berbuat.
d.   Membiasakan Shalat dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setelah kita memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, kita ajari bagaimana dia berkomunikasi dengan Rabbnya, yaitu mendirikan shalat Lima waktu. Kemudian kita juga tidak luput mendidiknya dalam amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah SWT berfirman: Q.S. Al-Luqman : 17)[6]
Mengenai shalat Nabi Muhammad Saw juga menekankan di dalam sebuah hadits:
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya), Ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut mereka” (HR. Abu Daud).
Pada hadits ini Rasulullah Saw memakai ungkapan idhribuu yang arti dasarnya adalah pukullah secara fisik jika anak melalaikan shalat. Namun makna lain yang lebih kontekstual adalah ‘didiklah’. Dengan demikian bentuk mendidik sangat luas, misalnya memberi teladan, membiasakannya, serta memberi motivasi untuk shalat.
Dalam ayat diatas, Luqman juga menasehati anaknya untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kebaikan merupakan sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut dengan ma’ruf yang artinya dikenal, begitupun kebathilan, manusia pada dasarnya Akan selalu mengingkari segala bentuk kebathilan, maka dari itu bathil disebut dengan munkar. Namun kadangkala manusia didominasi oleh hawa nafsunya sehingga melaksanakan kebathilan dan meninggalkan kebaikan. Adapun dampak positif dalam diri anak, minimal ketika dia memerintahkan kebaikan pada orang lain, maka sang anak memiliki beban mental akan keharusan melakukan kebaikan itu. Begitu pula dengan nahi munkar, paling tidak dia membenci pada kemunkaran sehingga dia tidak Akan melakukannya.
e.    Menanamkan Kesabaran
Sudah sepantasnya kita sebagai orang tua mengajarkan kesabaran kepada anak, karena hidup ini penuh dengan lika liku. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman: QS. Al-Baqarah : 153[7] kemudian dijelaskan kembali di dalam Q.S. Al-Imraan : 200.
f.     Menjauhkan Sifat Angkuh dan Sombong
Sifat ini telah mencelakakan banyak makhluk ciptaan Allah SWT, mulai dari peristiwa terusirnya Iblis dari surga hingga ditenggelamkannya qarun kedalam bumi, serta banyak lagi kisah-kisah para ummat sebelum kita yang diadzab karena kesombongannya. Dengan demikian Luqman menasehati anaknya agar menjahui sifat angkuh dan sombong, seperti dalam firman Allah SWT: Q.S. Al-Luqman : 18.[8]

C.  Kesimpulan
Jadi dalam pendidikan atau mendidik anak sejak dini (USIA dini) memang harus sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-qur’an dan Al-hadist sehingga anak menjadi anak yang taat pada Allah dan rasulnya begitu juga mereka taat kepada orang tua dan keluarganya. Mendidik anak yang baik dan benar hendaknya dimulai dengan memberikan pemahaman tentang kewajiban bersyukur kepada Allah SWT.Dan menjauhi perilaku kufur, dengan berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik kepada ciptaanNya. Selanjutnya butir-butir nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat 13-19 dapat dipahami sebagai petunjuk mengenai cara mendidik anak dengan baik dan benar.
Ada beberapa pendidikan yang harus diberikan kepada anak sejak lahir sampai berusia tujuh hari yakni; bersyukur, bertauhid (dengan mengazankan), pendidikan jasmani (fisik yang kuat), kesehatan, dan kecerdasan.
Demikian makalah yang kami tulis, sebagai pemenuhan tugas yang diberikan kepada kami, mudah-mudahan mempunyai efek manfaat bagi siapa saja.Kiranya apabila banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini, kami mohon adanya kritik dan saran yang dapat menjadikan kami lebih baik kedepannya. Amin Yarobbal Alamin.

D.   Analisis
Dari pemaparan para mufassir di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk referensi para orang tua yang akan mendidik anak-ankanya dapat menggunakan tafsir fi dhilalil qur’an, dikarenakan tafsir tersebut bahasanya mudah dipahami oleh semua orang, tata bahasa yang ringan dapat membuat orang mudah memahaminya, sebenarnya tafsir Al-Misbah pun cocok untuk digunakan sebagai referensi akan tetapi tafsir Al-Misbah sedikit sulit dipahami, akan tetapi setelah penafsiran tentang pendidikan anak di dalam tafsir Al-Misbah  di jelaskan beberapa poin tentang perkataan luqman kepada anaknya mengenai perilaku yang baik, tidak merendahkan kaum miskin dan tentang tawadhu’ itu juga bisa dijadikan salah satu referensi kita sebagai pendidik untuk anak-anak.
1.    Analisis ayat 12
Melalui surat luqman ayat 12 luqman mengajarkan kepada anaknya dan kita semua untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada Allah untuk semua hambanya. Dengan selalu bersyukur kita akan mendapatkan nikmat yang berlimpah.
2.    Analisis ayat 13
Dalam ayat 13 luqman mengajarkan tentang tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT. Tidak boleh meyakini adanya tuhan yang lain, meyakini penolong selain Allah dan meyakini pemberi selain Allah.

3.    Analisis ayat 14
Dalam ayat 14 ini kita di haruskan untuk selalu menghormati serta patuh kepada ayah dan ibu kita, di ayat 14 ini tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi lebih menekankan jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak di hiraukan oleh anak karena kelemahan ibu berbeda dengan bapak. Disisi lain peran bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan disbanding dengan peran ibu. Setelah pembuahan semua proses kelahiran anak dipikul oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu. Ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat.
4.    Analisis ayat 15
Pada ayat 15 menjelaskan tentang pengecualian menaati perintah kedua orang tua, ketika perintah orang tua sudah berbelok dari agama Islam atau syari’at islam maka gugur sudah kewajiban anak untuk menaati segala apa yang diperintahkan tentang kemungkaran.
5.    Analisis ayat 16
Dalam ayat 16 ini menjelaskan tentang kebaikan dan kejahatan seberat biji sawi pun akan di pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah. Ketika itu kebaikan maka akan mendapatkan balasan berupa rahmat dan kasih sayang Allah,ketika itu kejahatan ataupun keburukan maka akan mendapatkan pula sesuai apa yang diperbuat oleh manusia.
6.    Analisis ayat 17
Pada ayat 17 menjelaskan tentang amal-amal shaleh yang puncaknya adalah sholat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
7.    Analisis ayat 18
Nasihat luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran aqidah beliau selingi dengan tentang akhlak, itu mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

E.  Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, para pendidik dan juga orang tua tergugah hatinya untuk berubah menjadi pendidik dan orang tua yang lebih berkualialitas, dengan artian mendidik anak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist. Salah satunya dengan cara mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan perilaku yang baik, mendidik anak dengan baik dan benar, agar terciptanya seorang anak yang berakhlak mulia, pendidik dan orang tua yang berkualitas.

Daftar Rujukan
Amini, Ibrahim, Ta’lim wa Tarbiyat, terj. Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah,Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta; Al-Huda) 2006 

Al-Iman al-Bukhori al-Ja’fary, Sahih al-Bukhari, jilid ke-7, (Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiah),1992 M 

Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya,(Bandung;Trigenda karya), 1993.

Nasih Ulwan, Abdullah, Tarbiyatul Awlad Fi Al-Islam,( Mesir; Darussalam),1994 

Mahmud Yunus, At Tarbiyatu wa At Ta’lim (Gontor; Trimurti), tt

Tauhid, Zainuri dkk (Ed), Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pandangan Islam, (Jakarta; MUI),2005

Thalib,M, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih,( Bandung; Irsyad Baitus Salam),1998.

Al Qur’an Digital

http://cahgurem.mywapblog.com/kisah-dari-luqman-alhakim.xhtml



[1]Ibrahim Amini, Ta’lim wa Tarbiyat, terj. Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah,Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta; Al-Huda, 2006), hlm : 5-7 
[2]Tauhid, Zainuri dkk (Ed), Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pandangan Islam, (Jakarta : MUI, 2005), hlm.13
[3]Thalib,M, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, (Bandung; Irsyad Baitus Salam,1998), hlm. 24-25
[4] Ibid
[5] Ibid, Al-Quran digital
[6] Ibid, Al-Qur’an digital
[7] Ibid, Al Quran digital
[8] Ibid, Al quran digital

Tidak ada komentar:

Posting Komentar