PENDIDIKAN
ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM
SURAT LUQMAN
Fitriyah (15770019)
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah
satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti
tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu
pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu
mengantisipasi tuntutan masyarakat yang
dinamis. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi
seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena
pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas,
potensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui
menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi
paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi
paripurna. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut Sistem pendidikan nasional (
SISDIKNAS ) UU RI No Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan : “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan demikian secara
konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik
menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam aspek skill,
kognitif, afektif, psikomotorik, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini
membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik
mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak
memungkinkan menjadi pribadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif
dan spiritual.Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak
sebagai penerus bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan
ilmu yang bisa menjadi dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan
dengan bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang
saling berdiskusi. Sebagaimana dalam surat Luqman
kita ketahui, banyak petuah-petuah yang beliau berikan padanya agar menjadi
seorang hamba yang baik budi serta iman pada Ilahi.
B.
Tafsrir
Ayat Pendidikan Anak
a.
Pendidikan
Anak di dalam Tafsir Fii Dhilalil Qur’an
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur t
xÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
Dan Sesungguhnya Telah kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman :12)
Ini merupakan pengarahan Al-Qur'an yang mengandung seruan kepada
kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani Luqman yang bijaksana dan terpilih,
di mana Al-Qur'an memaparkan kisahnya dan nasihatnya. Disamping pengarahan yang terkandung itu, terdapat
pula pengarahan yang lain. Karena, kesyukuran kepada Allah hanyalah bekal yang
tersimpan bagi orang yang mengatakannya dan ia bermanfaat baginya. Sedangkan,
Allah adalah Maha Kaya dan tidak membutuhkannya, jadi Allah dengan diri-Nya
Sendiri pasti terpuji walaupun tidak seorang pun dari hamba-Nya yang
memunji-Nya,
øøÎ)ur
tA$s%
ß`»yJø)ä9
¾ÏmÏZö/ew
uqèdur ¼çmÝàÏèt
¢Óo_ç6»t
w õ8Îô³è@ «!$$Î/ (
cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã
ÇÊÌÈ
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS.
Luqman :13)
Sesungguhnya nasihat seperti
ini tidak menggurui dan dan tidak mengandung tuduhan. Karena, orang tua tidak
menginginkan bagi anaknya melainkan kebaikan, dan orang tua hanya menjadi
penasihat bagi anaknya. Luqman melarang anaknya dari berbuat syirik, dan dia
memberikan alas an atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah
kezaliman yang besar. Pertanyaan Luqman tentang hakikat ini diperkuat dengan
dua tekanan. Yang pertama dengan mengawalinya dengan larangan berbuat syirik
dan alasannya. Dan, yang kedua dengan huruf inna 'sesungguhnya' dan huruf la
'benar-benar'.
Dalam nuansa nasihat seorang
bapak kepada anaknya, Al-Qur'an memaparkan hubungan antar kedua orang tua
dengan anak-anak mereka dalam tata bahasa yang detail dan teliti. Ia
menggambarkan hubungan ini dalam gambaran yang mengisyaratkan kasih sayang dan
kelembutan. Walaupun demikian, sesungguhnya ikatan akidah harus di kedepankan
dari hubungan darah yang kuat itu,
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$#
Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/
ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î)
öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
(QS. Luqman :14-15)
Wasiat bagi anak untuk
berbakti kepada kedua orang tuanya muncul berulanhg-ulang dalam Al-Qur'an yang
mulia dan dalam wasiat Rasulullah. Namun, wasiat buat orang tua tentang anaknya
sangat sedikit. Kalaupun ada, ia kebanyakan muncul dalam tema kasih sayang
(yaitu keadaan khusus dalam situasi yang khusus pula) karena fitrah itu sendiri
telah menjamin pengasuan orang tua trhadap anak-anaknya. Jadi, fitrah selalu
mendorong seseorang agar mengasuh generasi baru yang tumbuh untuk menjamin
penerusan kehidupan manusia di bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh
Allah.
Sesungguhnya kedua orang tua
pasti mengeluarkan segalanya bagi anak-anaknya baik apa pun yang mereka miliki
dalam jasadnya, dalam umurnya, dalam ototnya maupun segala yang mereka miliki
dengan penuh kasih sayang. Walaupun hal itu sangat sulit dan dibayar dengan
mahal, mereka tidak pernah mengeluh dan mengadu. Bahkan, tanpa
menghitung-hitung dan merasa berat terhadap pengorbanan yang mereka korbankan.
Mereka malah sangat bersemangat, gembira, dan senang seolah-olah mereka berdualah
yang menikmatinya.
Ayat ini menggambarkan
nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengan tabiatnya harus menanggung beban yang lebih berat dan
lebih komples. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan
cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh hafidz Abu Bakar
al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa
seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya
bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "apakah aku
telah menunaikan haknya?' Rasulullah menjawab, "tidak, walaupun satu
tarikan nafas."
Demikianlah, walaupun satu
tarikan nafas baik dalam proses khamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat
dibalas oleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemh yang bertambah lemah.
Dari sela-sela gambaran
nuansa yang diliputi dengan kasih sayang itu, Al-Qur'an mengarahkan agar
bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima
kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu
pada urutan berikutnya. Al-Qur'an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban.
Jadi, bersyukur kepada Allah dahulu, baru kemudian berterima kasih kepada kedua
orang tua.
"…Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu,…"
Al-Qur'an menghubungkan
hakikat ini dengan hakikat akhirat,
"…Hanya kepada-Kulah kemballimu." (Luqman: 14)
Di akhirat itulah bekal
kesyukuran yang tersimpan tersebut bermanfat. Namun, ikatan antara kedua orang
tua dengan anaknya walaupun terikat dengan segala kasih sayang dan segala
kemuliaan, ia tetap dalam urutan setelah ikatan akidah. Jadi sisa wasiat kepada
anak dalam hubungannya kepada kedua orang tuanya adalah,
"Jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,…"
Hingga bila orang tua
menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan ikatan
akidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua
orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, dan pandangan yang
memuaskan untuk menggoda anaknya agar menyekutukan Allah di mana ia tidak
mengetahui tentang ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti
tidak memiliki sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak
diperintahkan agar jangan taat. Dan, perintah itu berasal dari Allah sebagai
pemilik hak pertama dalam ketaatan.
Namun, perbedaan akidah dan
perintah dari Allah agar tidak taat kepada kedua orang tua dalam perkara yang
melanggar akidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam menjalin hubungan
yang memuliakan mereka.
"Pergilah keduanya di
dunia dengan baik…."
Karena wisata hidup di atas
dunia ini hanyalah sementara di mana ia tidak mempengaruhi apa-apa terhadap
prihal hakihat yang pokok dan murni.
"…Dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku,…"
Yaitu orang-orang yang
beriman.
"…Kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu,…"
Setelah wisata kehidupan
di dunia ini yang terbatas,
"…Maka kuberitahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (luqman:15)
Bagi masing-masing terdapat
balasan amalnya baik berupakekufuran maupun kesyukuran, dan kemusyrikan ataupun
tauhid.
Diriwayatkan bahwa ayat ini,
ayat di surat al-ankabuut yang semisal, dan ayat di surah al-Ahqaf turun kepada
sa'ad bin Abi Qaqqas dan ibunya (sebagaimana kami sebutkan dalam kitab tafsir
ini ketika kami menafsirkan surat al-ankabuut). Diriwayatkan pula bahwa ia
turun kepada Sa'ad bin Malik. Diriwayatkan ole hath-Thabrani dalam kitab 'al-syrah
dengan sanadnya dari Dawud bin Abi Muslim dari hadits Sa'ad bin Abi Waqqas.
Itulah riwayat yang lebih
kuat. Namun, jangkauan sasaran ayat ini meliputi seluruh kasus yang semisal
dengannya. Ia mengatur urutan ikatan sebaimana mengatur kewajibansan beban taklif.
Jadi,
ikatan dengan Allah merupakan ikatan pertama dan taklif berkenaan dengan hak
Allah merupakan kewajiban yang pertama.
Al-Qur'an yang mulia menentukan kaidah ini dan menekankannya pada setiap
kesempatan. Juga dalam bentuk yang bermacam-macam agar ia menetap secara kokoh
dalam nurani setiap mukmin dengan jelas dan pasti, tanpa ada syubhat dan
keracunan sedikit pun di dalamnya.
Setelah penjelasan panjang lebar dalam arahan wasiat Luqman untuk
anaknya ini, muncullah paragraf selanjutnya tentang wasiat untuk menetapkan
perkara akhirat dan perhitungan yang teliti dan balasan yang adil di dalamnya.
Namun, hakikat itu tidak dibahas dalam bentuk yang masih murni dan tanpa
tambahan apa-apa. Tetapi, ia dibahas dalam lapangan alam semesta yang luas dan
dalam gambaran yang membekas dan
menggetarkan jiwa. Dan, ia mengungkapkan
ilmu Allah yang meliputi, luas, teliti, dan halus,
¢Óo_ç6»t !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5Ayöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù't $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ×Î7yz ÇÊÏÈ
(Luqman berkata): "Hai
anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui." (QS. Luqman :16)
Tidak ada satu pun ungkapan lain yang dapat menggmbarkan tentang
ketelitian dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan
Allah, dan tentang hisab yang teliti dan timbangan yang adil…melebihi gambaran
yang dilukiskan oleh ungkapan ayat ini. Inilah
salah satu keistimewaan Al-Qur'an sebagai mukjizat, di mana susunannya sangat
indah dan seutuhnya sangat dalam.
"…Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,…"
Kecil, remeh, dan tidak
memiliki nilai dan harga.
"…Dan berada dalam
batu,…"
Keras ia tersebar di
dalamnya, tidak tampak dan tidak memungkinkan sampai kepadanya dan
menemukannya,
"…Atau di langit…"
Dalam benda berwujud yang
besar dan luas ini, di mana bintang yang besar dan memiliki ukuran yang besar
pun tampak seperti titik kecil yang mengambang dan biji sawi yang mengapung.
"…Atau di dalam
bumi,…"
Hilang dalam tanahnya dan
pasirnya sehingga tidak jelas.
"…Niscaya Allah akan
mendatangkannya (membatasinya),…"
Jadi, ilmu Allah dapat
mendeteksinya, dan kekuasaan-Nya tidak akan luput darinya.
"…Sesungguhnya Allah
Mahahalus Lagi Maha Mengetahui."
(Luqman : 16)
Suatu komentar yang sesuai
dengan pemandangan yang tersembunyi dan halus.
Khayalan dan bayangan terus
menguntit biji sawi itu di tempatnya yang dalam dan luas. Dan, ilmu Allah
selalu mengejarnya, sehingga hati pun menjadi tunduk dan kembali kepada Allah
yang Maha Lembut dan maha Mengetahui atas rahasia rahasia ghaib. Dari balik
itu, hakikat itu menjadi kokoh dan stabil. Di mana Al-Qur'an menhendakinya agar
tertanam sangat kokoh dalam hati dengan metode yang menakjubkan.
Redaksi meneruskan kisah
nasihat Luqman kepada anaknya. Ia menelusuri bersama anaknya langkah-langkah
akidah setelah kestabilannya dalam nurani. Setelah beriman kepada Allah tidak
ada sekutu bagi-Nya, yakin terhadap kehidupan akhirat yang tidak diragukan di
dalamnya, dan percaya kepada keadilan balasana dari Allah yang tidak akan luput
walaupun seberat biji sawi pun,…maka langkah selanjutnya adalah menghadap Allah
dengan mendirikan shalat dan mengarahkan kepada manusia untuk berdakwah kepada
Allah. Juga bersabar atas beban-beban dakwah dan konsekuensi yang pasti
ditemui.
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman :17)
Inilah jalan akidah yang
telah dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya,
mengaharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap
pembalasan dari-Nya. Kemudian ia beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia
agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan
mencegah mereka dari mungkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menhadapi
peperangan melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal
ibadah dan menghadap kepada-Nya (dengan mendirikan shalat, serta bersabar atas
segala yang menimpa dai di jalan Allah).
"…Sesungguhnya yang
demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Luqman: 17)
Azmil umur adalah melewati
rintangan dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan setelah membulatkan tekad
dan keinginan.
Luqman meneruskan secara
panjang lebar tentang wasiatnya yang diceritakan oleh Al-Qur'an di sini hingga
sampai kepada balasan tentang adab seorang dai kepada Allah. Mendakwahi manusia
kepada kebaikan tidaklah membolehkan dan mengizinkan seseorang berbusung dada
atas manusia dan kesombongan diri atas nama pemimpin bagi mereka kepada
kebaikan. Apalagi bila ketinggian hati dan kesombongan itu dilakukan oleh orang
yang tidak mengajak kepada kebaikan, maka hal itu adalah lebih buruk dan lebih
hina,
wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä @ä. 5A$tFøèC 9qãsù
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman :18)
Ash-Sha'ru adalah sebuah penyakit yang menimpa onta sehingga
membongkokkan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur'an dalam memilih ungkapan ini
bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang mirip dengan gerakan Ash-Sha'ru
ini. Yaitu gerakan sombong dan palsu, dan memalingkan muka dari manusia karena
sombong dan merasa tinggi hati.
Berjalan di muka bumi dengan
membusungkan dada adalah cara berjalan dengan cara yang dibuat-buat, bersiul
dan sedikit acuh tak acuh terhadap orang. Ia adalah perilaku dibenci dan di
laknat Allah dan juga oleh para makhluk. Ia merupakan gambaran tentang perasaan
yang sakit dan penyakit jiwa yang tidak percaya terhadap diri sendiri.
Sehingga, timbullah dalam gaya jalannya yaitu gaya jalan orang-orang yang
sombong.
"…sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (luqman:18)
Bersama larangan terhadap
gaya jalan yang membusungkan dada, terdapat juga penjelasan tentang jalan yang
sederhana dan seimbang
"Dan sederhankanlah
kamu dalam berjalan…"
b.
Pendidikan
Anak di dalam Tafsir Al-Misbah
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
Dan Sesungguhnya Telah kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman :12)
Dan keterangan di atas jelaslah bahwa Luqman adalah seorang hamba yang
menjadi sahaya, dan kesayahan menghambatnya menjadi nabi, sebagai para rasul
yang diutus itu berasal dari kalangan keluarga terpandang di antara kaumnya. Karena itu, mayoritas ulama salaf memandang Luqman
bukan sebagai nabi.
Luqman pun pernah ditanya
ihwal prestasi yang dicapainya. Dia menjawab, "Hai anak saudaraku, jika
engkau menyimak apa yang aku katakana kepadamu, kamu pun akan berprestasi
seperti aku." Lalu Luqman berkata, "Aku menjaga mengontrol
pandanganku, menjaga lidahku, menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku,
berkata jujur, memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik
dengan tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah yang
membuat diriku seperti yang kamu lihat."
Kemudian Allah berfirman,
"Barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri," Sesungguhnya manfaat bersyukur itu berpulang kepada orang-orang
yang bersyukur itu sendiri, karena Allah berfirman, "Dan barang siapa yang
ingkar maka sesungguhnya Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji." Dan dia tidak
membutuhkan hamba dan Dia tidak mendapat mudarat jika seluruh penduduk bumi
ingkar sebab Dia tidak membutuhkan perkara selain-Nya. Karena itu, tidak ada
tuhan melainkan Allah dan kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya.
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$#
Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/
ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î)
öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès?
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".(QS. Luqman :13)
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman :14)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (QS. Luqman :15)
Allah Ta'ala memberitahukan
tentang pesan Luqman kepada anaknya. Nama lengkap Luqman ialah Luqman ibn Anqa'
bin Sadun, sedang anaknya bernama Taran. Demikianlah menurut kisah yang
dikemukakan oleh as Suhaili. Pertama-tama Luqman berpesan agar anaknya menyembah
Allah Yang Esa, tiada sekutu bangi-Nya. Kemudian dia mewanti-wanti anaknya
bahwa "sesungguhnya mempersekutukan itu benar-benar merupakan kezaliman
yang besar". Syirik mmerupakan perbuatan terzalim di antara kezaliman.
Bukhari meriwayatkan dari Abdullah, dia berkata,
Kemudian Luqman membarengkan
pesan beribadah kepada Allah Yang Esa dengan berbuat baik kepada kedua orang
tua. Dalam surat ini Allah berfirman, "Dan kami perintahkan kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah lemah,"yakni semakin bertambah lemah. Ayat
"Dan menyapihnya dalam dua tahun, "berarti setelah anak dilahirkan,
maka si ibu merawatnya dan menyusuinya. Hal ini sebagaimana firman Allah
Ta'ala, "Hendak para ibu menyusui anaknya dua taun penuh, bagi siapa yang
hendak menyempurnakan penyusuan." (al-Baqarah : 233) Dari ayat ini, Ibnu
Abbas menyimpulkan bahwa masa minimal kehamilan ialah enam bulan, sebab dalam
ayat lain Allah berfirman, "Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh
bulan." Allah menceritakan bahwa perawatan ibu, keletihan, dan
kesulitannya terjadi siang dan malam selama bulan-bulan tersebut. Penceritaan
ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu yang telah
diberikan kepadanya. Karena itu Allah Ta'ala berfirman, " Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya Akulah tempat kembali,
"karena Aku akan membalasmu dengan balasan yang banyak.
Firman Allah Ta'ala,
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan yag tidak
kamu ketahui maka janganlah kamu menaati keduanya. "Jika kedua orang tua
memaksamu agar mengikuti agamnya maka janganlah menaatinya. Namun, hal itu
jagan menghalangimu untuk berbuat baik kepada keduanya. "Ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, "yaitu jalan kaum mukmin. "Kemudian
kepada Allah tempat kamu kembali, lali Aku beritahu kepadamu apa yang dahulu
kamu kerjakan."
Dalam Kitabul 'Isyrah,
Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Sa'ad bin Malik, dia
berkata, "Ayat ' Dan apabila keduanya memaksamu…' diturunkan berkenaan
denganku. Dahulu aku seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah
masuk Islam, ibuku berkata, 'Hai Sa'ad, apa yang kulihat padamu telah
mengubahmu. Kamu harus meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan
minum hingga aku mati. Lalu kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan, 'Hai
pembunuh ibu!"Aku menjawab, 'Hai ibu, jangan lakukan itu. Sungguh aku
tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apapun." Selama sehari semalam
dia tidak makan sehingga dia menjadi letih. Tindakannya ini berlanjut hingga
tiga hari sehingga tubuhnya menjadi letih sekali. Setelah aku melihat demikian,
aku berkata, 'Hai ibuku, ketahuilah. Demi Allah, jika kamu punya seratus nyawa
lalu kamu menghembuskannya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan
agamaku ini karena apa pun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan
kehendakmu.' Akhirnya, dia pun makan."
(Luqman
berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui(QS. Luqman :16)
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman :17)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. (QS. Luqman :18)
Pesan-pesan ini sangat
bermanfaat. Pesan ini dikisahkan Allah melalui Luqmanul Hakim agar diteladani
dan diikuti oleh manusia. Luqman berkata, "Hai anakku, sesungguhnya
walaupun ia seberat biji sawi." Maksudnya, jika kezaliman atau kesalahan
itu seberat biji sawi, "niscaya Allah akan menampilkannya" pada hari
kiamat, lalu membalasnya. Jika yang seberat biji sawi itu kebaikan maka dibalas
dengan kebaikan dan bila berupa keburukan maka dibalas dengan keburukan pula.
Penggalan ini seperti firman Allah, "Barang siapa yang melakukan kebaikan
seberat zarah maka dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan keburukan
seberat zarah maka dia akan melihatnya." (Az-Zalzalah: 7-8) walaupun zarah
itu samar dan tersembunyi di pelataran langit dan bumi, niscaya akan
ditampilkan oleh Zat yang tidak ada satu kesamaran pun bagi-Nya. Karena itu,
Dia berfirman, Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui." Yakni,
Maha halus pengetahuan-Nya atas berbagai perkara yang lembut dan halus, dan
Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu, termasuk pada sayap nyamuk di malam
gulita. Segala makhluk, baik yang terlihat manusia maupun tidak, adalah
diketahui Allah.
"Hai anakku, dirikanlah
sholat" sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan waktunya. "Dan
suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah dari perbuatan yang
munkar" sesuai dengan kesanggupanmu "serta bersabarlah terhadap apa
yang menimpamu", sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti
mendapat gangguan." Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
ditetapkan." Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi gangguan manusia
merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para dai.
Firman Allah. "Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia." Asal makna sha'ara
ialah penyakit yang menimpa leher unta hingga kepalanya borok dan tegang. Lalu
unta demikian diserupakan dengan orang sombong yang memalingkan wajahnya dari
khalayak, tatkala dia berkata kepada mereka atau sebaliknya, karena memandang
mereka hina dank arena kesombongannya. Sesungguhnya Allah melarang berbuat
demikian.
Firman Allah Ta'ala, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan,
"yakni tidak lambat tidak pula cepat, namun pertengahan di antara keduanya. Firman Allah Ta'ala, Dan lunakkanlah suaramu.
"Yakni, janganlah kamu meninggikan suara tanpa guna. Karena itu, Dia
berfirman, "Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Yakni, tidak ada suara terburuk selain suara yang keras yang diserupakan dengan
suara keledai dalam hal melengking dan kerasnya. Disamping buruk, hal itu juga
dimurkai di sisi Allah Ta'ala. Penyerupaan suara keras dengan suara keledai
menetapkan keharaman dan ketercelaannya, sebab Rasulullah saw. Bersabda,
1.
Peran Orang Tua
dalam Mendidik Anak Kajian Surat Luqman ayat 12-18
Pendidikan Anak dilakukan tidak hanya sejak anak memasuki masa
kekanak-kanakan.Tapi sejak masa prenatal hingga seorang anakdewasa, orang tua
masih terus memberikan pendidikan pada anaknya. Dalam Islam, kita mengenal konsep pendidikan seumur hidup yang terangkum
dalam kalimat “minal mahdi ilal lahdi”, dari buaian hingga liang kubur. Konsep
long life education ini melibatkan banyak unsur pembentuk kepribadian manusia
dari sejak dia terlahir hingga akhirnya meninggal dunia. Di antara unsur-unsur
tersebut adalah: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan teman. Jika
dilihat dari beberapa unsur tersebut, kita bisa melihat dengan jelas, orangtua
merupakan unsur terdekat yang akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang
anak.[1]
Rasulullah Saw mengingatkan peran penting orangtua ini
dengan sabdanya:
“Setiap anak dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, hanya
kedua orang tuanyalah yang akan membuat dirinya menjadi seorang Yahudi, seorang
Nasrani atau seorang Majusi.” (HR Bukhari ,Ibnu Hibban Dan Baihaqi)
Tentunya hadits ini tidak
dipahami bahwa orangtua sebagai suatu unsur tunggal sebagai penentu masa depan
anak. Tapi, harus disadari bahwa orangtua mempunyai peran yang sangat penting bagi
masa depannya.Hal ini juga disinggung dalam sebuah peribahasa “Buah tidak jatuh
jauh dari pohonnya”.Keterlibatan peran orangtua bisa bersifat genetik dan
non-genetik.Secara genetik, beberapa sifat yang dipunyai anak cenderung
diperoleh dari sifat-sifat orangtuanya.Tapi, secara non genetik beberapa
perilaku anak dipengaruhi oleh sikap orangtua.
Bimbingan, perhatian dan
kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya,
merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis anak serta
niali-nilai social dan religius pada diri anak didik.[2]
Di sinilah orangtua menjadi
unsur yang sangat penting bagi pendidikan anak. Sampai pada titik ini, kita
diingatkan untuk memperhatikan dua hal penting: pertama, pendidikan sebagai
suatu proses seumur hidup, dan kedua, peran sentral orangtua dalam Membentuk
Kepribadian anak dengan Cara[3]:
a. Membekali Tauhid yang
Mantap
Tauhid merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam
pendidikan anak.Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama
Luqman. Allah Swt mengabadikan nasehat Luqman kepada anaknya dalam al quran
surat luqman ayat 14.
b.
Medidik Agar Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Nasihat kepada anak untuk
berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an al-Karim dan
pesan-pesan Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat
baik kepada anak itu sangat sedikit.Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua
mengayomi dan menyayangi anaknya. Inilah gambaran inspiratif dari luqman yang
menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tertuang
dalam Q.S. Al-Luqman: 14[4]
Ayat ini memberi Gambaran
tentang pengorbanan Sang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui
sang buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan
lebih lembut. Seorang anak tidak mampu mengganti apa yang telah dikorbankan
orangtua, meskipun ia memberikan seluruh usianya untuk keduanya.
c.
Menanamkan
Rasa tanggung Jawab
Pendidikan anak
yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa
yang dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia Akan dipertangung jawabakan
di akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas
dengan keburukan. Seperti dalam firman Allah SWT:
Q.S.
Al-Luqman : 16)[5]
Dengan menanamkan rasa
tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan berpengaruh positif
dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak dapat mengontrol
dan mengendalikan diri dalam berbuat.
d.
Membiasakan Shalat dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setelah kita memperkenalkan sang anak dengan
Rabbnya, kita ajari bagaimana dia berkomunikasi dengan Rabbnya, yaitu
mendirikan shalat Lima waktu. Kemudian kita juga tidak luput mendidiknya dalam
amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah SWT berfirman: Q.S. Al-Luqman : 17)[6]
Mengenai shalat Nabi Muhammad Saw juga menekankan di
dalam sebuah hadits:
“مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ،
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا
بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ “
“Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat
ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya),
Ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut mereka” (HR. Abu
Daud).
Pada hadits ini Rasulullah
Saw memakai ungkapan idhribuu yang arti dasarnya adalah pukullah secara fisik
jika anak melalaikan shalat. Namun makna lain yang lebih kontekstual adalah
‘didiklah’. Dengan demikian bentuk mendidik sangat luas, misalnya memberi
teladan, membiasakannya, serta memberi motivasi untuk shalat.
Dalam ayat diatas, Luqman
juga menasehati anaknya untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kebaikan merupakan
sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut dengan
ma’ruf yang artinya dikenal, begitupun kebathilan, manusia pada dasarnya Akan
selalu mengingkari segala bentuk kebathilan, maka dari itu bathil disebut
dengan munkar. Namun kadangkala manusia didominasi oleh hawa nafsunya sehingga
melaksanakan kebathilan dan meninggalkan kebaikan. Adapun dampak positif dalam
diri anak, minimal ketika dia memerintahkan kebaikan pada orang lain, maka sang
anak memiliki beban mental akan keharusan melakukan kebaikan itu. Begitu pula
dengan nahi munkar, paling tidak dia membenci pada kemunkaran sehingga dia
tidak Akan melakukannya.
e.
Menanamkan Kesabaran
Sudah sepantasnya kita sebagai orang tua mengajarkan
kesabaran kepada anak, karena hidup ini penuh dengan lika liku. Oleh karena itu
sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap
hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan
pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar. Nasihat ini
memang sangat penting agar seorang anak tidak mudah putus asa dalam menjalani
hidup yang penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh
apa yang diinginkan.
Manakala seseorang memiliki
kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman:
QS. Al-Baqarah : 153[7]
kemudian dijelaskan kembali di dalam Q.S. Al-Imraan : 200.
f.
Menjauhkan Sifat Angkuh dan Sombong
Sifat ini telah
mencelakakan banyak makhluk ciptaan Allah SWT, mulai dari peristiwa terusirnya
Iblis dari surga hingga ditenggelamkannya qarun kedalam bumi, serta banyak lagi
kisah-kisah para ummat sebelum kita yang diadzab karena kesombongannya. Dengan demikian Luqman menasehati anaknya agar
menjahui sifat angkuh dan sombong, seperti dalam firman Allah SWT: Q.S.
Al-Luqman : 18.[8]
C.
Kesimpulan
Jadi dalam pendidikan atau mendidik anak sejak dini (USIA dini) memang
harus sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-qur’an dan Al-hadist sehingga anak
menjadi anak yang taat pada Allah dan rasulnya begitu juga mereka taat kepada
orang tua dan keluarganya. Mendidik anak yang baik dan benar hendaknya dimulai
dengan memberikan pemahaman tentang kewajiban bersyukur kepada Allah SWT.Dan
menjauhi perilaku kufur, dengan berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik
kepada ciptaanNya. Selanjutnya
butir-butir nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat 13-19 dapat dipahami
sebagai petunjuk mengenai cara mendidik anak dengan baik dan benar.
Ada beberapa pendidikan yang
harus diberikan kepada anak sejak lahir sampai berusia tujuh hari yakni;
bersyukur, bertauhid (dengan mengazankan), pendidikan jasmani (fisik yang
kuat), kesehatan, dan kecerdasan.
Demikian makalah yang kami tulis, sebagai pemenuhan tugas yang diberikan
kepada kami, mudah-mudahan mempunyai efek manfaat bagi siapa saja.Kiranya
apabila banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini, kami mohon adanya kritik
dan saran yang dapat menjadikan kami lebih baik kedepannya. Amin Yarobbal Alamin.
D.
Analisis
Dari pemaparan para mufassir di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk
referensi para orang tua yang akan mendidik anak-ankanya dapat menggunakan
tafsir fi dhilalil qur’an, dikarenakan tafsir tersebut bahasanya mudah
dipahami oleh semua orang, tata bahasa yang ringan dapat membuat orang mudah
memahaminya, sebenarnya tafsir Al-Misbah pun cocok untuk digunakan
sebagai referensi akan tetapi tafsir Al-Misbah sedikit sulit dipahami,
akan tetapi setelah penafsiran tentang pendidikan anak di dalam tafsir Al-Misbah
di jelaskan beberapa poin tentang
perkataan luqman kepada anaknya mengenai perilaku yang baik, tidak merendahkan
kaum miskin dan tentang tawadhu’ itu juga bisa dijadikan salah satu referensi
kita sebagai pendidik untuk anak-anak.
1. Analisis
ayat 12
Melalui
surat luqman ayat 12 luqman mengajarkan kepada anaknya dan kita semua untuk
selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada Allah untuk semua
hambanya. Dengan selalu bersyukur kita akan
mendapatkan nikmat yang berlimpah.
2.
Analisis ayat 13
Dalam ayat 13 luqman mengajarkan tentang tauhid, yaitu
mengesakan Allah SWT. Tidak boleh meyakini adanya tuhan yang lain, meyakini
penolong selain Allah dan meyakini pemberi selain Allah.
3.
Analisis ayat 14
Dalam ayat 14 ini kita di haruskan untuk selalu
menghormati serta patuh kepada ayah dan ibu kita, di ayat 14 ini tidak
menyebutkan jasa bapak, tetapi lebih menekankan jasa ibu. Ini disebabkan karena
ibu berpotensi untuk tidak di hiraukan oleh anak karena kelemahan ibu berbeda
dengan bapak. Disisi lain peran bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan
disbanding dengan peran ibu. Setelah pembuahan semua proses kelahiran anak
dipikul oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan
penyusuan, bahkan lebih dari itu. Ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan
membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat.
4.
Analisis ayat 15
Pada ayat 15 menjelaskan tentang pengecualian menaati
perintah kedua orang tua, ketika perintah orang tua sudah berbelok dari agama
Islam atau syari’at islam maka gugur sudah kewajiban anak untuk menaati segala
apa yang diperintahkan tentang kemungkaran.
5.
Analisis ayat 16
Dalam ayat 16 ini menjelaskan tentang kebaikan dan
kejahatan seberat biji sawi pun akan di pertanggung jawaban kelak dihadapan
Allah. Ketika itu kebaikan maka akan mendapatkan balasan berupa rahmat dan
kasih sayang Allah,ketika itu kejahatan ataupun keburukan maka akan mendapatkan
pula sesuai apa yang diperbuat oleh manusia.
6.
Analisis ayat 17
Pada ayat 17 menjelaskan tentang amal-amal shaleh yang
puncaknya adalah sholat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar
ma’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang
dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
7.
Analisis ayat 18
Nasihat luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran aqidah beliau selingi dengan tentang akhlak, itu mengisyaratkan bahwa ajaran
akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
E.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, para pendidik
dan juga orang tua tergugah hatinya untuk berubah menjadi pendidik dan orang
tua yang lebih berkualialitas, dengan artian mendidik anak sesuai dengan
al-Qur’an dan Hadist. Salah satunya dengan cara mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, membiasakan perilaku yang baik, mendidik anak dengan baik dan
benar, agar terciptanya seorang anak yang berakhlak mulia, pendidik dan orang
tua yang berkualitas.
Daftar
Rujukan
Amini, Ibrahim, Ta’lim wa
Tarbiyat, terj. Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah,Agar Tak Salah Mendidik,
(Jakarta; Al-Huda) 2006
Al-Iman al-Bukhori
al-Ja’fary, Sahih al-Bukhari, jilid ke-7, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiah),1992 M
Muhaimin, Abdul Mujib,
Pemikiran Pendidikan Islam, kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya,(Bandung;Trigenda karya), 1993.
Nasih Ulwan, Abdullah,
Tarbiyatul Awlad Fi Al-Islam,( Mesir; Darussalam),1994
Mahmud Yunus, At Tarbiyatu
wa At Ta’lim (Gontor; Trimurti), tt
Tauhid, Zainuri dkk (Ed),
Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pandangan Islam, (Jakarta; MUI),2005
Thalib,M, 50 Pedoman
Mendidik Anak Menjadi Shalih,( Bandung; Irsyad Baitus Salam),1998.
Al Qur’an Digital
http://cahgurem.mywapblog.com/kisah-dari-luqman-alhakim.xhtml
[1]Ibrahim Amini, Ta’lim wa Tarbiyat, terj.
Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah,Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta;
Al-Huda, 2006), hlm : 5-7
[2]Tauhid, Zainuri dkk (Ed), Pendidikan Anak
Usia Dini Menurut Pandangan Islam, (Jakarta : MUI, 2005), hlm.13
[3]Thalib,M, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi
Shalih, (Bandung; Irsyad Baitus Salam,1998), hlm. 24-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar