Sabtu, 12 Maret 2016

RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN



RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN
Moch. Irfan Ubaidillah (15770023)

A.  Pendahuluan
Manusia diberikan anugerah berupa anatomi tubuh yang begitu sempurna oleh Allah SWT. Mereka juga diberikan kebebasan dalam bertindak maupun berpikir, meskipun ada batasan-batasan tertentu yang membatasinya. Manusia juga diberikan anugerah berupa indera, baik indera penglihatan, peraba, perasa, pendengar dan indera penciuman. Sangat luar biasa ketika manusia bisa menggunakan ke lima inderanya dengan baik dan benar sesuai perintah Allah SWT dan yang telah dicontohkan oleh RasulNya. Sebaliknya, manusia akan merasakan hal yang tidak biasa baik sakit ataupun nyeri pada ke lima anggota inderanya maupun anggota tubuh lainnya jika tidak bisa menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik.

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom.
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan.
Di dalam kulit manusia terdapat reseptor nyeri, yakni organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Keterangan di atas sangat berkaitan erat dengan surat An Nisa’ ayat 56 tentang siksaan bagi orang-orang kafir di neraka yang engga beriman kepada Allah. Mereka di siksa dengan siksaan yang amat pedih, sehingga ketika kulitnya hancur lebur Allah menggantinya dengan kulit yang baru, agar reseptor nyeri atau rangsangan nyerinya aktif kembali dan merasakan kepedihan sikaan api neraka.

B.  Pembahasan
1.      Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.[1] Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg besar dari maha pencipta (Allah SWT), sulit dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi dengan “reseptor nyeri”, sehingga kita tidak pernah menyadari kalau tubuh kita telah terancam kerusakan.[2]
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.[3] Nyeri adalah sensasi yang muncul akibat stimulus nyeri yang berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik.[4] Dalam keterangan lain, Nyeri (pain) diartikan sebagai suatu konsep yang komplek untuk didefenisikan dan dipahami. Nyeri barangkali adalah suatu fenomena yang sering dihadapi oleh petugas kesehatan.[5] Melzack dan Casey mengemukakan bahwa, nyeri bukan hanya suatu pengalaman sensori belaka tetapi juga berkaitan dengan motivasi dan komponen afektif individunya.[6]
Menurut Tamsuri,[7] faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah sebagai berikut:

1) Usia
Respon nyeri pada semua umur berbeda-beda dimana pada anak masih belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
2) Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganutkepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadimereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4)  Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.
5)  Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6)  Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. Perasaan keprihatinan, ketidakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan denga perubahan fisiologis.[8]
7)  Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8)  Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9)  Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

2.    Fisiologi Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.[9]
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor juga terlibat dalam proses tranduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak berespon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah sebuah proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neurala signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis dan karakteristik individu lainnya.[10]
Gambaran tentang derajat nyeri pada manusia dewasa:





Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nociseptor dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian tubuh, yaitu: pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic) dan pada daerah visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nociseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam 2 komponen, yaitu:
a.    Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b.   Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor visceral meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya difuse atau terus menerus. Nyeri yang timbul dari reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Serabut nyeri jenis A delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang mekanik daripada rangsang panas dan kimia, sedangkan serabut nyeri C lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia dan mekanik kuat.[11]
3.    Anatomi Kulit Secara Histopatologik
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:
1.         Lapisan epidermis atau kutikel
2.         Lapisan dermis (korium, kutis vera dan true skin)
3.         Lapisan subkutis (hipodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.[12]
1.    Lapisan epidermis terdiri atas: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki
Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum spinosum (stratum malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
Sel-sel basale ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu:
a.    Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
b.    Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes).[13]
2.    Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni:
a.    Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung rambut saraf dan pembulu darah.
b.   Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin suflat, di bagian ini terdapat pula fibroblas.[14]
3.    Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.[15]
Keterangan di atas akan dijelaskan bagian-bagiannya, sebagaimana gambaran yang telah ada mengenai anatomi kulit pada manusia di bawah ini:










4.    Penjelasan dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Jalalain
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan secara komprehensif mengenai tafsir surat An Nisa, ayat 56 sebagai berikut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $uZÏG»tƒ$t«Î/ t$ôqy öNÍkŽÎ=óÁçR #Y$tR $yJ¯=ä. ôMpg¾ÖmW Nèdߊqè=ã_ öNßg»uZø9£t/ #·Šqè=ã_ $yduŽöxî (#qè%räuÏ9 z>#xyèø9$# 3 žcÎ) ©!$# tb%x. #¹ƒÍtã $VJŠÅ3ym ÇÎÏÈ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An Nisa: 56).
Allah SWT. menceritakan perihal siksaan-Nya di dalam neraka Jahannam terhadap orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayatNya dan kafir kepada rasul-rasulNya. Untuk itu Allah SWT. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami.... (Q.S. An Nisa: 56).
Maksudnya, Kami akan masukkan mereka ke dalam neraka yang meliputi semua tubuh dan anggota mereka.
Kemudian Alah SWT. menceritakan perihal kekekalan siksa dan pembalasan yang mereka terima. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
الْعَذَابَ لِيَذُوقُوا غَيْرَهَا جُلُودًا بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودُهُمْ نَضِجَتْ كُلَّمَا
Artinya: Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. (Q.S. An Nisa: 56).
Menurut riwayat Al-A'masy, dari Ibnu Umar, apabila kulit mereka terbakar, maka kulit itu diganti lagi dengan kulit yang lain berwarna putih seperti kertas (kapas). Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
Yahya ibnu Yazid Al-Hadrami mengatakan, telah sampai kepadanya sehubungan dengan makna ayat ini suatu penafsiran yang mengatakan bahwa dijadikan bagi orang kafir seratus macam kulit, di antara dua kulit ada sejenis siksaannya sendiri. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Hisyam, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa: 56). Dalam waktu sehari kulit mereka terbakar hangus sebanyak tujuh puluh ribu kali.
Dalam sanad hadis ini sesudah Husain ditambahkan Fudail, dari Hisyam, dari Al-Hasan, sehubungan dengan firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa: 56). Dikatakan kepada mereka, "Kembalilah seperti semula!" Maka kulit mereka kembali seperti semula.[16]
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan dari Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yahya (yakni As-Sa'dani), telah menceritakan kepada kami Nafi' maula Yusuf As-Sulami Al-Basri, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki membacakan ayat berikut di hadapan Khalifah Umar, yaitu firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan yang lain (Q.S. An Nisa: 56). Maka Umar berkata, "Ulangi lagi bacaanmu untukku!" Lalu lelaki itu mengulangi bacaan ayat tersebut. Maka Mu'az ibnu Jabal berkata, "Aku mempunyai tafsir ayat ini, kulit mereka diganti seratus kali setiap saatnya." Maka Umar berkata, "Hal yang sama pernah kudengar dari Rasulullah Saw."
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, dari Abdan ibnu Muhammad Al-Marwazi, dari Hisyam ibnu Ammar dengan lafaz yang sama.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula dengan lafaz yang Lain dari jalur yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Imran, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Nafi' Abu Hurmuz, telah menceritakan kepada kami Nafi’, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa seorang lelaki membacakan ayat ini di hadapan Khalifah Umar, yaitu firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa: 56), hingga akhir ayat. Maka Umar berkata, "Ulangi lagi bacaanmu untukku," saat itu di tempat tersebut terdapat Ka'b. Maka Ka'b berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai tafsir ayat ini, aku pernah membacanya sebelum masuk Islam." Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Umar berkata, "Hai Ka'b, coba sebutkan. Jika yang kamu sebutkan itu sama dengan apa yang pernah kudengar dari Rasulullah SAW., maka aku membenarkanmu (percaya kepadamu); dan jika tidak, maka kami tidak menganggapnya." Ka'b menjawab, "Sesungguhnya aku telah membacanya sebelum masuk Islam, yaitu setiap kali kulit mereka hangus, maka Kami gantikan dengan kulit yang lain dalam satu saat sebanyak seratus dua puluh satu kali gantian." Maka Umar berkata, "Hal yang sama pernah kudengar dari Rasulullah SAW."[17]
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, telah disebutkan di dalam kitab yang terdahulu bahwa kulit seseorang di antara mereka tebalnya empat puluh hasta, gigi mereka panjangnya empat puluh hasta, dan perut mereka saking besarnya seandainya ditaruh di dalamnya sebuah gunung, niscaya dapat memuatnya. Apabila api neraka membakar hangus kulit mereka, maka kulit itu diganti lagi dengan kulit yang lain. Di dalam hadits lain disebutkan hal yang lebih jelas daripada ini.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى الطَّوِيلُ، عَنْ أَبِي يَحْيَى الْقَتَّاتِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَعْظُمُ أَهْلُ النَّارِ فِي النَّارِ، حَتَّى إِنَّ بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِ أَحَدِهِمْ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةَ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ، وَإِنَّ غِلَظَ جِلْدِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا، وَإِنَّ ضِرْسَهُ مِثْلَ أُحُدٍ".
Artinya: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Yahya At-Tawil, dari Abu Yahya Al-Qattat, dari Mujahid, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW. yang telah bersabda: Tubuh ahli neraka di dalam neraka menjadi besar, hingga saking besarnya jarak antara bagian bawah telinga seseorang di antara mereka sampai ke pundaknya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun. Dan sesungguhnya tebal kulitnya adalah tujuh puluh hasta, dan sesungguhnya besar gigi kunyahnya adalah seperti Bukit Uhud. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid dari segi sanad ini.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa: 56). Yakni baju-baju kurung mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Tetapi pendapat ini lemah, mengingat bertentangan dengan makna lahiriah ayat.[18]
Pada saat di neraka orang-orang kafir akan mendapatkan siksaan yang begitu pedih sebab ingkar dan tidak beriman kepada Allah SWT. Mereka mendapatkan siksaan di neraka yang menyebabkan kulitnya hingga hancur dan Allah menggantinya dengan yang baru, demikian berlanjut karena kekekalan mereka di neraka kelak. Sesuai dengan dalil baik dari hadits maupun penjelasan di dalam kitab Ibnu Katsir, bahwa kelak mereka setiap harinya akan mendapatkan siksaan yang begitu pedih dari Allah sebanyak ratusan kali yang menghanguskan kulitnya dan setiap kulitnya hangus, Allah akan menggantikannya dengan kulit yang baru agar mereka dapat merasakan betapa pedih dan dahsyatnya siksaan Allah SWT di neraka.
Sedangkan di dalam kitab Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Mahalli dan Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, dijelaskan secara singkat bahwa:
(Sesungguhnya orang-orang yang kafir akan ayat-ayat Kami akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka) mereka akan terbakar hangus (setiap matang) atau menjadi hangus (kulit mereka itu Kami ganti dengan kulit lainnya) yakni dengan mengembalikannya kepada keadaannya sebelum matang atau hangus itu (supaya mereka merasakan azab) dan menderita kepedihannya. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) dalam segala penciptaan-Nya.[19] (Q.S. An Nisa’: 56).
Di dalam kitab Tafsir Jalalain karya dua Imam Jalaluddin memang tidak terlalu dijelaskan secara eksplisit mengenai Surat An Nisa’ ayat 56. Sebab, kitab tafsir Jalalain fokus menafsirkan per kata ataupun per kalimat dan lebih cenderung banyak pembahasan ilmu-ilmu tentang gramatika bahasa Arab. Namun, penjelasan di dalam kitab ini tidak bertolak belakang dengan penjelasan pada kitab Ibnu Katsir. Artinya, kelak orang-orang kafir benar-benar akan merasakan kedahsyatan siksaan dari Allah SWT, dimana pada saat ini (dunia) mereka banyak menikmati dengan foya-foya dan hidup dalam kebahagiaan yang fatamorgana belaka.

5.    Keajaiban Surat An Nisa Ayat 56
Terbukanya tabir hati ahli farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An Nisa’ ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An Nisa’ tersebut antara lain sebagai berkut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $uZÏG»tƒ$t«Î/ t$ôqy öNÍkŽÎ=óÁçR #Y$tR $yJ¯=ä. ôMpg¾ÖmW Nèdߊqè=ã_ öNßg»uZø9£t/ #·Šqè=ã_ $yduŽöxî (#qè%räuÏ9 z>#xyèø9$# 3 žcÎ) ©!$# tb%x. #¹ƒÍtã $VJŠÅ3ym ÇÎÏÈ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. An Nisa’ : 56) .
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan saraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.[20]
Adanya pembuktian ini merupakan perantara dari Allah SWT yang menjadikan sebuah hidayah bagi mereka sehingga mereka memeluk agama Islam. Orang-orang kafir yang dahulunya tidak percaya kepada Islam, bahkan membenci Islam akan sangat mudah bagi Allah untuk membalikkan hatinya agar menjadi orang-orang yang beriman kepadaNya. Segala puji bagi Allah dengan segala kekuasaan dan keindahan karuniaNya, betapa manusia terkadang memaksakan diri untuk hidup sesuai dengan keinginannya, padahal tanpa mereka sadari bahwa mereka hidup sesuai kehendak Allah SWT.

C.      Kesimpulan
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg besar dari maha pencipta (Allah SWT), sulit dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi dengan “reseptor nyeri”, sehingga kita tidak pernah menyadari kalau tubuh kita telah terancam kerusakan.
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
Anatomi kulit pada manusia terdiri dari Epidermis sebagai bagian terluar, kemudian Dermis dan terakhir ada Subkutis. Ketika orang-orang kafir mendapatkan siksaan dari Allah SWT, maka api tersebut menembus hingga lapisan Subkutis yang membuat kulit kehilangan reseptor nyeri atau perangsang nyeri pada kulit yang bisa membuat merasakan sakit. Oleh karena itu, Allah mengganti dengan kulit yang baru agar orang-orang kafir dapat merasakan kembali sakitnya siksaan dari Allah SWT.

D.  Analisis
Pembahasan mengenai reseptor nyeri atau nociseptor (Mustaqbalaatul Alam) merupakan hazanah keilmuan yang baru bagi penulis. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu belajar lebih mengenai keilmuan dalam bidang kedokteran. Selain itu, reseptor nyeri membawa kepada suatu pemahaman bahwa dalam sistem saraf manusia terdapat reseptor atau penghantar sehingga bisa merasakan rasa nyeri ataupun sikap reflek terhadap rasa sakit, bau dan lain sebagainya.
Rasa nyeri bisa dirasakan pada tubuh bagian mana saja, sebab terdapat reseptor-reseptor pada anatomi manusia, akan tetapi penulis lebih mengkhususkan kepada reseptor nyeri pada kulit. Anatomi kulit dibagi menjadi 3, yakni Epidermis, Dermis dan Subkutis. Dari ketiga lapisan tersebut, rasa nyeri yang dialami manusia akan berbeda, seperti; ketika sebatas di Epidermis akan terasa sangat sakit atau nyeri masih terasa, ketika di Dermis tidak jauh beda dengan Epidermis yakni terasa sangat nyeri dan ketika agak dalam lagi sudah mulai tidak terasa nyeri dan ketika mengenai tingkatan kulit paling bawah atau Subkutis, maka nyeri sudah tak terasa lagi. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
Surat An-Nisa ayat 56 menjelaskan bagaimana orang-orang kafir disiksa oleh Allah SWT sebab enggan untuk beriman kepadaNya dan akan kekal di neraka. Ketika hancurnya kulit orang-orang kafir itulah Allah menggantinya dengan kulit yang baru, agar mereka merasakan sakit dari siksaan tersebut. Kaitan antara reseptor nyeri dan surat An Nisa’ ayat 56 yakni pergantian kulit baru bagi orang-orang kafir yang disiksa oleh Allah SWT. Panasnya api neraka membuat manusia terbakar hangus sampai menenembus lapisan kulit Subkutis yang menjadikan manusia tidak merasakan nyeri lagi. Tujuan dari pergantian kulit tersebut agar tumbuh kembali reseptor nyeri pada manusia sehingga orang-orang kafir benar-benar tersiksa dengan adzab Allah SWT

Daftar Rujukan

Amir, Darwin. 2012. Mekanisme Nyeri. FK. Unand.

Bahrudin, Moch. 2013. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press.

Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Kumala, Poppy. dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland, E/25. Jakarta: EGC.

Muhammad, Jalaluddin bin Ahmad Mahalli. 2008. Tafsir Al-Jalalain. Surabaya: Al-Haramain Jaya Indonesia.

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rufaidah. 2007. Jurnal Keperawatan, Multidimensional Nyeri, vol. 2, no. 2. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Sandoval, Montes. An analysis of the concept of pain. Journal of Advanced Nursing.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol 1. Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

http://www.voa-islam.com/news/thailand/2009/07/10/213/profesor-masuk-islam-karena-keajaiban-al-qur%27an/. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono. (Diakses pada: Kamis, 10 Desember 2015; 21.20 WIB).

Ibnukatsironline.blogspot.com. (Diakses pada: Kamis, 10 Desember 2015; 21.00 WIB).


[1] Darwin Amir, Mekanisme Nyeri, (FK. Unand, 2012), hal. 1.
[2] Ibid., hal. 2.
[3] Smeltzer & Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol 1. Alih Bahasa Agung Waluyo, (Jakarta: EGC, 2002), hal. 2.
[4] Sigit Nian Prasetyo, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi 1. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 5.
[5] Montes-Sandoval, An analysis of the concept of pain. Journal of Advanced Nursing,  29, hal. 935.
[6] Melzack, R., & Casey, K. L. Dalam Rufaidah, Jurnal Keperawatan, Multidimensional Nyeri, vol. 2, no. 2, (Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 77.
[7] A. Tamsuri, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, (Jakarta: EGC, 2007), hal. 4-5.
[8] Poppy Kumala, dkk., Kamus Saku Kedokteran Dorland, E/25, (Jakarta: EGC, 1998), hal. 71.
[9] Moch. Bahrudin, Neurologi Klinis, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 216.
[10] Moch. Bahrudin, Loc.Cit., hal. 216-217.
[11] Moch. Bahrudin, Loc.Cit., hal. 217-218.
[12] Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011), hal. 3.
[13] Adhi Djuanda, Loc.Cit., hal. 3-4.
[14] Adhi Djuanda, Loc.Cit., hal. 4.
[15] Ibid.
[16] Ibnukatsironline.blogspot.com. (Diakses pada: Kamis, 10 Desember 2015; 21.00 WIB).
[17] Ibnukatsironline.blogspot.com. Loc.Cit.
[18] Ibnukatsironline.blogspot.com. Loc.Cit.
[19] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Mahalli, Tafsir Al-Jalalain, (Surabaya: Al-Haramain Jaya Indonesia, 2008), hal. 79.
[20]http://www.voa-islam.com/news/thailand/2009/07/10/213/profesor-masuk-islam-karena-keajaiban-al-qur%27an/. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono. (Diakses pada: Kamis, 10 Desember 2015; 21.20 WIB).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar