RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN
Moch. Irfan Ubaidillah (15770023)
A.
Pendahuluan
Manusia
diberikan anugerah berupa anatomi tubuh yang begitu sempurna oleh Allah SWT. Mereka juga diberikan kebebasan dalam
bertindak maupun berpikir, meskipun ada batasan-batasan tertentu yang
membatasinya. Manusia juga diberikan anugerah berupa indera, baik indera
penglihatan, peraba, perasa, pendengar dan indera penciuman. Sangat luar biasa
ketika manusia bisa menggunakan ke lima inderanya dengan baik dan benar sesuai
perintah Allah SWT dan yang telah dicontohkan oleh RasulNya. Sebaliknya,
manusia akan merasakan hal yang tidak biasa baik sakit ataupun nyeri pada ke
lima anggota inderanya maupun anggota tubuh lainnya jika tidak bisa menjaga dan
merawat tubuhnya dengan baik.
Nyeri adalah pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik
aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Nyeri memiliki
komponen kognitif dan emosional, berkaitan dengan reflex menghindar dan
perubahan output otonom.
Nyeri merupakan
pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau
busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca
indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan
stimulus panca indera, karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal
dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan.
Di dalam kulit manusia
terdapat reseptor nyeri, yakni organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin
dari saraf aferen.
Keterangan di atas
sangat berkaitan erat dengan surat An Nisa’ ayat 56 tentang siksaan bagi
orang-orang kafir di neraka yang engga beriman kepada Allah. Mereka di siksa
dengan siksaan yang amat pedih, sehingga ketika kulitnya hancur lebur Allah
menggantinya dengan kulit yang baru, agar reseptor nyeri atau rangsangan
nyerinya aktif kembali dan merasakan kepedihan sikaan api neraka.
B.
Pembahasan
1.
Definisi
Nyeri
Nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut.[1] Sesungguhnya
nyeri adalah anugerah yg besar dari maha pencipta (Allah SWT), sulit
dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi dengan “reseptor nyeri”,
sehingga kita tidak pernah menyadari kalau tubuh kita telah terancam kerusakan.[2]
Nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual atau potensial.[3]
Nyeri adalah sensasi yang muncul akibat stimulus nyeri yang berupa biologis,
zat kimia, panas, listrik serta mekanik.[4]
Dalam keterangan lain, Nyeri (pain) diartikan sebagai
suatu konsep yang komplek untuk didefenisikan dan dipahami. Nyeri barangkali
adalah suatu fenomena yang sering dihadapi oleh petugas kesehatan.[5]
Melzack dan Casey mengemukakan bahwa, nyeri bukan hanya suatu pengalaman sensori
belaka tetapi juga berkaitan dengan motivasi dan komponen afektif individunya.[6]
Menurut Tamsuri,[7]
faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah sebagai berikut:
1) Usia
Respon nyeri pada semua umur
berbeda-beda dimana pada anak masih belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga
perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
2) Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita tidak
berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor
budaya (tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya,
bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu
daerah menganutkepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadimereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang
terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan
respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik
untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri
bisa menyebabkan seseorang cemas. Perasaan
keprihatinan, ketidakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan
denga perubahan fisiologis.[8]
7) Pengalaman
masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa
lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di
masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah
seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9) Support
keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan.
2.
Fisiologi Nyeri
Mekanisme timbulnya
nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensasi perifer, perubahan
fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural
dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman
subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi.[9]
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran
saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls
nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu
serabut A-beta, A-delta dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap
stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri atau
nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor juga terlibat dalam proses tranduksi, merupakan
serabut saraf aferen yang tidak berespon terhadap stimulasi eksternal tanpa
adanya mediator inflamasi.
Transmisi
adalah sebuah proses
dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian
sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim
dan penerima aktif dari sinyal elektrik kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu
dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron
spinal.
Modulasi
adalah proses
amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neurala signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor
opioid seperti mu, kappa dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem
nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis,
hipotalamus dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.
Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi
adalah kesadaran akan
pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi,
transmisi, modulasi, aspek psikologis dan karakteristik individu lainnya.[10]
Gambaran tentang derajat nyeri pada manusia dewasa:

Reseptor nyeri adalah
organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nociseptor. Secara
anatomis, reseptor nyeri (nociseptor)
ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nociseptor dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian tubuh, yaitu: pada kulit (kutaneus),
somatic dalam (deep somatic) dan pada
daerah visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nociseptor kutaneus
berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya
mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus)
terbagi dalam 2 komponen, yaitu:
a.
Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat
(kecepatan transmisi 6-30m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b.
Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan
transmisi 0,5-2m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri
biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor
nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh
darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor
visceral meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya difuse atau terus menerus. Nyeri yang timbul dari reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Serabut
nyeri jenis A delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak dipengaruhi oleh
rangsang mekanik daripada rangsang panas dan kimia, sedangkan serabut nyeri C
lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia dan mekanik kuat.[11]
3.
Anatomi Kulit Secara
Histopatologik
Pembagian kulit secara garis besar
tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:
1.
Lapisan epidermis atau kutikel
2.
Lapisan dermis (korium, kutis vera dan true skin)
3.
Lapisan subkutis (hipodermis)
Tidak
ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.[12]
1. Lapisan epidermis terdiri atas: stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
Stratum
korneum (lapisan
tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum
lusidum terdapat
langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki
Stratum
granulosum (lapisan
keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum
juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum
spinosum (stratum
malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta)
terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat
ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan-jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel
Langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
Stratum
basale terdiri atas
sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
Sel-sel basale ini mengadakan mitosis
dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu:
a.
Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma
basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh
jembatan antar sel.
b.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna
muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes).[13]
2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa
padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yakni:
a.
Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung rambut saraf dan pembulu darah.
b.
Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol
ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin suflat, di bagian ini
terdapat pula fibroblas.[14]
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata
dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit
diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis
(pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus
yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang
di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening.[15]
Keterangan di atas akan
dijelaskan bagian-bagiannya, sebagaimana gambaran yang telah ada mengenai
anatomi kulit pada manusia di bawah ini:

4.
Penjelasan dalam
Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Jalalain
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan secara komprehensif mengenai tafsir surat An Nisa’, ayat 56 sebagai berikut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $uZÏG»t$t«Î/ t$ôqy öNÍkÎ=óÁçR #Y$tR $yJ¯=ä. ôMpg¾ÖmW Nèdßqè=ã_ öNßg»uZø9£t/ #·qè=ã_ $yduöxî (#qè%räuÏ9 z>#xyèø9$# 3 cÎ) ©!$# tb%x. #¹Ítã $VJÅ3ym ÇÎÏÈ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami
ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An Nisa’: 56).
Allah SWT. menceritakan
perihal siksaan-Nya di dalam neraka Jahannam terhadap orang-orang yang ingkar
kepada ayat-ayatNya dan kafir kepada rasul-rasulNya. Untuk itu Allah SWT.
berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami.... (Q.S. An Nisa’: 56).
Maksudnya, Kami akan
masukkan mereka ke dalam neraka yang meliputi semua tubuh dan anggota mereka.
Kemudian Alah SWT.
menceritakan perihal kekekalan siksa dan pembalasan yang mereka terima. Untuk
itu Allah Swt. berfirman:
الْعَذَابَ لِيَذُوقُوا غَيْرَهَا جُلُودًا بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودُهُمْ نَضِجَتْ كُلَّمَا
Artinya: Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit
yang lain, supaya mereka merasakan azab. (Q.S. An Nisa’: 56).
Menurut riwayat
Al-A'masy, dari Ibnu Umar, apabila kulit mereka terbakar, maka kulit itu
diganti lagi dengan kulit yang lain berwarna putih seperti kertas (kapas).
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
Yahya ibnu Yazid
Al-Hadrami mengatakan, telah sampai kepadanya sehubungan dengan makna ayat ini
suatu penafsiran yang mengatakan bahwa dijadikan bagi orang kafir seratus macam
kulit, di antara dua kulit ada sejenis siksaannya sendiri. Demikianlah menurut
riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Husain
Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Hisyam, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya:
Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa’: 56). Dalam waktu sehari kulit mereka
terbakar hangus sebanyak tujuh puluh ribu kali.
Dalam sanad hadis ini
sesudah Husain ditambahkan Fudail, dari Hisyam, dari Al-Hasan, sehubungan
dengan firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa’: 56).
Dikatakan kepada mereka, "Kembalilah seperti semula!" Maka kulit
mereka kembali seperti semula.[16]
Ibnu Abu Hatim mengatakan
pula, telah diriwayatkan dari Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami
Sa'id ibnu Yahya (yakni As-Sa'dani), telah menceritakan kepada kami Nafi' maula
Yusuf As-Sulami Al-Basri, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa
ada seorang lelaki membacakan ayat berikut di hadapan Khalifah Umar, yaitu
firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan
yang lain (Q.S. An Nisa: 56). Maka Umar berkata, "Ulangi lagi
bacaanmu untukku!" Lalu lelaki itu mengulangi bacaan ayat tersebut. Maka
Mu'az ibnu Jabal berkata, "Aku mempunyai tafsir ayat ini, kulit mereka
diganti seratus kali setiap saatnya." Maka Umar berkata, "Hal yang
sama pernah kudengar dari Rasulullah Saw."
Ibnu Murdawaih
meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, dari Abdan ibnu Muhammad
Al-Marwazi, dari Hisyam ibnu Ammar dengan lafaz yang sama.
Ibnu Murdawaih
meriwayatkan pula dengan lafaz yang Lain dari jalur yang lain. Untuk itu ia
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Imran,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnul Haris, telah
menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami
Nafi' Abu Hurmuz, telah menceritakan kepada kami Nafi’, dari Ibnu Umar yang
mengatakan bahwa seorang lelaki membacakan ayat ini di hadapan Khalifah Umar,
yaitu firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa: 56), hingga akhir ayat. Maka Umar berkata, "Ulangi
lagi bacaanmu untukku," saat itu di tempat tersebut terdapat Ka'b. Maka
Ka'b berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai tafsir ayat ini, aku
pernah membacanya sebelum masuk Islam." Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu Umar berkata, "Hai Ka'b, coba sebutkan. Jika yang kamu sebutkan itu
sama dengan apa yang pernah kudengar dari Rasulullah SAW., maka aku
membenarkanmu (percaya kepadamu); dan jika tidak, maka kami tidak
menganggapnya." Ka'b menjawab, "Sesungguhnya aku telah membacanya
sebelum masuk Islam, yaitu setiap kali kulit mereka hangus, maka Kami gantikan
dengan kulit yang lain dalam satu saat sebanyak seratus dua puluh satu kali
gantian." Maka Umar berkata, "Hal yang sama pernah kudengar dari Rasulullah
SAW."[17]
Ar-Rabi' ibnu Anas
mengatakan, telah disebutkan di dalam kitab yang terdahulu bahwa kulit
seseorang di antara mereka tebalnya empat puluh hasta, gigi mereka panjangnya
empat puluh hasta, dan perut mereka saking besarnya seandainya ditaruh di
dalamnya sebuah gunung, niscaya dapat memuatnya. Apabila api neraka membakar
hangus kulit mereka, maka kulit itu diganti lagi dengan kulit yang lain. Di
dalam hadits
lain disebutkan hal yang lebih jelas daripada ini.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى الطَّوِيلُ،
عَنْ أَبِي يَحْيَى الْقَتَّاتِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَعْظُمُ أَهْلُ
النَّارِ فِي النَّارِ، حَتَّى إِنَّ بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِ أَحَدِهِمْ إِلَى
عَاتِقِهِ مَسِيرَةَ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ، وَإِنَّ غِلَظَ جِلْدِهِ سَبْعُونَ
ذِرَاعًا، وَإِنَّ ضِرْسَهُ مِثْلَ أُحُدٍ".
Artinya: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Abu Yahya At-Tawil, dari Abu Yahya Al-Qattat, dari
Mujahid, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW. yang telah bersabda: Tubuh ahli neraka
di dalam neraka menjadi besar, hingga saking besarnya jarak antara bagian bawah
telinga seseorang di antara mereka sampai ke pundaknya sama dengan jarak
perjalanan seratus tahun. Dan sesungguhnya tebal kulitnya adalah tujuh puluh
hasta, dan sesungguhnya besar gigi kunyahnya adalah seperti Bukit Uhud. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad
secara munfarid dari segi sanad ini.
Menurut pendapat lain,
yang dimaksud dengan firman-Nya: Setiap kali kulit mereka hangus (Q.S. An Nisa’: 56).
Yakni baju-baju kurung mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir. Tetapi pendapat ini lemah, mengingat bertentangan dengan makna
lahiriah ayat.[18]
Pada saat di neraka orang-orang kafir akan mendapatkan siksaan yang begitu
pedih sebab ingkar dan tidak beriman kepada Allah SWT. Mereka mendapatkan
siksaan di neraka yang menyebabkan kulitnya hingga hancur dan Allah
menggantinya dengan yang baru, demikian berlanjut karena kekekalan mereka di
neraka kelak. Sesuai dengan dalil baik dari hadits maupun penjelasan di dalam
kitab Ibnu Katsir, bahwa kelak mereka setiap harinya akan mendapatkan siksaan
yang begitu pedih dari Allah sebanyak ratusan kali yang menghanguskan kulitnya
dan setiap kulitnya hangus, Allah akan menggantikannya dengan kulit yang baru
agar mereka dapat merasakan betapa pedih dan dahsyatnya siksaan Allah SWT di
neraka.
Sedangkan di dalam kitab Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Muhammad
bin Ahmad Mahalli dan Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti,
dijelaskan secara singkat bahwa:
(Sesungguhnya orang-orang yang kafir akan ayat-ayat Kami akan Kami masukkan
mereka ke dalam neraka) mereka akan terbakar hangus (setiap matang) atau
menjadi hangus (kulit mereka itu Kami ganti dengan kulit lainnya) yakni dengan
mengembalikannya kepada keadaannya sebelum matang atau hangus itu (supaya
mereka merasakan azab) dan menderita kepedihannya. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa)
dalam segala penciptaan-Nya.[19] (Q.S.
An Nisa’: 56).
Di dalam kitab Tafsir Jalalain karya dua Imam Jalaluddin memang tidak
terlalu dijelaskan secara eksplisit mengenai Surat An Nisa’ ayat 56. Sebab,
kitab tafsir Jalalain fokus menafsirkan per kata ataupun per kalimat dan lebih
cenderung banyak pembahasan ilmu-ilmu tentang gramatika bahasa Arab. Namun,
penjelasan di dalam kitab ini tidak bertolak belakang dengan penjelasan pada
kitab Ibnu Katsir. Artinya, kelak orang-orang kafir benar-benar akan merasakan
kedahsyatan siksaan dari Allah SWT, dimana pada saat ini (dunia) mereka banyak
menikmati dengan foya-foya dan hidup dalam kebahagiaan yang fatamorgana belaka.
5.
Keajaiban Surat An Nisa’ Ayat 56
Terbukanya tabir hati
ahli farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat
membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli
Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An Nisa’ ayat 56 yang menjelaskan bahwa
luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf
sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan
penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang
menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An Nisa’ tersebut antara lain sebagai
berkut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $uZÏG»t$t«Î/ t$ôqy öNÍkÎ=óÁçR #Y$tR $yJ¯=ä. ôMpg¾ÖmW Nèdßqè=ã_ öNßg»uZø9£t/ #·qè=ã_ $yduöxî (#qè%räuÏ9 z>#xyèø9$# 3 cÎ) ©!$# tb%x. #¹Ítã $VJÅ3ym ÇÎÏÈ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir
terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka,
setiap kali kulit mereka terbakar hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit
yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana." (Q.S. An Nisa’ : 56) .
Ditinjau secara anatomi
lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan
Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah
dan saraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah
menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien.
Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf
afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah
menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir
supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.[20]
Adanya pembuktian ini merupakan perantara dari Allah SWT yang menjadikan
sebuah hidayah bagi mereka sehingga mereka memeluk agama Islam. Orang-orang
kafir yang dahulunya tidak percaya kepada Islam, bahkan membenci Islam akan
sangat mudah bagi Allah untuk membalikkan hatinya agar menjadi orang-orang yang
beriman kepadaNya. Segala puji bagi Allah dengan segala kekuasaan dan keindahan
karuniaNya, betapa manusia terkadang memaksakan diri untuk hidup sesuai dengan
keinginannya, padahal tanpa mereka sadari bahwa mereka hidup sesuai kehendak
Allah SWT.
C.
Kesimpulan
Nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg besar dari
maha pencipta (Allah SWT), sulit dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi
dengan “reseptor nyeri”, sehingga kita tidak pernah menyadari kalau tubuh kita
telah terancam kerusakan.
Mekanisme
timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensasi perifer,
perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi.
Anatomi kulit pada manusia terdiri dari
Epidermis sebagai bagian terluar, kemudian Dermis dan terakhir ada Subkutis.
Ketika orang-orang kafir mendapatkan siksaan dari Allah SWT, maka api tersebut
menembus hingga lapisan Subkutis yang membuat kulit kehilangan reseptor nyeri
atau perangsang nyeri pada kulit yang bisa membuat merasakan sakit. Oleh karena
itu, Allah mengganti dengan kulit yang baru agar orang-orang kafir dapat
merasakan kembali sakitnya siksaan dari Allah SWT.
D.
Analisis
Pembahasan mengenai reseptor nyeri atau nociseptor (Mustaqbalaatul
Alam) merupakan hazanah keilmuan yang baru bagi penulis. Oleh sebab itu,
penulis merasa perlu belajar lebih mengenai keilmuan dalam bidang kedokteran.
Selain itu, reseptor nyeri membawa kepada suatu pemahaman bahwa dalam sistem
saraf manusia terdapat reseptor atau penghantar sehingga bisa merasakan rasa
nyeri ataupun sikap reflek terhadap rasa sakit, bau dan lain sebagainya.
Rasa nyeri bisa dirasakan pada tubuh bagian mana saja, sebab terdapat
reseptor-reseptor pada anatomi manusia, akan tetapi penulis lebih mengkhususkan
kepada reseptor nyeri pada kulit. Anatomi kulit dibagi menjadi 3, yakni
Epidermis, Dermis dan Subkutis. Dari ketiga lapisan tersebut, rasa nyeri yang
dialami manusia akan berbeda, seperti; ketika sebatas di Epidermis akan terasa
sangat sakit atau nyeri masih terasa, ketika di Dermis tidak jauh beda dengan
Epidermis yakni terasa sangat nyeri dan ketika agak dalam lagi sudah mulai
tidak terasa nyeri dan ketika mengenai tingkatan kulit paling bawah atau
Subkutis, maka nyeri sudah tak terasa lagi. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri:
tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
Surat An-Nisa ayat 56 menjelaskan bagaimana orang-orang kafir disiksa oleh
Allah SWT sebab enggan untuk beriman kepadaNya dan akan kekal di neraka. Ketika
hancurnya kulit orang-orang kafir itulah Allah menggantinya dengan kulit yang
baru, agar mereka merasakan sakit dari siksaan tersebut. Kaitan antara reseptor
nyeri dan surat An Nisa’ ayat 56 yakni pergantian kulit baru bagi orang-orang
kafir yang disiksa oleh Allah SWT. Panasnya api neraka membuat manusia terbakar
hangus sampai menenembus lapisan kulit Subkutis yang menjadikan manusia tidak
merasakan nyeri lagi. Tujuan dari pergantian kulit tersebut agar tumbuh kembali
reseptor nyeri pada manusia sehingga orang-orang kafir benar-benar tersiksa
dengan adzab Allah SWT
Daftar Rujukan
Amir, Darwin. 2012. Mekanisme
Nyeri. FK. Unand.
Bahrudin, Moch. 2013. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press.
Djuanda, Adhi. 2011.
Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Kumala, Poppy. dkk. 1998.
Kamus Saku Kedokteran Dorland, E/25. Jakarta: EGC.
Muhammad, Jalaluddin bin Ahmad
Mahalli. 2008. Tafsir Al-Jalalain. Surabaya:
Al-Haramain Jaya Indonesia.
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan
Nyeri, Edisi
1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rufaidah. 2007. Jurnal Keperawatan, Multidimensional Nyeri, vol. 2, no. 2.
Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.
Sandoval, Montes. An analysis of the concept of pain. Journal of Advanced Nursing.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol 1. Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
http://www.voa-islam.com/news/thailand/2009/07/10/213/profesor-masuk-islam-karena-keajaiban-al-qur%27an/.
Diposting oleh Abu Yusuf Sujono. (Diakses pada: Kamis,
10 Desember 2015; 21.20 WIB).
Ibnukatsironline.blogspot.com. (Diakses pada: Kamis, 10
Desember 2015; 21.00 WIB).
[1]
Darwin Amir, Mekanisme Nyeri, (FK. Unand, 2012), hal. 1.
[2]
Ibid., hal. 2.
[3] Smeltzer & Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol 1. Alih
Bahasa Agung Waluyo, (Jakarta: EGC, 2002), hal. 2.
[4] Sigit Nian Prasetyo, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi 1.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 5.
[6] Melzack, R., & Casey, K. L. Dalam Rufaidah, Jurnal Keperawatan,
Multidimensional Nyeri, vol. 2, no. 2, (Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara, 2007), hal. 77.
[8]
Poppy Kumala, dkk., Kamus Saku
Kedokteran Dorland, E/25, (Jakarta: EGC, 1998), hal. 71.
[9]
Moch. Bahrudin, Neurologi Klinis, (Malang:
UMM Press, 2013), hal. 216.
[10]
Moch. Bahrudin, Loc.Cit., hal. 216-217.
[11]
Moch. Bahrudin, Loc.Cit., hal. 217-218.
[12]
Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011), hal. 3.
[13]
Adhi Djuanda, Loc.Cit., hal. 3-4.
[14]
Adhi Djuanda, Loc.Cit., hal. 4.
[15]
Ibid.
[17] Ibnukatsironline.blogspot.com.
Loc.Cit.
[18] Ibnukatsironline.blogspot.com.
Loc.Cit.
[19] Jalaluddin Muhammad
bin Ahmad Mahalli, Tafsir Al-Jalalain,
(Surabaya: Al-Haramain Jaya Indonesia,
2008), hal. 79.
[20]http://www.voa-islam.com/news/thailand/2009/07/10/213/profesor-masuk-islam-karena-keajaiban-al-qur%27an/.
Diposting oleh Abu Yusuf Sujono. (Diakses pada: Kamis,
10 Desember 2015; 21.20 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar