Sabtu, 12 Maret 2016

TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN



TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN
Ahmad Alie Faza (15770046)


A.  Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia karena dengan kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan nyaman dan banyak berbuat kebaikan dengan memberi manfaat kepada sesama. Sementara manusia adalah makhluk yang kompleks yang terdiri atas unsur fisik, psikis, sosial dan spiritual, maka manakala seseorang mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan penyembuhan secara menyeluruh.[1] Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan psikis. Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sendiri, tidak kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis adalah substansi imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi, mempunyai daya mengetahui dan menggerakan, kekal dan berada di dunia metafisik.

 Fisik dan psikis berhubungan ketika al-nuṭfah memenuhi syarat dengan jiwa yang kemudian keduanya berpisah bersamaan dengan datangnya kematian.[2] Dengan begitu kondisi fisik manusia adalah sebuah media yang menjadikan manusia dapat berhubungan dengan manusia lainnya di dunia dan juga sebagai modal kebaikan untuk bekal hidup di akhirat.
Organisasi kesehatan sedunia (WHO/ World Health Organization) sebagaimana dikutip oleh Mustamir, mendefinisikan kesehatan sebagai kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara utuh dan bukan semata-mata tidak ada penyakit dan gangguan.[3] Seseorang yang dikatakan sehat tidak hanya terhindar dari penyakit, karena badan yang sehat tidak selalu kondisi mental dan sosialnya sehat begitu pula sebaliknya. Ketiga komponen di atas memiliki peranan penting sebagai tolak ukur bagi seseorang yang dikatakan sehat.
Setiap orang pasti mendambakan kesehatan dalam hidupnya baik secara fisik maupun mental, di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman :
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)tƒ !$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$# ÇËÉÊÈ
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka’". (Q.S. al-Baqarah/2: 201)[4]
Pada ayat di atas terdapat do’a yang sering dilafalkan orang mukmin setiap selesai shalat. Doa yang selalu dipanjatkan agar diberi kebaikan (ḥasanah) di dunia dan di akhirat, tidak terkecuali kesehatan, sejatinya juga harus diikuti dengan usaha keras untuk mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang berkecukupan, akan tetapi terkadang di saat sehat manusia lalai dan lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
Al-Qur’an memberikan kedudukan penting dalam hal kekuatan fisik. Kekuatan ini hanya dimiliki oleh orang yang memiliki jasmani yang sehat hingga dalam memilih seorang pemimpin pun kekuatan fisik menjadi salah satu syarat yang harus dipertimbangkan dengan baik, seperti yang tercantum dalam Q.S. al-Baqarah/2: 247:
tA$s%ur óOßgs9 óOßgŠÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 šVqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3tƒ ã&s! ہù=ßJø9$# $uZøŠn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sムZpyèy šÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$# çm8xÿsÜô¹$# öNà6øn=tæ ¼çnyŠ#yur ZpsÜó¡o0 Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur ( ª!$#ur ÎA÷sム¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇËÍÐÈ
Artinya: “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah/2: 247)[5]
Berdasarkan ayat tersebut di atas maka kesehatan seseorang perlu diperhatikan dengan baik karena kondisi badan seseorang tentunya dia sendirilah yang bisa menjaganya. Demikian pula ketika seseorang sakit atau sehat pasti ada proses yang mendahuluinya. Kondisi yang sehat itu artinya seseorang tersebut setiap hari menjalani hidup secara sehat begitu pula sebaliknya.
Sebagai umat Islam, tentunya kita menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menjalani segala aspek kehidupan. Di dalam al-Qur’an terdapat begitu banyak ayat yang memerintahkan kita untuk berpikir, membaca dan merenungkan ayat-ayat serta segala sesuatu yang ada di sekitarkita, karena semuanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengetahui dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah karena di hati mereka terdapat penyakit seperti yang telah disebutkan dalam ayat berikut:
Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdyŠ#tsù ª!$# $ZÊttB ( óOßgs9ur ë>#xtã 7OŠÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç/Éõ3tƒ ÇÊÉÈ
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q.S. al-Baqarah/2: 10)[6]
Al-Qur’an menyebutkan macam-macam penyakit hati yang menimpa manusia selain itu, Ia juga telah mengajarkan kepada manusia agar tetap melestarikan lingkungan dan menjaga kebersihan tempat tinggal supaya tidak menjadi sarang kuman dan bakteri. Al-Qur’an juga menghimbau untuk menjauhi makanan dan minuman yang mengandung penyakit dan ia juga memberitahu tata cara mengobati diri kita ketika sakit.[7] Mengingat al-Qur’an membantu manusia di bidang ini sehingga al-Qur’an menyebut dirinya sebagai “penyembuh penyakit”, yang oleh kaum muslimin diartikan sebagai petunjuk yang akan membawa manusia kepada kesehatan spiritual, psikologis dan fisik.[8]
Pada dasarnya al-Qur’an merupakan kitab suci yang menerangkan masalah akidah dan hidayah, hukum syari’at dan akhlak, akan tetapi di dalamnya banyak terdapat ayat yang menunjukan berbagai hakikat ilmiyah yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mempelajari, membahas dan memahaminya.[9] Dari sinilah para mufasir berijtihad menggali beberapa jenis ilmu pengetahuan dari ayat-ayat al-Qur’an dan usaha itu kini menghasilkan banyak faedah baik di bidang tafsir maupun di bidang ilmu pengetahuan salah satu di antaranya adalah bidang kedokteran.
Meskipun al-Qur’an bukanlah buku kesehatan, akan tetapi al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia agar selamat baik di dunia maupun diakhirat dan salah satu petunjuk itu adalah petunjuk untuk menjalani hidup sehat sehingga bisa beraktivitas dan menjalankan ibadah dengan benar. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa al-Qur’an adalah syifā’ , yang salah satunya terdapat pada Q.S. al-Isrā’/17: 82
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9   Ÿwur ߃Ìtƒ tûüÏJÎ=»©à9$# žwÎ) #Y$|¡yz ÇÑËÈ
Artinya: “Dan kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (Q.S. al-Isrā’/17:82)[10]
Ayat lainnya yang menyebutkan kata syifā’ dalam al-Qur’an yaitu Q.S. Yūnus/10: 57, at-Taubah/9 : 14, an-Naḥl/16: 69, asy-Syu’arā’/26: 80, Ali Imrān/3: 103, at-Taubah/9: 109 dan Fuṣṣilat/41: 44. Sebagian ulama menafsirkan ayat-ayat syifā’ tersebut sebagai obat bagi kesehatan rohani saja, akan tetapi ada juga ulama yang berpendapat bahwa al-Qur’an tidak hanyadapat digunakan sebagai obat bagi kesehatan rohani saja tapi juga dapat digunakan sebagai obat bagi kesehatan jasmani, kecuali pada Q.S. Ali Imrān/3: 103 dan at-Taubah/9: 109 yang bermakna pinggir atau tepi yang mendekat kepada kejatuhan.[11]
Ada sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudry ra. Ia bercerita bahwa kami serombongan pernah melakukan perjalanan dan singgah di sebuah kampung. Tiba-tiba seorang wanita datang dan berkata : “kepala desa kami baru saja disengat binatang berbisa, padahal orang-orang kami sedang tidak ada di tempat. Apakah dari kalian ada yang bisa menjampi?” Kemudian, seorang pria berdiri, ia ikut dengan wanita itu lalu membacakan surat al- Fātiḥah hingga si penderita sembuh. Setelah itu Kepala Desa memberinya upah beberapa ekor kambing.
Tatkala kami pulang, aku bertanya pada pria itu: “apakah memang benar kamu bisa meruqyah atau belum pernah meruqyah sebelumnya?” pria itu menjawab: “Belum pernah. Tadi aku hanya membacakan surah al-Fātiḥah.” Kami berkata: “Jangan ucapkan satu katapun tentang ini sampai kita bertanya dulu kepada Rasulullah SAW.” Pada saat kami tiba di Kota Madinah, kami ceritakan peristiwa tersebut kepada Nabi. Beliau pun bersabda: “tak tahukah dia kalau surah al-Fātiḥah memang ruqyah? Bagilah kambing itu dan berilah aku bagian.”[12]
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi manusia, akan tetapi untuk mengetahui makna di balik ayatayat al-Qur’an tersebut tentu saja tidak sekedar membaca seperti halnya membaca teks lainnya karena wahyu dipandang sebagai teks yang sarat dengan makna dan penafsirannya dipandang relevan dan sesuai dengan segala kondisi, baik objek, zaman atau tempat di mana seorang mufasir itu berada.
Untuk itu penulis mencoba meneliti berbagai ayat-ayat syifā’ agar dapat menemukan penafsiran dan hubungannya terhadap kesehatan jasmani dengan merujuk dari berbagai sumber tafsir yang ada serta kesesuaian dengan hadits-hadits Nabi dan disiplin ilmu khususnya ilmu kesehatan.
B.  Pembahasan
1.    Stuktur Tubuh Manusia
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Agar tugas sebagai khalifah di bumi dapat terealisasi dengan baik maka Allah menciptakan manusia yang tersusun atas beberapa komponen. Menurut Abdul Mujib dalam buku Kepribadian dalam Psikologi Islam, menyebutkan bahwa stuktur tubuh manusia terdiri atas tiga komponen, yaitu:
a.    Struktur Jasmani
Jasad adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organ fisik. Setiap makhluk hidup memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari tanah, api, udara dan air. Keempat unsur tersebut merupakan unsur abiotik (mati). Ia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang  bersifat fisik, Stuktur jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini diciptakan sebagai wadah atau tempat singgah struktur roh. Stuktur jasmani tidak mampu membentuk tingkah laku lahiriah tanpa adanya roh dalam tubuh tersebut. Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang mengembangkan proses fisiknya. Energi itu disebut sebagai daya hidup. Daya hidup sifatnya abstrak dan belum mampu menggerakan tingkah laku. Kejadian ini terjadi saat manusi masih berusia 4 bulan sebelum ditiupkannya roh pada janin tersebut. Struktur jasmani hanya memiliki natur yang buruk seperti naturnya binatang.
b. Stuktur Rohani
Struktur rohani merupakan aspek psikologi dari kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari alam amar Allah yang sifatnya gaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus esensi kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri tapi juga di alam materi (setelah bergabung dengan fisik) sehingga ia lebih dulu dan lebih abadi adanya dari struktur jasmani.
Suatu tingkah laku ‘rohaniah’ dapat terwujud dengan kesendirian struktur rohani. Tingkah laku menjadi aktual manakala telah menyatu dengan struktur jasmani. Struktur rohani hanya memiliki natur yang baik seperti naturnya malaikat.
Penciptaan dan pengaturan struktur rohani telah ditetapkan di alam perjanjian (mitsāq) sebelum kejadian material ada. Tujuan penciptaannya adalah untuk merealisasikan perjanjian dengan-Nya. Allah-lah yang menjadi tujuan hakikat kehidupan manusia.
Fitrah roh multidimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Roh dapat ke luar masuk tubuh manusia. Kematian tubuh bukan berarti kematian roh. Roh masuk ke tubuh manusia ketika tubuh tersebut siap menerimanya.
Alam struktur rohani dalam psikologi kepribadian Islam diantaranya: Pertama, aspek periodesasi kepribadian manusia, bahwa rentang kehidupan manusia tidak sebatas pada kehidupan dunia, tapi ada kehidupan lain sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Kedua, aspek konstruksi kepribadian manusia. Ditinjau dari konstrusi kebutuhan hidup, roh manusia membutuhkan agama karena agama merupakan hidangan rohani yang dapat membimbing fitrahmanusia ke arah aslinya yaitu suci dan rindu dengan kehadirat Allah.
Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam sistem kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya sehingga agama akan menciptakan kebudayaan. Ibadah merupakan aktualisasi diri dari konstruksi kehidupan manusia, oleh karena itu hendaknya seorang mukmin dituntut untuk berkepribadian sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah. Ketiga, aspek motivasi dan tujuan kepribadian manusia. Motivasi dan tujuan yang menggerakan kepribadian islam menjadi kepribadian rohaniah. Motivasi dan tujuan ini telah ada sejak masa pra-kehidupan dunia. Motivasi dan tujuan akhir manusia adalah Allah.8
c.  Struktur Nafsani
Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini diciptakan untuk mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia di alam arwah. Aktualisasi itu berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani merupakan perpaduan antara struktur jasmani dan stuktur rohani. Kehidupan dunia terwujud apabila ada interaksi aktif antara aspek fisik dan aspek psikis dari stuktur nafsani.
Mengingat struktur nafsani tersusun dari struktur jasmani dan rohani yang mana memiliki natur yang berlawanan yaitu baik dan buruk maka pada struktur nafsani terdapat tarik-menarik antara natur yang buruk dan yang baik. Apabila kecenderungan struktur nafsani mengikuti natur jasmani maka kepribadiannya menjadi buruk tapi bila sebaliknya maka kepribadiannya menjadi baik.
2.    Definisi Syifā’
Kata syifā’ berasal dari bahasa arab yang artinya menyembuhkan, hal yang menyembuhkan, kesembuhan atau pengobatan. Bentuk kata syifā’ adalah masdar. Yang dimaksud dengan syifā’ di sini adalah penyembuh. Ada beberapa istilah lain dalam bahasa arab selain kata syifā’, di antaranya yaitu kata dawa’, thibb, ilaj. Penyembuhan merupakan upaya untuk mencapai kesembuhan, dengan bermacam cara, baik itu melalui do’a, mantra, pijat, ramuan jamu, obat-obatan, terapi maupun normalisasi. Semua hal tersebut merupakan bagian dari penyembuhan. Azis C. Widoyoko membedakan antara pengertian pengobatan dan penyembuhan. Menurutnya, pengobatan adalah upaya penyembuahan melalui obat-obatan. Sementara penyembuhan sendiri maksudnya adalah segala upaya untuk mencapai kesembuhan.
Dalam keterangan lain dijelaskan, bahwa obat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat diartikan dengan bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit.
Penyakit menyebabkan ketidakseimbangan, sementara pengobatan diberikan untuk meghilangkan sebab dari keadaan tersebut sehingga tubuh dapat kembali kepada kondisi kesehatan yang alami seperti semula. Jadi pada dasarnya tubuh manusia mempunyai daya tahan atau kekuatan alami untuk mengembalikan tubuhnya pada kondisi yang seimbang. Pengobatan hanya membantu tubuh dan susunannya yang alami untuk menghilangkan atau melenyapkan penghalang yang disebabkan oleh penyakit. Dengan demikian pengobatan tidak dianggap sebagai penyebab langsung kesembuhan suatu penyakit, melainkan hanya untuk menghilangkan sebab penyakit itu saja.
Terkadang ketakutan manusia terhadap rasa sakit sebenarnya wujud dari ketakutan akan adanya kematian. Padahal setiap orang yang mati tidak selalu disebabkan oleh sakit karena kematian bukanlah hal yang dapat diketahui atau ditunda waktunya. Begitu pula dengan penyembuhan. Penyembuhan bukanlah hal yang dapat mencegah atau menunda kematian akan tetapi tujuan dari penyembuahan itu sendiri adalah melaksanakan kewajiban sebagai Raḥmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi semesta alam). Mustamir mendefinisikan penyembuhan sebagai ‘meletakkan’ makhluk-makhluk Tuhan sesuai dengan tempat dan fungsinya. Misalnya saja, virus yang menyebabkan AIDS tidak sepantasnya bertempat tinggal pada diri manusia.
3.    Definisi Sakit
Kata sakit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit dan sebagainya). Sakit memiliki tiga konsep dalam bahasa inggris, yaitu disease, illness dan sickness. Ketiga istilah tersebut mencerminkan, bahwa kata ‘sakit’ mengandung tiga pengertian yang mengadung dimensi biopsikososial. Disease (penyakit berdimensi biologis) adalah suatu penyimpangan, yang gejalanya diketahui melelui diagnosis. Sedangkan illness (penyakit berdimensi psikologis) adalah konsep psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi, atau keadaan tubuh yang dirasa tidak enak. Sementara sickness (penyakit berdimensi sosiologis) merupakan konsep psikologis yang bermakna sebagai penerimaan sosial terhadap seseorang, sebagai seseorang yang sedang mengalami kesakitan (illness atau disease)
Dalam bahasa Arab kata sakit berasal dari akar kata ma-ra-da (almarad) yang maknanya bekisar pada sesuatu yang tidak sehat, baik pada fisik maupun jiwa atau mentalnya.
4.    Macam-macam Penyakit
Kata penyakit memiliki beberapa arti, di antaranya: 1) sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup, 2) gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal (jaringan pada organ tubuh makhluk hidup), 3) sebagai konotasi memiliki arti kebiasaan yang buruk, sesuatu yang mendatangkan keburukan.
Tubuh memiliki tiga macam kondisi: normal, tidak normal, antara normal dan tidak normal. Dalam kondisi pertama tubuh disebut sehat. Dan kondisi kedua tubuh dikatakan sakit. Sementara kondisi ketiga disebut kondisi antara sehat dan tidak sehat, karena tubuh tidak akan berubah menjadi kebalikannya, kecuali setelah melalui masa antara keduanya terlebih dahulu. Hal-hal yang menyebabkan tubuh keluar dari kondisi normal bisa berasal dari dalam tubuh, kerena kondisi tubuh yang panas atau dingin yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme tubuh, seperti ketidakstabilan metabolisme tubuh. Bisa juga berasal dari faktor luar tubuh, karena suhu yang diterima tubuh terkadang bisa cocok namun terkadang tidak cocok. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziayah dalam karyanya, Metode Pengobatan Nabi SAW, secara umum mengklasifikasikan penyakit menjadi dua macam, yaitu
a. Penyakit Jasmani
Penyakit jasmani adalah penyakit yang timbul karena salah satu dari organ tubuh tidak berfungsi dengan baik atau bahkan kehilangan fungsinya secara total. Bisa juga munculnya karena masuknya berbagai jenis mikroba ke dalam tubuh seseorang sehingga merusak salah satu organ tubuhnya. Dari situlah timbul gejala-gejala penyakit. Masing-masing penyakit jasmani memiliki gejala, sebab musebab, karakter dan improvisasi yang menjadi kekhususan penyakit tersebut, masing-masing penyakit dapat dibedakan dengan yang lain sehingga mudah dideteksi.
Penyakit Jasmani adalah penyakit yang mengenai tubuh disebabkan oleh mikroba atau virus atau terganggunya fungsi organ tubuh disebabkan oleh satu atau beberapa organisme.

b.  Penyakit Rohani
Penyakit rohani adalah suatu penyakit yang terjadi kerena adanya serangan rohani dari luar terhadap tubuh dan rohani si sakit, lalu unsur luar itu mengalahkan dan menguasainya. Para dokter mendefinisikan serangan ini sebagai komponen yang mengubah secara mendadak susunan elektrik otak, bisa jadi dengan penambahan pada sebagian organ tubuh lantas menyebabkan pergulatan persial atau total. Bisa jadi pula berubahnya susunan elektrik itu disebabkan pengurangan, lantas mengakibatkan apa yang dinamakan peluruhan sebagian organ atau peluruhan seluruh organ tubuh.
Penyakit jiwa merupakan akumulasi berbagai jenis penyakit yang banyak jumlahnya, yang semuanya dapat dirasakan oleh si sakit. Melalui perantara tenaga medis semua penyakit itu dicoba untuk dideteksi dengan menggunakan beragam analisa seperti pengguanaan sinar laser, tes laboratorium, dan lain sebagainya, terbukti secara fisik tidak ada suatu penyakitpun pada tubuhnya. Ternyata semua gejala itu berasal dari berbagai pengaruh luar dalam kehidupan sehari-hari, seperti rasa khawatir, perasaan bimbang, hutang dan lain sebagainya.
5.    Penafsiran Ayat-ayat Syifā’ Dalam Al-Qur’an
Kataشِفَاءٌ     merupakan masdar dari شِفَاءٌ - يَشْفِى  شَفَى yang artinya menyembuhkan, hal yang menyembuhkan, kesembuhan. Dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fādz al-Qur’an al-Karīm disebutkan bahwa kata syifā dapat ditemukan 8 surat dalam al-Qur’an, yaitu Q.S. asy-Syu’arā’/26 : 80, Q.S. al-Isrā’/17 : 82, Q.S. Yūnus/10 : 57, Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44, Q.S. an-Nahl/16 : 69, Q.S. at-Taubah/9 : 14, Q.S. at-Taubah/9: 109 dan Q.S. Ᾱli Imrān/3: 103,2 bunyi ayat tersebut sebagai berikut:
1.      Q.S. asy-Syu’arā’/26 : 80
#sŒÎ)ur àMôÊ̍tB uqßgsù ÉúüÏÿô±o ÇÑÉÈ
Artinya : “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Q.S. asy-Syu’ara’/26 : 80)
2.      Q.S. al-Isrā’/17 : 82
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9   Ÿwur ߃Ìtƒ tûüÏJÎ=»©à9$# žwÎ) #Y$|¡yz ÇÑËÈ
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang berimansedangkan bagi orang zalim (al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (Q.S. al-Isrā’/17 : 82) 4
3. Q.S. Yūnus/10 : 57
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrߐÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (al- Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (Q.S. Yūnus/10 : 57) 5
4. Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõƒr& (#qä9$s)©9 Ÿwöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»tƒ#uä ( @ÏJygõƒ­#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( šúïÏ%©!$#ur Ÿw šcqãYÏB÷sムþÎû öNÎgÏR#sŒ#uä ֍ø%ur uqèdur óOÎgøŠn=tæ ¸Jtã 4 šÍ´¯»s9'ré& šc÷ryŠ$uZム`ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
Artinya: “Dan sekiranya al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab, niscaya mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah patut (al-Quran) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul,) orang Arab? Katakanlah: "al-Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (al-Quran) itu merupakan kegelapan bagi mereka.6 mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh". (Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44) 7
5. Q.S. an-Nahl/16 : 69
§NèO Í?ä. `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨W9$# Å5è=ó$$sù Ÿ@ç7ß Å7În/u Wxä9èŒ 4 ßlãøƒs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#uŽŸ° ì#Î=tFøƒC ¼çmçRºuqø9r& ÏmŠÏù Öä!$xÿÏ© Ĩ$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÏÒÈ
Artinya: “Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.” (Q.S. an-Nahl/16 : 69) 8
6. Q.S. at-Taubah/9 : 14
öNèdqè=ÏF»s% ÞOßgö/Éjyèムª!$# öNà6ƒÏ÷ƒr'Î/ öNÏdÌøƒäur öNä.÷ŽÝÇZtƒur óOÎgøŠn=tæ É#ô±our urßß¹ 7Qöqs% šúüÏZÏB÷sB ÇÊÍÈ
Artinya: “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghinakan mereka dan menolongmu(dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (Q.S. at-Taubah/9 : 14 )

6.    Penafsiran Ulama Terhadap Ayat Yang Mengandung Kata Syifā’
a. Tafsir al-Azhar
Kata  شِفَاءٌ  dalam tafsir al-Azhar dimaknai sebagai obat, yaitu obat bagi segala panyakit jiwa manusia seperti, kesombongan, kedengkian, putus asa yang menimpa manusia. Dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an secara seksama dan memahami makna yang terkandung di setiap ayat maka lambat laun akan sembuh dengan sendirinya. Dalam hal ini banyak ulama tafsir yang menyatakan kalau al-Qur’an juga dapat menyembuhkan penyakit badan bahkan sampai ada yang menulis ayat-ayat al-Qur’an lalu digantungkannya di tubuh. Cara ini sudah jauh menyimpang dari tujuan al-Qur’an. Namun pada zaman modern saat ini telah dikenal ilmu pengobatan psichosomatik yaitu ilmu pengobatan yang menyelidiki penyakit yang melanda badan seseorang yang awalnya disebabkan oleh penyakit kejiwaan. Akan tetapi, seseoarang yang membiarkan dirinya tetap dalam kegelapan maka hanya akan menambah penyakit jiwa mereka karena mereka tidak berobat dengan al-Qur’an yang telah diturunkan Allah sebagai obat dan rahmat.18
Ahli psikosomatik Indonesia, Prof. Dr. Aulia yang dikutip oleh Abdul Malik Abdul Karim Amrullah dalam Tafsir al-Azhar menyatakan: Apabila seseorang yang sakit benar-benar kembali pada ajaran agamanya, amat diharap sakitnya akan sembuh. Betapa besar pengaruh ajaran tauhid yang mengandung ikhlas, sabar, ridha, tawakal dan taubat besar pengaruhnya mengobati sakit yang menimpa orang Muslim. Dan tidak lupa untuk berobat melalui sembahyang dan do’a.
Menurut Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, penyakit hati dapat berpengaruh pada badan. Misalnya sesak nafas, darah tinggi, darah rendah, penyakit gula, ataupun koreng (exeem).20 al-Qur’an adalah suatu obat yang ada dalam dada. Yang dimaksud dada di sini adalah hati, bukan hati yang berupa segumpal darah atau organ tubuh kita yang terletak di dada bagian kiri akan tetapi hati di sini maksudnya adalah akal budi, ilmu pengetahuan, perasan halus. Mengingat hati berada di dalam dada, maka dalam membicarakan urusan hati orang selalu membicarakan juga soal isi dada.21 Pada dasarnya pusat manusia berfikir adalah otak, bukan hati. Kecerdasan otak itulah kecerdasan akal dan pikiran. Apabila dokter meneliti hati manusia maka di sana tidak ditemukan kegiatan otak walaupun jantung yang bertugas membagi darah keseluruh tubuh. Akan tetapi manusia dahulu sering menggunakan kata hati sebagai isi dada. Maka kebiasaan manusia itulah yang di pakai al-Qur’an menyebut dada sebagai hati sebagai pusat segala perasaan.22
Dengan begitu al-Qur’an mengandung suatu obat bagi apa yang ada dalam ada, seperti dengki, munafik, dendam ataupun putus asa. Apabila hal tersebut tidak segera diobati maka lambat-laun akan menyarang kesehatan jasmani juga, seperti sesak nafas, darah tinggi, penyakit gula mapun serangan jantung. Pada Q.S. at-Taubah/9; 14, Dan Dia akan menyembuhkan dada orang-orang yang beriman, maksudnya rasa kecewa yang dialami oleh kaum muslimin selama ini akan terobati dengan hancurnya orang-orang musyrik dan Islam akan jaya.
يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ akan keluar dari perutnya minuman yang beraneka warnanya. Minuman tersebut adalah madu yang bermacam-macam warnanya sesuai dengan kembang yang dihisapnya.فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ  padanya ada obat bagi manusia. Banyak penyakit yang dapat disembuahkan dengan lebah madu dan telah diakui oleh para dokter maupun ilmu pengetahuan modern.24
وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنَ dan bila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku” demikian yang dikatakan Nabi Ibrahim as. jadi ketika kita sakit bukan berhala yang menyembuhkan kita akan tetapi Allah. Manusia hanya berusaha mencari obatnya baik dari resep dokter, ramuan tumbuh-tumbuhan ataupun dengan kekuatan doa. Allah juga mengilhamkan cara berobat pada binatang seperti anjing ataupun kucing terkadang ia mendapat ilham dengan memamah rumput ataupun dedaunan padahal mereka termasuk jenis binatang karnivora, sehingga dengan begitu mereka dapat berusaha mengobati sakitnya tanpa harus melalui manusia.
b. Tafsir al-Marāghiy
Pada Q.S. al-Isrā’/17 :وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْأَنِ  dan Kami menurunkan kepadamu, hai Rasul dari al-Qur’an مَاهُوَا شِفَاءٌ yang bisa untuk menyembuhkan orang dari kebodohan dan kesesatan, serta mnghilangkan penyakit-penyakit keraguan dan kemunafikan, penyelewengan dan anti Tuhan.26 قَدْجَائَتْكُمْ sesungguhnya telah datang kepada kamu sebuah kitab yang memuat segala kebutuhanmu, وَشِفَاءٌ dan obat dari berbagai penyakit batiniyah seperti syirik maupun nifak لِمَا فِى الصُّدُوْرِ yang ada di dalam dada maksudnya penyakit yang membuat dada menjadi sesak, seperti keraguan untuk beriman, kedurhakaan, kezaliman ataupun benci akan kebaikan.
 وَشِفَاءٌdan obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, seperti kebimbangan dan keraguan. Oleh karena itu al-Qur’an datang dengan menggunakan bahasa Arab yang penuh dengan mukjizat yang nyata pada dirinya dan memberi penjelasan kepada yang lain.28 Pada Q.S. at-Taubah/9: وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمِ مُؤْمِنِيْنَ serta melapangkan dada orang-orang yang beriman dari penderitaan yang kalian terima. Ketika itu hati mereka terkena tekanan dan kehinaan yang hanya dapat diobati dengan kemenangan atas kaum musyrikin. Kaum mu’min yang digambarkan di sini adalah mereka yang perjanjiannya telah dilanggar oleh kaum musyrikin amarah yang terpendam di hati orang-orang mukmin atas penganiayaan kaum musyrikin.
Pada Q.S. an-Nahl/16: يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ keluar dari dalam perutnya madu-madu yang beranek warna, ada yang putih, kuning merah sesuai tempat penggembalaannya. فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ karena itu berguna bagi pengobatan penyakit dan sering dimasukkan dalam komposisi ramuan dan obat-obatan karena prosentase glukosa dalam madu lebih banyak daripada yang terdapat di dalam makanan lain. Beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai bahan penolak racun akibat zat-zat dari luar ataupun akibat penyakit pada anggota tubuh.30 Pada Q.S. asy-Syu’āra’/26 : 80 menyabutkan beberapa sifat Tuhan yang diterangkan oleh Nabi Ibrahim as. salah satu di antaranya yaitu وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنَ dialah yang memberikan nikmat kesembuhan jika aku sakit. Penyandaran sakit pada dirinya sekalipun itu terjadi karena kekuasaan Allah, menunjukan kesopanan pada Tuhannya. Jadi manakala ketika aku sakit tidak ada seorangpun yang sanggup menyembuhkan penyakitku kecuali Allah SWT.
7.    Analisis Mengenai Ayat-ayat As-Syifa’ dalam Kesehatan
                   Al-Qur’an mengandung suatu obat bagi apa yang ada dalam ada, seperti dengki, munafik, dendam ataupun putus asa. Apabila hal tersebut tidak segera diobati maka lambat-laun akan menyarang kesehatan jasmani juga, seperti sesak nafas, darah tinggi, penyakit gula maupun serangan jantung.Ayat- Ayat As-Syifa’ sangat membantu sekali mengatasi masalah ini dengan memberikan solusi yang tepat guna menyembuhkan penyakit jasmani maupun rohani.
Dunia kedokteran sangat terbantu dengan adanya ayat-ayat kesehatan ini, segala macam penyakit yang semakin rumit dan sulit ditemukan obatnya akhirnya dapat terpecahkan dengan adanya ayat-ayat ini.
Allah SWT tidaklah menciptakan sebuah penyakit kecuali juga sudah membuat obat penawarnya.
Keumuman Al-Qur’an bisa diperjelas dengan banyaknya tafsir-tafsir kesehatan yang di tafsirkan oleh para mufassir ahli demi mempermudah dunia kedokteran dalam menghadapi problematika penyakit-penyakit baru yang beraneka ragam yang akhir-akhir ini semakin rumit. Akhirnya segala masalah bisa terbantu dengan ayat-ayat kesehatan yang ada dalam Al-Qur’an.

C.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan isi makalah yang ditulis, maka dapat diambil kesimpulan dari tafsir tematik tentang kesehatan adalah:
1.    Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Agar tugas sebagai khalifah di bumi dapat terealisasi dengan baik maka Allah menciptakan manusia yang tersusun atas beberapa komponen, Allah juga menganugerahkan kesehatan kepada mereka, ketika mereka sakit, maka Allah juga sudah menyiapkan obat atau penawarnya.
2.    Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengajarkan ibadah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan saja, melainkan juga berperan penting dalam dunia kesehatan di dunia. Di dalamnya banyak di temukan ayat-ayat tentang pengobatan pelbagai macam penyakit yang ada di muka bumi. Ayat-ayat ini sering disebut sebagian orang dengan ayat-ayat As-Syifa’ (penyembuh).
3.    Definisi syifā’ di sini adalah penyembuh. Ada beberapa istilah lain dalam bahasa arab selain kata syifā’, di antaranya yaitu kata dawa’, thibb, ilaj. Penyembuhan merupakan upaya untuk mencapai kesembuhan, dengan bermacam cara, baik itu melalui do’a, mantra, pijat, ramuan jamu, obat-obatan, terapi maupun normalisasi. Semua hal tersebut merupakan bagian dari penyembuhan. Azis C. Widoyoko membedakan antara pengertian pengobatan dan penyembuhan. Menurutnya, pengobatan adalah upaya penyembuahan melalui obat-obatan.
4.    Manfaat yang dapat di ambil dari Ayat-ayat Asy-Syifa’ yang terdapat dalam al-Qur’an adalah banyak sekali, di samping dapat mengobati penyakit-penyakit rohani juga dapat mengobati penyakit-penyakit jasmani, yang mana hal ini sangat membantu di dunia kedokteran.

Daftar Rujukan

Yurisaldi Saleh, Arman, 2010.Berdzikir Untuk Kesehatan Saraf, Jakarta: Zaman,

Imam Musbikin, dan Moh. Sholeh, 2005.Agama Sebagai Terapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Mustamir Pedak, 2010.  Qur’anic Super Healing, Pustaka Nuun, Semarang.

Departemen Agama Republik Indonesia, 2002.  al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang.

Abdul Mun’im Qindil, al-Qur’an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis

1429. Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur’an, Hilal Pustaka, Pasuruan.

Mustamir Pedak, Qur’anic Super Healing.

Nor Ichwan, Mohammad. 2005, Belajar al-Qur’an, Rasail, Semarang.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya.

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Kesehatan Dalam Perspektif al- Qur’an.

Mun’im Qindil, Abdullah.  al-Qur’an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis.

Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur’an.


[1] Arman Yurisaldi Saleh, Berdzikir Untuk Kesehatan Saraf, (Jakarta: Zaman, 2010), hlm. 17.
[2] Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), hlm. 69.
[3] Mustamir Pedak, Qur’anic Super Healing, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hlm. 29.
[4] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra,
Semarang, 2002, hlm. 39.
[5] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 50
[6] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 3
[7] Abdul Mun’im Qindil, al-Qur’an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis
Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur’an, Hilal Pustaka, Pasuruan, 1429 H, hlm. 2.
[8] Mustamir Pedak, Qur’anic Super Healing, hlm.41
[9] Mohammad Nor Ichwan, Belajar al-Qur’an, Rasail, Semarang, 2005, hlm. 256.
[10] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 396.
[11] Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Kesehatan Dalam Perspektif al- Qur’an., hlm. 302.
[12] Abdullah Mun’im Qindil, al-Qur’an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis
Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur’an, hlm. 112-113

Tidak ada komentar:

Posting Komentar