TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN
Ahmad Alie Faza (15770046)
A. Pendahuluan
Kesehatan
merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia karena dengan
kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan nyaman dan banyak berbuat
kebaikan dengan memberi manfaat kepada sesama. Sementara manusia adalah makhluk
yang kompleks yang terdiri atas unsur fisik, psikis, sosial dan spiritual, maka
manakala seseorang mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan
penyembuhan secara menyeluruh.[1]
Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan psikis.
Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sendiri, tidak
kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis adalah substansi
imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi, mempunyai daya mengetahui
dan menggerakan, kekal dan berada di dunia metafisik.
Fisik dan psikis berhubungan ketika al-nuṭfah
memenuhi syarat dengan jiwa yang kemudian keduanya berpisah bersamaan dengan
datangnya kematian.[2]
Dengan begitu kondisi fisik manusia adalah sebuah media yang menjadikan manusia
dapat berhubungan dengan manusia lainnya di dunia dan juga sebagai modal kebaikan
untuk bekal hidup di akhirat.
Organisasi
kesehatan sedunia (WHO/ World Health Organization) sebagaimana dikutip oleh
Mustamir, mendefinisikan kesehatan sebagai kesejahteraan fisik, mental dan
sosial secara utuh dan bukan semata-mata tidak ada penyakit dan gangguan.[3] Seseorang
yang dikatakan sehat tidak hanya terhindar dari penyakit, karena badan yang
sehat tidak selalu kondisi mental dan sosialnya sehat begitu pula sebaliknya.
Ketiga komponen di atas memiliki peranan penting sebagai tolak ukur bagi
seseorang yang dikatakan sehat.
Setiap
orang pasti mendambakan kesehatan dalam hidupnya baik secara fisik maupun
mental, di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman :
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)t !$oY/u
$oYÏ?#uä
Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym
Îûur
ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym
$oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
ÇËÉÊÈ
Artinya: “Dan
di antara mereka ada orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka’".
(Q.S. al-Baqarah/2: 201)[4]
Pada
ayat di atas terdapat do’a yang sering dilafalkan orang mukmin setiap selesai
shalat. Doa yang selalu dipanjatkan agar diberi kebaikan (ḥasanah) di dunia dan
di akhirat, tidak terkecuali kesehatan, sejatinya juga harus diikuti dengan
usaha keras untuk mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang berkecukupan, akan
tetapi terkadang di saat sehat manusia lalai dan lupa untuk bersyukur atas
nikmat yang telah Allah berikan.
Al-Qur’an
memberikan kedudukan penting dalam hal kekuatan fisik. Kekuatan ini hanya
dimiliki oleh orang yang memiliki jasmani yang sehat hingga dalam memilih
seorang pemimpin pun kekuatan fisik menjadi salah satu syarat yang harus
dipertimbangkan dengan baik, seperti yang tercantum dalam Q.S. al-Baqarah/2:
247:
tA$s%ur óOßgs9 óOßgÎ;tR
¨bÎ) ©!$#
ôs% y]yèt/ öNà6s9 Vqä9$sÛ %Z3Î=tB 4
(#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3t
ã&s! Ûù=ßJø9$#
$uZøn=tã ß`øtwUur
,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sã Zpyèy ÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$#
çm8xÿsÜô¹$#
öNà6øn=tæ ¼çny#yur
ZpsÜó¡o0
Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur (
ª!$#ur ÎA÷sã ¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur
ÒOÎ=tæ ÇËÍÐÈ
Artinya: “Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah
Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya
Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.” (Q.S.
al-Baqarah/2: 247)[5]
Berdasarkan
ayat tersebut di atas maka kesehatan seseorang perlu diperhatikan dengan baik
karena kondisi badan seseorang tentunya dia sendirilah yang bisa menjaganya.
Demikian pula ketika seseorang sakit atau sehat pasti ada proses yang
mendahuluinya. Kondisi yang sehat itu artinya seseorang tersebut setiap hari
menjalani hidup secara sehat begitu pula sebaliknya.
Sebagai
umat Islam, tentunya kita menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam
menjalani segala aspek kehidupan. Di dalam al-Qur’an terdapat begitu banyak
ayat yang memerintahkan kita untuk berpikir, membaca dan merenungkan ayat-ayat
serta segala sesuatu yang ada di sekitarkita, karena semuanya merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengetahui
dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah karena di hati mereka terdapat
penyakit seperti yang telah disebutkan dalam ayat berikut:
Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdy#tsù
ª!$# $ZÊttB ( óOßgs9ur
ë>#xtã 7OÏ9r& $yJÎ/
(#qçR%x.
tbqç/Éõ3t
ÇÊÉÈ
Artinya: “Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q.S. al-Baqarah/2: 10)[6]
Al-Qur’an
menyebutkan macam-macam penyakit hati yang menimpa manusia selain itu, Ia juga
telah mengajarkan kepada manusia agar tetap melestarikan lingkungan dan menjaga
kebersihan tempat tinggal supaya tidak menjadi sarang kuman dan bakteri.
Al-Qur’an juga menghimbau untuk menjauhi makanan dan minuman yang mengandung
penyakit dan ia juga memberitahu tata cara mengobati diri kita ketika sakit.[7]
Mengingat al-Qur’an membantu manusia di bidang ini sehingga al-Qur’an menyebut
dirinya sebagai “penyembuh penyakit”, yang oleh kaum muslimin diartikan sebagai
petunjuk yang akan membawa manusia kepada kesehatan spiritual, psikologis dan
fisik.[8]
Pada
dasarnya al-Qur’an merupakan kitab suci yang menerangkan masalah akidah dan
hidayah, hukum syari’at dan akhlak, akan tetapi di dalamnya banyak terdapat
ayat yang menunjukan berbagai hakikat ilmiyah yang memberikan dorongan kepada
manusia untuk mempelajari, membahas dan memahaminya.[9] Dari
sinilah para mufasir berijtihad menggali beberapa jenis ilmu pengetahuan dari
ayat-ayat al-Qur’an dan usaha itu kini menghasilkan banyak faedah baik di bidang
tafsir maupun di bidang ilmu pengetahuan salah satu di antaranya adalah bidang
kedokteran.
Meskipun
al-Qur’an bukanlah buku kesehatan, akan tetapi al-Qur’an adalah kitab petunjuk
bagi manusia agar selamat baik di dunia maupun diakhirat dan salah satu
petunjuk itu adalah petunjuk untuk menjalani hidup sehat sehingga bisa
beraktivitas dan menjalankan ibadah dengan benar. Dalam al-Qur’an disebutkan
bahwa al-Qur’an adalah syifā’ , yang salah satunya terdapat pada Q.S.
al-Isrā’/17: 82
ãAÍit\çRur
z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ©
×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 wur ßÌt tûüÏJÎ=»©à9$# wÎ) #Y$|¡yz
ÇÑËÈ
Artinya: “Dan
kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-Qur’an itu) hanya akan
menambah kerugian.” (Q.S. al-Isrā’/17:82)[10]
Ayat
lainnya yang menyebutkan kata syifā’ dalam al-Qur’an yaitu Q.S. Yūnus/10: 57,
at-Taubah/9 : 14, an-Naḥl/16: 69, asy-Syu’arā’/26: 80, Ali Imrān/3: 103,
at-Taubah/9: 109 dan Fuṣṣilat/41: 44. Sebagian ulama menafsirkan ayat-ayat
syifā’ tersebut sebagai obat bagi kesehatan rohani saja, akan tetapi ada juga
ulama yang berpendapat bahwa al-Qur’an tidak hanyadapat digunakan sebagai obat
bagi kesehatan rohani saja tapi juga dapat digunakan sebagai obat bagi
kesehatan jasmani, kecuali pada Q.S. Ali Imrān/3: 103 dan at-Taubah/9: 109 yang
bermakna pinggir atau tepi yang mendekat kepada kejatuhan.[11]
Ada
sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudry ra. Ia bercerita bahwa kami serombongan
pernah melakukan perjalanan dan singgah di sebuah kampung. Tiba-tiba seorang
wanita datang dan berkata : “kepala desa kami baru saja disengat binatang
berbisa, padahal orang-orang kami sedang tidak ada di tempat. Apakah dari
kalian ada yang bisa menjampi?” Kemudian, seorang pria berdiri, ia ikut dengan
wanita itu lalu membacakan surat al- Fātiḥah hingga si penderita sembuh. Setelah
itu Kepala Desa memberinya upah beberapa ekor kambing.
Tatkala
kami pulang, aku bertanya pada pria itu: “apakah memang benar kamu bisa
meruqyah atau belum pernah meruqyah sebelumnya?” pria itu menjawab: “Belum pernah.
Tadi aku hanya membacakan surah al-Fātiḥah.” Kami berkata: “Jangan ucapkan satu
katapun tentang ini sampai kita bertanya dulu kepada Rasulullah SAW.” Pada saat
kami tiba di Kota Madinah, kami ceritakan peristiwa tersebut kepada Nabi.
Beliau pun bersabda: “tak tahukah dia kalau surah al-Fātiḥah memang ruqyah?
Bagilah kambing itu dan berilah aku bagian.”[12]
Al-Qur’an
merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi manusia, akan
tetapi untuk mengetahui makna di balik ayatayat al-Qur’an tersebut tentu saja
tidak sekedar membaca seperti halnya membaca teks lainnya karena wahyu dipandang
sebagai teks yang sarat dengan makna dan penafsirannya dipandang relevan dan
sesuai dengan segala kondisi, baik objek, zaman atau tempat di mana seorang
mufasir itu berada.
Untuk
itu penulis mencoba meneliti berbagai ayat-ayat syifā’ agar dapat menemukan
penafsiran dan hubungannya terhadap kesehatan jasmani dengan merujuk dari
berbagai sumber tafsir yang ada serta kesesuaian dengan hadits-hadits Nabi dan
disiplin ilmu khususnya ilmu kesehatan.
B. Pembahasan
1.
Stuktur
Tubuh Manusia
Allah
menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang ditugaskan
sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di akhirat. Agar tugas sebagai khalifah di bumi dapat
terealisasi dengan baik maka Allah menciptakan manusia yang tersusun atas
beberapa komponen. Menurut Abdul Mujib dalam buku Kepribadian dalam Psikologi
Islam, menyebutkan bahwa stuktur tubuh manusia terdiri atas tiga komponen,
yaitu:
a.
Struktur
Jasmani
Jasad
adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organ fisik. Setiap makhluk
hidup memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari tanah, api, udara
dan air. Keempat unsur tersebut merupakan unsur abiotik (mati). Ia akan hidup
jika diberi energi kehidupan yang
bersifat fisik, Stuktur jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian
manusia. Aspek ini diciptakan sebagai wadah atau tempat singgah struktur roh.
Stuktur jasmani tidak mampu membentuk tingkah laku lahiriah tanpa adanya roh
dalam tubuh tersebut. Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang mengembangkan
proses fisiknya. Energi itu disebut sebagai daya hidup. Daya hidup sifatnya
abstrak dan belum mampu menggerakan tingkah laku. Kejadian ini terjadi saat
manusi masih berusia 4 bulan sebelum ditiupkannya roh pada janin tersebut. Struktur
jasmani hanya memiliki natur yang buruk seperti naturnya binatang.
b. Stuktur Rohani
Struktur rohani merupakan aspek
psikologi dari kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari alam amar Allah
yang sifatnya gaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus esensi
kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri tapi juga di
alam materi (setelah bergabung dengan fisik) sehingga ia lebih dulu dan lebih abadi
adanya dari struktur jasmani.
Suatu tingkah laku ‘rohaniah’ dapat
terwujud dengan kesendirian struktur rohani. Tingkah laku menjadi aktual
manakala telah menyatu dengan struktur jasmani. Struktur rohani hanya memiliki
natur yang baik seperti naturnya malaikat.
Penciptaan dan pengaturan struktur
rohani telah ditetapkan di alam perjanjian (mitsāq) sebelum kejadian material
ada. Tujuan penciptaannya adalah untuk merealisasikan perjanjian dengan-Nya. Allah-lah
yang menjadi tujuan hakikat kehidupan manusia.
Fitrah roh multidimensi yang tidak
dibatasi ruang dan waktu. Roh dapat ke luar masuk tubuh manusia. Kematian tubuh
bukan berarti kematian roh. Roh masuk ke tubuh manusia ketika tubuh tersebut
siap menerimanya.
Alam struktur rohani dalam psikologi
kepribadian Islam diantaranya: Pertama, aspek periodesasi kepribadian
manusia, bahwa rentang kehidupan manusia tidak sebatas pada kehidupan dunia,
tapi ada kehidupan lain sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Kedua,
aspek konstruksi kepribadian manusia. Ditinjau dari konstrusi kebutuhan hidup,
roh manusia membutuhkan agama karena agama merupakan hidangan rohani yang dapat
membimbing fitrahmanusia ke arah aslinya yaitu suci dan rindu dengan kehadirat
Allah.
Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi
dalam sistem kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya sehingga
agama akan menciptakan kebudayaan. Ibadah merupakan aktualisasi diri dari konstruksi
kehidupan manusia, oleh karena itu hendaknya seorang mukmin dituntut untuk
berkepribadian sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah. Ketiga, aspek
motivasi dan tujuan kepribadian manusia. Motivasi dan tujuan yang menggerakan
kepribadian islam menjadi kepribadian rohaniah. Motivasi dan tujuan ini telah
ada sejak masa pra-kehidupan dunia. Motivasi dan tujuan akhir manusia adalah
Allah.8
c. Struktur
Nafsani
Struktur nafsani merupakan struktur
psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini diciptakan untuk
mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia di alam
arwah. Aktualisasi itu berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani
merupakan perpaduan antara struktur jasmani dan stuktur rohani. Kehidupan dunia
terwujud apabila ada interaksi aktif antara aspek fisik dan aspek psikis dari stuktur
nafsani.
Mengingat struktur nafsani tersusun dari
struktur jasmani dan rohani yang mana memiliki natur yang berlawanan yaitu baik
dan buruk maka pada struktur nafsani terdapat tarik-menarik antara natur yang
buruk dan yang baik. Apabila kecenderungan struktur nafsani mengikuti natur jasmani
maka kepribadiannya menjadi buruk tapi bila sebaliknya maka kepribadiannya
menjadi baik.
2.
Definisi
Syifā’
Kata
syifā’ berasal dari bahasa arab yang artinya menyembuhkan, hal yang
menyembuhkan, kesembuhan atau pengobatan. Bentuk kata syifā’ adalah masdar.
Yang dimaksud dengan syifā’ di sini adalah penyembuh. Ada beberapa
istilah lain dalam bahasa arab selain kata syifā’, di antaranya yaitu
kata dawa’, thibb, ilaj. Penyembuhan merupakan upaya untuk mencapai
kesembuhan, dengan bermacam cara, baik itu melalui do’a, mantra, pijat, ramuan jamu,
obat-obatan, terapi maupun normalisasi. Semua hal tersebut merupakan bagian
dari penyembuhan. Azis C. Widoyoko membedakan antara pengertian pengobatan dan
penyembuhan. Menurutnya, pengobatan adalah upaya penyembuahan melalui
obat-obatan. Sementara penyembuhan sendiri maksudnya adalah segala upaya untuk
mencapai kesembuhan.
Dalam
keterangan lain dijelaskan, bahwa obat merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
obat diartikan dengan bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit.
Penyakit
menyebabkan ketidakseimbangan, sementara pengobatan diberikan untuk
meghilangkan sebab dari keadaan tersebut sehingga tubuh dapat kembali kepada
kondisi kesehatan yang alami seperti semula. Jadi pada dasarnya tubuh manusia
mempunyai daya tahan atau kekuatan alami untuk mengembalikan tubuhnya pada
kondisi yang seimbang. Pengobatan hanya membantu tubuh dan susunannya yang alami
untuk menghilangkan atau melenyapkan penghalang yang disebabkan oleh penyakit.
Dengan demikian pengobatan tidak dianggap sebagai penyebab langsung kesembuhan
suatu penyakit, melainkan hanya untuk menghilangkan sebab penyakit itu saja.
Terkadang
ketakutan manusia terhadap rasa sakit sebenarnya wujud dari ketakutan akan
adanya kematian. Padahal setiap orang yang mati tidak selalu disebabkan oleh
sakit karena kematian bukanlah hal yang dapat diketahui atau ditunda waktunya.
Begitu pula dengan penyembuhan. Penyembuhan bukanlah hal yang dapat mencegah
atau menunda kematian akan tetapi tujuan dari penyembuahan itu sendiri adalah
melaksanakan kewajiban sebagai Raḥmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi semesta
alam). Mustamir mendefinisikan penyembuhan sebagai ‘meletakkan’ makhluk-makhluk
Tuhan sesuai dengan tempat dan fungsinya. Misalnya saja, virus yang menyebabkan
AIDS tidak sepantasnya bertempat tinggal pada diri manusia.
3.
Definisi
Sakit
Kata
sakit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti berasa tidak nyaman di
tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit dan sebagainya).
Sakit memiliki tiga konsep dalam bahasa inggris, yaitu disease, illness dan
sickness. Ketiga istilah tersebut mencerminkan, bahwa kata ‘sakit’
mengandung tiga pengertian yang mengadung dimensi biopsikososial. Disease
(penyakit berdimensi biologis) adalah suatu penyimpangan, yang gejalanya
diketahui melelui diagnosis. Sedangkan illness (penyakit berdimensi
psikologis) adalah konsep psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi,
atau keadaan tubuh yang dirasa tidak enak. Sementara sickness (penyakit
berdimensi sosiologis) merupakan konsep psikologis yang bermakna sebagai penerimaan
sosial terhadap seseorang, sebagai seseorang yang sedang mengalami kesakitan (illness
atau disease)
Dalam
bahasa Arab kata sakit berasal dari akar kata ma-ra-da (almarad) yang
maknanya bekisar pada sesuatu yang tidak sehat, baik pada fisik maupun jiwa
atau mentalnya.
4.
Macam-macam
Penyakit
Kata
penyakit memiliki beberapa arti, di antaranya: 1) sesuatu yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada makhluk hidup, 2) gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal (jaringan pada organ tubuh
makhluk hidup), 3) sebagai konotasi memiliki arti kebiasaan yang buruk, sesuatu
yang mendatangkan keburukan.
Tubuh
memiliki tiga macam kondisi: normal, tidak normal, antara normal dan tidak
normal. Dalam kondisi pertama tubuh disebut sehat. Dan kondisi kedua tubuh
dikatakan sakit. Sementara kondisi ketiga disebut kondisi antara sehat dan
tidak sehat, karena tubuh tidak akan berubah menjadi kebalikannya, kecuali
setelah melalui masa antara keduanya terlebih dahulu. Hal-hal yang menyebabkan
tubuh keluar dari kondisi normal bisa berasal dari dalam tubuh, kerena kondisi
tubuh yang panas atau dingin yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme tubuh,
seperti ketidakstabilan metabolisme tubuh. Bisa juga berasal dari faktor luar
tubuh, karena suhu yang diterima tubuh terkadang bisa cocok namun terkadang
tidak cocok. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziayah dalam karyanya, Metode Pengobatan
Nabi SAW, secara umum mengklasifikasikan penyakit menjadi dua macam, yaitu
a.
Penyakit Jasmani
Penyakit jasmani adalah penyakit yang
timbul karena salah satu dari organ tubuh tidak berfungsi dengan baik atau
bahkan kehilangan fungsinya secara total. Bisa juga munculnya karena masuknya
berbagai jenis mikroba ke dalam tubuh seseorang sehingga merusak salah satu
organ tubuhnya. Dari situlah timbul gejala-gejala penyakit. Masing-masing
penyakit jasmani memiliki gejala, sebab musebab, karakter dan improvisasi yang
menjadi kekhususan penyakit tersebut, masing-masing penyakit dapat dibedakan
dengan yang lain sehingga mudah dideteksi.
Penyakit Jasmani adalah penyakit yang
mengenai tubuh disebabkan oleh mikroba atau virus atau terganggunya fungsi
organ tubuh disebabkan oleh satu atau beberapa organisme.
b.
Penyakit Rohani
Penyakit rohani adalah suatu penyakit
yang terjadi kerena adanya serangan rohani dari luar terhadap tubuh dan rohani
si sakit, lalu unsur luar itu mengalahkan dan menguasainya. Para dokter mendefinisikan
serangan ini sebagai komponen yang mengubah secara mendadak susunan elektrik
otak, bisa jadi dengan penambahan pada sebagian organ tubuh lantas menyebabkan pergulatan
persial atau total. Bisa jadi pula berubahnya susunan elektrik itu disebabkan
pengurangan, lantas mengakibatkan apa yang dinamakan peluruhan sebagian organ
atau peluruhan seluruh organ tubuh.
Penyakit jiwa merupakan akumulasi
berbagai jenis penyakit yang banyak jumlahnya, yang semuanya dapat dirasakan
oleh si sakit. Melalui perantara tenaga medis semua penyakit itu dicoba untuk
dideteksi dengan menggunakan beragam analisa seperti pengguanaan sinar laser,
tes laboratorium, dan lain sebagainya, terbukti secara fisik tidak ada suatu
penyakitpun pada tubuhnya. Ternyata semua gejala itu berasal dari berbagai
pengaruh luar dalam kehidupan sehari-hari, seperti rasa khawatir, perasaan
bimbang, hutang dan lain sebagainya.
5.
Penafsiran
Ayat-ayat Syifā’ Dalam Al-Qur’an
Kataشِفَاءٌ merupakan
masdar dari شِفَاءٌ
- يَشْفِى – شَفَى yang artinya menyembuhkan, hal yang
menyembuhkan, kesembuhan. Dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fādz al-Qur’an
al-Karīm disebutkan bahwa kata syifā dapat ditemukan 8 surat dalam
al-Qur’an, yaitu Q.S. asy-Syu’arā’/26 : 80, Q.S. al-Isrā’/17 : 82, Q.S.
Yūnus/10 : 57, Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44, Q.S. an-Nahl/16 : 69, Q.S. at-Taubah/9 :
14, Q.S. at-Taubah/9: 109 dan Q.S. Ᾱli Imrān/3: 103,2 bunyi ayat tersebut
sebagai berikut:
1.
Q.S.
asy-Syu’arā’/26 : 80
#sÎ)ur àMôÊÌtB
uqßgsù ÉúüÏÿô±o ÇÑÉÈ
Artinya : “Dan
apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Q.S. asy-Syu’ara’/26 :
80)
2.
Q.S.
al-Isrā’/17 : 82
ãAÍit\çRur
z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ©
×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 wur ßÌt tûüÏJÎ=»©à9$# wÎ) #Y$|¡yz
ÇÑËÈ
Artinya: “Dan
kami turunkan dari al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang berimansedangkan bagi orang zalim (al-Qur’an itu) hanya akan menambah
kerugian.” (Q.S. al-Isrā’/17 : 82) 4
3.
Q.S. Yūnus/10 : 57
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB
öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$#
Yèdur ×puH÷quur
tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
Artinya : “Wahai
manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (al- Qur’an) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang yang beriman.” (Q.S. Yūnus/10 : 57) 5
4.
Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44
öqs9ur çm»oYù=yèy_
$ºR#uäöè% $|ÏJygõr&
(#qä9$s)©9 wöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»t#uä ( @ÏJygõ#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd
Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur
w
cqãYÏB÷sã
þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã
4 Í´¯»s9'ré& c÷ry$uZã
`ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
Artinya: “Dan
sekiranya al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa
Arab, niscaya mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah patut (al-Quran) dalam bahasa selain bahasa Arab
sedang (rasul,) orang Arab? Katakanlah: "al-Quran adalah petunjuk dan
penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, dan (al-Quran) itu merupakan kegelapan bagi
mereka.6 mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat
yang jauh". (Q.S. Fuṣṣilat/41 : 44) 7
5.
Q.S. an-Nahl/16 : 69
§NèO Í?ä.
`ÏB Èe@ä.
ÏNºtyJ¨W9$# Å5è=ó$$sù
@ç7ß Å7În/u Wxä9è 4 ßlãøs
.`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#u° ì#Î=tFøC ¼çmçRºuqø9r& ÏmÏù
Öä!$xÿÏ©
Ĩ$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇÏÒÈ
Artinya:
“Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.” (Q.S. an-Nahl/16 : 69) 8
6.
Q.S. at-Taubah/9 : 14
öNèdqè=ÏF»s% ÞOßgö/Éjyèã ª!$#
öNà6Ï÷r'Î/ öNÏdÌøäur öNä.÷ÝÇZtur
óOÎgøn=tæ É#ô±our urßß¹ 7Qöqs% úüÏZÏB÷sB ÇÊÍÈ
Artinya:
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan)
tanganmu dan Dia akan menghinakan mereka dan menolongmu(dengan
kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.”
(Q.S. at-Taubah/9 : 14 )
6.
Penafsiran
Ulama Terhadap Ayat Yang Mengandung Kata Syifā’
a. Tafsir al-Azhar
Kata
شِفَاءٌ
dalam
tafsir al-Azhar dimaknai sebagai obat, yaitu obat bagi segala panyakit jiwa
manusia seperti, kesombongan, kedengkian, putus asa yang menimpa manusia.
Dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an secara seksama dan memahami makna yang
terkandung di setiap ayat maka lambat laun akan sembuh dengan sendirinya. Dalam
hal ini banyak ulama tafsir yang menyatakan kalau al-Qur’an juga dapat
menyembuhkan penyakit badan bahkan sampai ada yang menulis ayat-ayat al-Qur’an
lalu digantungkannya di tubuh. Cara ini sudah jauh menyimpang dari tujuan
al-Qur’an. Namun pada zaman modern saat ini telah dikenal ilmu pengobatan psichosomatik
yaitu ilmu pengobatan yang menyelidiki penyakit yang melanda badan
seseorang yang awalnya disebabkan oleh penyakit kejiwaan. Akan tetapi, seseoarang
yang membiarkan dirinya tetap dalam kegelapan maka hanya akan menambah penyakit
jiwa mereka karena mereka tidak berobat dengan al-Qur’an yang telah diturunkan
Allah sebagai obat dan rahmat.18
Ahli psikosomatik Indonesia, Prof. Dr.
Aulia yang dikutip oleh Abdul Malik Abdul Karim Amrullah dalam Tafsir al-Azhar
menyatakan: Apabila seseorang yang sakit benar-benar kembali pada ajaran agamanya,
amat diharap sakitnya akan sembuh. Betapa besar pengaruh ajaran tauhid yang
mengandung ikhlas, sabar, ridha, tawakal dan taubat besar pengaruhnya mengobati
sakit yang menimpa orang Muslim. Dan tidak lupa untuk berobat melalui
sembahyang dan do’a.
Menurut Abdul Malik Abdul Karim
Amrullah, penyakit hati dapat berpengaruh pada badan. Misalnya sesak nafas,
darah tinggi, darah rendah, penyakit gula, ataupun koreng (exeem).20 al-Qur’an
adalah suatu obat yang ada dalam dada. Yang dimaksud dada di sini adalah hati,
bukan hati yang berupa segumpal darah atau organ tubuh kita yang terletak di
dada bagian kiri akan tetapi hati di sini maksudnya adalah akal budi, ilmu
pengetahuan, perasan halus. Mengingat hati berada di dalam dada, maka dalam membicarakan
urusan hati orang selalu membicarakan juga soal isi dada.21 Pada dasarnya pusat
manusia berfikir adalah otak, bukan hati. Kecerdasan otak itulah kecerdasan
akal dan pikiran. Apabila dokter meneliti hati manusia maka di sana tidak
ditemukan kegiatan otak walaupun jantung yang bertugas membagi darah keseluruh
tubuh. Akan tetapi manusia dahulu sering menggunakan kata hati sebagai isi
dada. Maka kebiasaan manusia itulah yang di pakai al-Qur’an menyebut dada sebagai
hati sebagai pusat segala perasaan.22
Dengan begitu al-Qur’an mengandung suatu
obat bagi apa yang ada dalam ada, seperti dengki, munafik, dendam ataupun putus
asa. Apabila hal tersebut tidak segera diobati maka lambat-laun akan menyarang
kesehatan jasmani juga, seperti sesak nafas, darah tinggi, penyakit gula mapun
serangan jantung. Pada Q.S. at-Taubah/9; 14, Dan Dia akan menyembuhkan dada orang-orang
yang beriman, maksudnya rasa kecewa yang dialami oleh kaum muslimin selama ini
akan terobati dengan hancurnya orang-orang musyrik dan Islam akan jaya.
يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ
مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ akan keluar dari perutnya minuman yang
beraneka warnanya. Minuman tersebut adalah madu yang bermacam-macam warnanya sesuai dengan kembang yang dihisapnya.فِيْهِ
شِفَاءٌ لِلنَّاسِ padanya
ada obat bagi manusia. Banyak penyakit yang dapat disembuahkan dengan lebah
madu dan telah diakui oleh para dokter maupun ilmu pengetahuan modern.24
وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنَ dan bila aku sakit Dialah yang
menyembuhkan aku” demikian yang dikatakan Nabi Ibrahim as. jadi ketika kita
sakit bukan berhala yang menyembuhkan kita akan tetapi Allah. Manusia hanya berusaha
mencari obatnya baik dari resep dokter, ramuan tumbuh-tumbuhan ataupun dengan
kekuatan doa. Allah juga mengilhamkan cara berobat pada binatang seperti anjing
ataupun kucing terkadang ia mendapat ilham dengan memamah rumput ataupun dedaunan
padahal mereka termasuk jenis binatang karnivora, sehingga dengan begitu mereka
dapat berusaha mengobati sakitnya tanpa harus melalui manusia.
b. Tafsir al-Marāghiy
Pada Q.S. al-Isrā’/17 :وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْأَنِ dan Kami menurunkan
kepadamu, hai Rasul dari al-Qur’an مَاهُوَا
شِفَاءٌ yang bisa untuk menyembuhkan orang dari
kebodohan dan kesesatan, serta mnghilangkan penyakit-penyakit keraguan dan
kemunafikan, penyelewengan dan anti Tuhan.26 قَدْجَائَتْكُمْ sesungguhnya telah datang kepada kamu
sebuah kitab yang memuat segala kebutuhanmu, وَشِفَاءٌ dan obat dari berbagai penyakit
batiniyah seperti syirik maupun nifak لِمَا
فِى الصُّدُوْرِ yang ada di dalam dada maksudnya penyakit
yang membuat dada menjadi sesak, seperti keraguan untuk beriman, kedurhakaan, kezaliman
ataupun benci akan kebaikan.
وَشِفَاءٌdan
obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, seperti kebimbangan dan keraguan.
Oleh karena itu al-Qur’an datang dengan menggunakan bahasa Arab yang penuh
dengan mukjizat yang nyata pada dirinya dan memberi penjelasan kepada yang
lain.28 Pada Q.S. at-Taubah/9: وَيَشْفِ
صُدُوْرَ قَوْمِ مُؤْمِنِيْنَ serta melapangkan
dada orang-orang yang beriman dari penderitaan yang kalian terima. Ketika itu
hati mereka terkena tekanan dan kehinaan yang hanya dapat diobati dengan
kemenangan atas kaum musyrikin. Kaum mu’min yang digambarkan di sini adalah
mereka yang perjanjiannya telah dilanggar oleh kaum musyrikin amarah yang
terpendam di hati orang-orang mukmin atas penganiayaan kaum musyrikin.
Pada Q.S. an-Nahl/16: يَخْرُجُ
مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ
keluar
dari dalam perutnya madu-madu yang beranek warna, ada yang putih, kuning merah
sesuai tempat penggembalaannya. فِيْهِ
شِفَاءٌ لِلنَّاسِ karena itu berguna
bagi pengobatan penyakit dan sering dimasukkan dalam komposisi ramuan dan
obat-obatan karena prosentase glukosa dalam madu lebih banyak daripada yang
terdapat di dalam makanan lain. Beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai
bahan penolak racun akibat zat-zat dari luar ataupun akibat penyakit pada
anggota tubuh.30 Pada Q.S. asy-Syu’āra’/26 : 80 menyabutkan beberapa sifat Tuhan
yang diterangkan oleh Nabi Ibrahim as. salah satu di antaranya yaitu وَاِذَا
مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنَ dialah yang
memberikan nikmat kesembuhan jika aku sakit. Penyandaran sakit pada dirinya
sekalipun itu terjadi karena kekuasaan Allah, menunjukan kesopanan pada
Tuhannya. Jadi manakala ketika aku sakit tidak ada seorangpun yang sanggup
menyembuhkan penyakitku kecuali Allah SWT.
7.
Analisis
Mengenai Ayat-ayat As-Syifa’ dalam Kesehatan
Al-Qur’an
mengandung suatu obat bagi apa yang ada dalam ada, seperti dengki, munafik,
dendam ataupun putus asa. Apabila hal tersebut tidak segera diobati maka
lambat-laun akan menyarang kesehatan jasmani juga, seperti sesak nafas, darah
tinggi, penyakit gula maupun serangan jantung.Ayat- Ayat As-Syifa’ sangat
membantu sekali mengatasi masalah ini dengan memberikan solusi yang tepat guna
menyembuhkan penyakit jasmani maupun rohani.
Dunia
kedokteran sangat terbantu dengan adanya ayat-ayat kesehatan ini, segala macam
penyakit yang semakin rumit dan sulit ditemukan obatnya akhirnya dapat
terpecahkan dengan adanya ayat-ayat ini.
Allah
SWT tidaklah menciptakan sebuah penyakit kecuali juga sudah membuat obat
penawarnya.
Keumuman Al-Qur’an bisa diperjelas
dengan banyaknya tafsir-tafsir kesehatan yang di tafsirkan oleh para mufassir
ahli demi mempermudah dunia kedokteran dalam menghadapi problematika
penyakit-penyakit baru yang beraneka ragam yang akhir-akhir ini semakin rumit.
Akhirnya segala masalah bisa terbantu dengan ayat-ayat kesehatan yang ada dalam
Al-Qur’an.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan isi makalah
yang ditulis, maka dapat diambil kesimpulan dari tafsir tematik tentang
kesehatan adalah:
1. Allah menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi ini
yang mana akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Agar tugas
sebagai khalifah di bumi dapat terealisasi dengan baik maka Allah menciptakan
manusia yang tersusun atas beberapa komponen, Allah juga menganugerahkan
kesehatan kepada mereka, ketika mereka sakit, maka Allah juga sudah menyiapkan
obat atau penawarnya.
2. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam
tidak hanya mengajarkan ibadah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
keagamaan saja, melainkan juga berperan penting dalam dunia kesehatan di dunia.
Di dalamnya banyak di temukan ayat-ayat tentang pengobatan pelbagai macam
penyakit yang ada di muka bumi. Ayat-ayat ini sering disebut sebagian orang
dengan ayat-ayat As-Syifa’ (penyembuh).
3.
Definisi
syifā’ di sini adalah penyembuh. Ada beberapa istilah lain dalam bahasa
arab selain kata syifā’, di antaranya yaitu kata dawa’, thibb, ilaj.
Penyembuhan merupakan upaya untuk mencapai kesembuhan, dengan bermacam cara,
baik itu melalui do’a, mantra, pijat, ramuan jamu, obat-obatan, terapi maupun
normalisasi. Semua hal tersebut merupakan bagian dari penyembuhan. Azis C.
Widoyoko membedakan antara pengertian pengobatan dan penyembuhan. Menurutnya,
pengobatan adalah upaya penyembuahan melalui obat-obatan.
4.
Manfaat
yang dapat di ambil dari Ayat-ayat Asy-Syifa’ yang terdapat dalam al-Qur’an
adalah banyak sekali, di samping dapat mengobati penyakit-penyakit rohani juga
dapat mengobati penyakit-penyakit jasmani, yang mana hal ini sangat membantu di
dunia kedokteran.
Daftar
Rujukan
Yurisaldi Saleh, Arman, 2010.Berdzikir
Untuk Kesehatan Saraf, Jakarta: Zaman,
Imam
Musbikin, dan Moh. Sholeh, 2005.Agama
Sebagai Terapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Mustamir Pedak, 2010.
Qur’anic Super Healing,
Pustaka Nuun, Semarang.
Departemen
Agama Republik Indonesia, 2002. al-Qur’an dan
Terjemahnya, Toha
Putra, Semarang.
Abdul
Mun’im Qindil, al-Qur’an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis
1429. Keajaiban
Kesehatan & Pengobatan al-Qur’an, Hilal Pustaka, Pasuruan.
Mustamir
Pedak, Qur’anic Super Healing.
Nor Ichwan, Mohammad. 2005, Belajar
al-Qur’an, Rasail,
Semarang.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an
dan Terjemahnya.
Badan
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Kesehatan Dalam Perspektif al-
Qur’an.
Mun’im
Qindil, Abdullah. al-Qur’an Obat Paling
Dahsyat; Mengungkap Secara Medis.
Keajaiban Kesehatan & Pengobatan
al-Qur’an.
[2] Moh. Sholeh dan
Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005),
hlm. 69.
[3] Mustamir Pedak, Qur’anic
Super Healing, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hlm. 29.
[4] Departemen Agama
Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra,
Semarang, 2002, hlm. 39.
[5] Departemen Agama
Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 50
[6] Departemen Agama
Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 3
[7] Abdul Mun’im Qindil, al-Qur’an
Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis
Keajaiban Kesehatan &
Pengobatan al-Qur’an,
Hilal Pustaka, Pasuruan, 1429 H, hlm. 2.
[8] Mustamir Pedak, Qur’anic
Super Healing, hlm.41
[9] Mohammad Nor Ichwan, Belajar
al-Qur’an, Rasail, Semarang, 2005, hlm. 256.
[10] Departemen Agama
Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 396.
[11] Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, Kesehatan Dalam Perspektif al- Qur’an., hlm. 302.
[12] Abdullah Mun’im Qindil, al-Qur’an
Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara Medis
Keajaiban Kesehatan &
Pengobatan al-Qur’an,
hlm. 112-113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar