MEMAKMURKAN
BUMI DENGAN PERTANIAN
Hasby
Maulidzana Al-Amin (15770051)
A. Pendahuluan
Al-Qur’an
adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim dimanapun berada.
Al-Qur’an adalah sumber hukum bagi umat Islam dalam menjalani amal ibadah
kepada Allah SWT. Karena dari al-Qur’an lah kita dapat memahami apa saja yang
diperintahkan oleh Allah dan yang dilarangNya. Al-Qura’n juga adalah sebuah
bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan. Maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin nabi
Muhammad SAW yang membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal-hal gaib dan
wawasan yang luar biasa luas yang tidak mungkin seseorang dapat mengetahuinya
dengan sendirinya.
Anugerah
terbesar yang diberikan Allah kepada manusia salah satunya adalah menjadikan
bumi ini siap untuk dihuni dengan kesatuan ekosistem yang ada didalamnya. Menurut
sebagian ahli, bumi kita ini diperkirakan telah berumur 4600 juta tahun dan
bukti tertua menunjukkan mulai adanya kehidupan ditemukan berusia sekitar 3800
juta tahun. Dengan demikian proses yang dilalui oleh bumi untuk siap dihuni
menjadi tempat kehidupan memakan waktu sekitar 800 juta tahun.[1]
Salah satu
prinsip pokok ekologi adalah keaneragaman kehidupan dan peranannya. Tanpa
adanya keaneragaman hayati; tumbuhan, binatang, dan mikroorgnisme yang berbagi dengan
manusia, kehidupan yang kita kenal saat ini tidak mungkin ada. Tumbuh-tumbuhan
merupakan salah satu unsur keaneragaman hayati tersebut memiliki peran yang
sangat besar bagi keberlangsungan hidup semua makhluk. Kehidupan tumbuhan
adalah yang pertama muncul dan berkembang didaratan bumi ini. Pada saat ini
diduga ada sekitar 280.000 hingga 325.000 jenis tumbuhan yang hidup diatas
tanah dan dibawah air[2],
10% diantaranya tumbuh di negeri ini.blebih dari 10.000 spesies pohon tegak di
dunia, dan sekitar 25.000 sampai 30.000 spesies tumbuhan berbunga hidup di bumi
Indonesia.
Tidak heran bila dalam al- Qur’an terdapat beberapa
hikmah kebijaksanaan tentang
pertanian yang bisa dijadikan ekosistem dibumi. Secara halus, Allah katakan
bahwa ekosistem bumi dan langit diciptakan dalam keseimbangan dan keselarasan.
Maka dari itu,
dengan penulisan makalah tematik ini, semoga dapat dijadikan tambahan wawasan
maupun bahan bacaan terkait dengan eksistensi tetumbuhan dan pepohonan dalam
perspektif Al-Qur’an bisa bermanfaat bagi kita semua.
B. Pembahasan
1. Pandangan Islam
tentang Alam dan Kedudukan Manusia
a. Pandangan Islam
tentang Alam
Berpegang pada dalil-dalil al-Qur’an, maka alam semesta
diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia
sehingga dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia dimuka bumi.
Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 15 yang berbunyi:
uqèd Ï%©!$# @yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# Zwqä9s (#qà±øB$$sù Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%øÍh ( Ïmøs9Î)ur âqà±Y9$# ÇÊÎÈ
Dialah yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al-Mulk: 15).
Dan juga dalam ayat lain Allah menegaskan pandangan Islam
tentang Alam yaitu:
óOs9r&
(#÷rts? ¨br& ©!$# t¤y Nä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# x÷t7ór&ur öNä3øn=tæ ¼çmyJyèÏR ZotÎg»sß ZpuZÏÛ$t/ur 3 z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAÏ»pgä Îû «!$# ÎötóÎ/ 5Où=Ïæ wur Wèd wur 5=»tGÏ. 9ÏZB ÇËÉÈ
Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab
yang memberi penerangan. (Q.S Luqman: 20).
Dari penjelasan ayat diatas
dapat diambil kesimpulan bahwasanya Allah menciptakan manusia untuk hidup
dimuka bumi ini dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan hidupnya,
yaitu segala sesuatu di alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia.[3]
b.
Kedudukan Manusia
Menurut Hamdani Ihsan, ada
nenerapa hal penting dalam menjelaskan beberapa kedudukan
manusia, diantaranya yaitu:[4]
1)
Manusia Sebagai Pemanfaat Dan
Penjaga Kelestarian Alam
Manusia merupakan ujung tombak kelestarian alam yang tak
terlepas dengan lingkungan hidup. Karena lingkungan hidup merupakan keterpaduan
lingkungan holistik, evolusioner dan interaksi antara ekosistem, yang bermoral
alam dengan sosiosistem yang bermoral manusia.[5]
Allah telah melengkapi manusia dengan potensi-potensi
rohaniah yang lebih dari pada makhluk hidup yang lain, terutama potensi akal.
Maka manusia juga dibebani tugas dengan memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya
dengan memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.[6]
2)
Manusia Sebagai Peneliti Alam
Allah memerintahkan kepada manusia agar menggunakan
akalnya untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, dan juga untuk
kemanfatan hidupnya. Dan juga untuk mengagungkan nama Tuhannya yang telah
menciptakan dirinya (beriman kepada Allah).[7]
3)
Manusia Sebagai Khilafah
(Penguasa) Dimuka Bumi
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa dan
pengatur dimuka bumi ini. Akan tetapi, kepemimpinan dan kekuasaan manusia harus
diletakkan dalam kerangka eksistensi manusia yang bersifat sementara, sehingga
dapat dihindari kecenderungan pemutlakan kepemimpinan atau kekuasaan, yang
akibatnya dapat merusak tatanan dan harmoni kehidupan.[8]
4)
Manusia Sebagai Makhluk Yang
Paling Tinggi Dan Paling Mulia
Manusia telah dibekali akal untuk digunakan berfikir dan
dimulyakan karna diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna.
5)
Manusia Sebagai Hamba Allah
Sebagai makhluk yang dicipta, manusia memiliki kedudukan
ganda yaitu sebagi hamba Allah dan sebagai khalifah (penguasa) dimuka bumi.
Akan tetapi, pada hakikatnya manusia dan makhluk lainnya diciptakan hanyalah
untuk menyembah Allah SWTseperti halnya yang terdapat pada QS. Az-Zariat: 56.
6)
Manusia Sebagai Makhluk Yang
Bertanggung Jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti
dunianya dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat diciptakannya
manusia dan alam semesta ini semata-mata hanya untuk menyembah Tuhan. Sebagai
konsekuensinya, manusia mendapatkan kedudukan sebagai penguasa dan pengatur
dimuka bumi. Maka atar dasar itulah manusia juga dituntut untuk bertanggung
jawab terhadap apa-apa yang telah dilakukan entah kerusakan atau kebaikan
didunia ini kelak diakhirat.
7)
Manusia sebagai Makhluk yang
Dapat Dididik dan Mendidik
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dapat dipahami
dari firman Allah SWT pada Surat yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril yaitu Q.S al-Alaq: 1-5 yaitu diseru
untuk membaca dan juga pada Q.S al-Baqarah:31 ditujukan kepada nabi Adam yaitu
Tuhan mengajarkan kepada nabi Adam nama-nama segalanya.[9]
2. Hubungan Manusia Dengan Alam
Manusia dan alam sekitar adalah ciptaan Allah kerna al-Qur’an
telah menyatakan bahwa segala kejadian di muka bumi dan alam semesta adalah
dengan iradat-Nya
(kehendak Allah). Al-Qur’an turut menyatakan bahwa setiap apa yang diciptakan
oleh Allah di muka bumi ini mempunyai peranan tersendiri.
Manusia yang dinobatkan sebagai wakil Tuhan,
bertanggungjawab atas segala pemberian tersebut. Manusia tidak memiliki
kewenangan berbuat melampaui aturan-aturan Tuhan, namun ia harus memperhatikan
norma-norma universal, berupa tanggung-jawab untuk memelihara dan merawat
berbagai karunia yang diberikan Allah, termasuk lingkungan hidup. Dibanding
makhluk lain, manusia memang dianggap memiliki kemampuan untuk memelihara
keselarasan antara komponen ekosistem, baik ekosistem alami maupun ekosistem
artifisial.
Seperti halnya yang
ditegaskan dalam al-Qur’an QS. ar-Ruum: 41. Dalam artian bahwa keterkaitan antara manusia dengan
alam sekitar tergantung pada sikap melestarikannya. Kalau penghuni bumi
bertindak buruk, kapanpun dan di manapun, baik Muslim atau non Muslim, maka
akan mendapat dampak negatifnya, baik cepat maupun lambat dari apa yang
diperbuat.[10]
Salah satu
pesan moral melestarikan lingkungan (alam kosmos), agar generasi berikutnya
dapam mendayagunakan dengan baik, Allah sering memberikan pesan pada makhluknya
agar dapat memperhatikan langit (matahari, bula, bintang, api, cahaya dan
awan); memelihara hak asasi manusia (badan, jiwa, harta dan aktifitas manusia);
memelihara tanaman
(lembu, ternak, pepohonan dan buah-buahan); memelihara air (sungai, sumur,
laut). Pesan ini terkandung dalam Al-Qur’an dan makhluk lain pada umumnya.[11]
Dalam suatu riwayat hadist dari Turmudi yang menjelaskan
tentang melestarikan lingkungan adalah:
مَنْ اَحْيَ اَرْضًامَيْتَةًفَهِيَ
لَهْ (رواه الترمدى)
Barang siapa
menghidupkan suatu dibumi yang mati, maka bumi itu bahagia. (HR Turmudi).
Manusia tidak pernah mampu melapaskan ketergantunang
akan alam dalam hidupnya semenjak dahulu. Di sisi lain, alam juga memiliki ketergantungan dengan
manusia walaupun tak terlalu besar. Berikut beberapa komponen penting dalam
alam sekitar seterusnya memperjelaskan dengan lebih terperinci kepentingan
hubungan manusia dan alam sekitar:[12]
1)
Manusia
Berpadukan
akal dan ajaran Islam yang syumul, manusia menjalankan amanahnya sebagai
khalifah di bumi yang tentunya besar dan berat. Dalam masa yang sama ia bukan
saja menyempurnakan tanggungjawabnya terhadap Penciptanya, malah terhadap
hubungannya dengan alam sekitar. Keperluan manusia untuk hidup di bumi ini
memerlukan kepada kehadiran dan kewujudan komponen lain seperti tumbuhan, hewan, air dan lain-lain.
2)
Tumbuhan
Tumbuhan
meliputi 27.6% keluasan permukaan bumi, merupakan komponen penting dalam
menyeimbangi ekosistem di bumi. Fungsi tumbuhan amat penting untuk menyerap
karbon dioksida yang dilepaskan oleh manusia dan haiwan. Di samping itu,
menganugerahkan satu elemen yang penting untuk kehidupan komponen lain iaitu
melepaskan oksigen ke udara yang hasilnya akan digunakan oleh manusia dan
haiwan untuk proses bernafas (proses fotosintesis).
Tumbuhan
juga berperanan sebagai pengukuh kepada struktur tanah dari kejadian tanah
runtuh, hakisan dan menyerap air hujan yang seterusnya dapat mengurangkan
kejadian banjir. Penanaman dan penjagaan tumbuhan digalakkan oleh Islam dan
pengusaha akan mendapat pahala sedekah berdasarkan keterangan satu hadist.
3)
Binatang
Selain
berfungsi sebagai makanan, haiwan juga digunakan untuk kepentingan manusia
seperti membajak, menunggang, membawa muatan dan lain-lain. Penganiayaan
terhadap binatang adalah dilarang sama sekali berdasarkan sebuah hadith yang
bermaksud: “Seseorang wanita telah disiksa dan dimasukkan ke dalam neraka
disebabkan oleh dia yang telah mengurung seekor kucing sehingga mati
kelaparan.” Kita juga hendaklah berlaku adil terhadap binatang peliharaan atau
binatang-binatang lain. Islam melarang sebarang aktiviti yang menggunakan
binatang sebagai objek bersukaria dan pemuasan nafsu seperti berlawan sesame
sendiri atau sasaran memanah. Dalam menjalankan tanggungjawab sebagai pentadbir
alam, manusia perlu menjaga hubungannya dengan haiwan supaya tidak berlaku
kerosakan atau penganiayaan yang berleluasa terhadap kehidupan fauna ini.
4)
Bumi (tanah)/
matahari/ langit dan lain-lain
Komponen-komponen
ini dijadikan oleh Allah untuk kemudahan manusia dan kegunaan komponen-komponen
lain. Di antara bukti-bukti kekuasaan Allah yang terdapat pada alam disebut di
dalam al-Qur’an mafhumnya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaaannya diciptakan
kamu dari tanah kemudian kamu menjadi manusia yang berkembang biak.” Kemudian
Allah menyatakan tentang kejadian langit dan bumi yang padanya terdapat
tanda-tanda serta pelbagai rahsia supaya manusia dapat berfikir dan mengungkap
segala rahsia kejadian alam Ini merupakan sebahagian daripada ayat-ayat
al-Qur’an yang menerangkan tentang kejadian komponen ini dan fungsi-fungsinya.
5)
Air
Air
berkepentingan untuk alam khususnya kepada manusia untuk bersuci dan beribadat,
Sebagai sumber minuman yang utama serta
siraman kepada tumbuh-tumbuhan. Air menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah benda cair yang biasa terdapat disumur, sungai, danau,
dan yang mendidih pada suhu 100% C.[13]
Selain itu, air adalah senyawa
yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi,
tetapi tidak di planet lain. Sedangkan
diluar bumi atau planet lain berbentuk
gas atau es.[14]
6)
Angin
Seterusnya
Allah menerangkan fungsi kejadian angin sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: “Dan di antara
tanda-tanda kekuasaanNya ialah bahawa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa
berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebahagian dari rahmatNya dan supaya
kapal dapat berlayar dengan perintahNya, mudah-mudahan kamu bersyukur.” Islam
menegaskan larangan segala bentuk pencemaran berbentuk udara atau angin sama
ada pencemaran bau atau asap/gas. Ini adalah kerana ia akan memberi kesan yang
buruk kepada system pernafasan manusia itu sendiri.[15]
Dengan
demikan dapat dipahami bahwa dasar-dasar dalam melestarikan lingkungan dan
memanfaatkan alam secara bijak untuk kepentingan umat manusia telah digariskan
oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu. Apa
yang dikemukakan diatas merupakan prinsip dasar hubungan manusia dengan alam
sekitar, yaitu
prinsip pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam. Agama memberi
motivasi kepada
manusia untuk mewujudkan hubungan itu dengan sebaik-baiknya. Karna manusia telah diberi
kekuasaan atas dasar timbal balik antara keduanya dengan maksud adanya hubungan
yang saling membutuhkan.
3.
Tetumbuhan dan
Pepohonan dalam Al-Qur’an
Didalam
Al-Qur’an banyak ditemukan kata atau istilah yang terkait dengan tetumbuhan
maupun pepohonan, seperti bagian-bagiannya; akar, dahan, batang, ranting dan
sebagainya, jenis biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain sebagainya.
Menurut Jamaluddin Husein Mahran, penyebutannya terdapat pada 112 ayat yang
tersebar pada 47 surah, terdapat 16 jenis tumbuhan yang disebutkan dalam
Al-Qur’an.[16]
Menurut Sayyed Abdul Sattar al-Mijji, ayat-ayat yang berbicara tentang tumbuhan
dari berbagai aspeknya sebanyak 115.[17]
Banyak ayat
dalam Al-Qur’an yang membicarakan tentang tumbuhan telah mendorong ulama Islam
dimasa lalu untuk melakukan kajian sebagaian dari upaya tadabbur
terhadap ayat-ayat tersebut.hampir 90% ramuan obat berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Sejarah Islam mencatat sejumlah nama yang ahli dalam bidang
tumbuh-tumbuhan dimasa lalu, antara lain Ibnu Sina yang menulis buku Al-Qanun
fii-Tibb dan memasukkan jenis obat-obatan dalam penulisannya, Daud
al-Antakiy, Ibnu al-Biytar, dan al-Idrisy. Jauh sebelum itu, Abu Hanifah
al-Daynawari yang wafat pada 281 H telah menulis buku “Kitab an-Nabat”
yang menganalisis dan menjelaskan jenis tumbuh-tumbuhan termasuk juga
manfaatnya dalam pengobatan.[18]
Berikut kosa
kata Al-Quran yang terkait dengan tetumbuhan dan pepohonan.
No
|
Kosa Kata
|
Arti/Maksudnya
|
Tempat
(Surah) Penyebutannya
|
1
|
Abb/أب
|
Jenis rumput yang dimakan hewan atau
segala sesuatu yang tumbuh di muka bumi
|
‘Abasa/80: 31
|
2
|
Asl/أصل
|
Bagian dasar yang membuat tumbuh
tegak, seperti akar.
|
Ibrahim/14: 24
|
3
|
Afnan/أفنان
|
Ranting yang lembut
|
Ar-Rahman/55: 48
|
4
|
Akmam/أكمام
|
Kelopak mayang
|
Ar-Rahman/55: 11
|
5
|
Akl/أكل
|
Makanan
|
Ar-Ra’d/13: 4
|
6
|
A’jaz/أعجاز
|
Batang-batang pohon
|
Al-Qamr/54: 20
|
7
|
Baql/بقل
|
Setiap yang membuat bumi/tanah
menjadi hijau
|
Al-Baqarah/2: 61
|
8
|
Basal/بصل
|
Bawang
|
Al-Baqarah/2: 61
|
9
|
Tin/تين
|
Buah Tin
|
At-Tin/95: 1
|
10
|
Samar/ثمر
|
Buah
|
Al-An’am/6: 99, 141
|
11
|
Juruz/جرز
|
Tanah yang tidak yang tidak terdapat
tumbuhan diatasnya. Atau tanah tandus yang tidak dapat menumbuhkan tanaman.
|
Al-Khaf/18: 8, dan as-Sajadah/32: 27
|
12
|
Jannah/جنه
|
Kebun yang memiliki banyak pepohonan
sehingga menaungi dan menutupinya dengan daun dan batangnya. Syurga disebut
juga dengan jannah.
|
Al-Khaf/18: 55 dll
|
13
|
Jiz-juzu’/
جذع - جذوع
|
Batang pohon.
|
Maryam/23: 23, dan Taha/20: 71
|
14
|
Habb-habbah/
حب – حبة
|
Jenis gandum atau lainnya yang
memiliki tangkai.
|
Al-An’am/6: 99, dan Qaf/50: 9
|
15
|
Hars/حرث
|
Tanaman.
|
|
16
|
Hasad-has’d/
حصاد – حصيد
|
Panen/saat menuai.
|
Qaf/50: 9
|
17
|
Khardal/خردل
|
Tumbuhan yang memiliki biji yang
sangat kecil.
|
Al-Anbiya’/21: 47
|
18
|
Khudr/خضر
|
Warna hijau (daun).
|
Yusuf/12: 43
|
19
|
Khamt/خمط
|
Setiap tumbuhan yang berbuah pahit.
Atau buah dari pohon yang berduri.
|
Saba’/34: 16
|
20
|
Duhn/دهن
|
Hasil perasan dari tanaman yang
berlemak, seperti minyak.
|
Al-Mu’minun/23: 20
|
21
|
Rutab/رطب
|
Kurma yang sudah mulai lembut dan
matang.
|
Maryam/19: 25
|
22
|
Rahiq/رحيق
|
Jenis khomr yang paling bagus.
|
Al-mutaffifin/83: 25
|
23
|
Rumman/رمان
|
Buah atau pohon delima.
|
Ar-Rahman/55: 68
|
24
|
Rayhan/ريحان
|
Setiap yang berbau wangi.
|
Al-Waqi’ah/56:
89
|
25
|
Zar-Zuru’/
زرع – زروع
|
Tanaman
|
Ar-Ra’d/13: 4
|
26
|
Zaqqum/ زقوم
|
Pohon dengan buah yang pahit dan bau
tidak enak. Bila tersentuh kulit akan melukainya. Disebut oleh Al-Qur’an
dalam konteks siksa dineraka. Apakah itu yang dimaksud dengan wallahua’lam.
|
As-Saffat/37:
62
|
27
|
Zanjabil/زنجيل
|
Jahe
|
Al-Insan/75:
17
|
28
|
Zayt/زيت
|
Minyak hasil
perasan dari zaitun.
|
An-Nur/24: 35
|
29
|
Sidr/سدر
|
Sejenis pohon
bidara.
|
Saba’/34: 16
|
30
|
Sunbulah/سنبلة
|
Tangai pohon.
|
Al-Baqarah/2:
261
|
31
|
Saq-saq/
ساق – سوك
|
Batang pohon
|
Al-fath/48:
29
|
32
|
Syajarah/شجرة
|
Pohon
|
Ibrahim/14:
24
|
33
|
Syat’ahu/شطاه
|
Sesuatu yang
keluar dari tanaman dan bercabang
|
Al-Fath/48:
29
|
34
|
Sibg/صبغ
|
Bahan
pembangkit selera
|
Al-Mu’minun/23:
20
|
35
|
Dari’/ضريع
|
Jenis makanan
penghuni neraka
|
Al-Ghasyiyah/88:
6
|
36
|
Talh/طاح
|
Pohon pisang
|
Al-Waqi’ah/56:
29
|
37
|
Thal’/طلع
|
Pohon yang
menjulang
|
Qaf/50: 10
|
38
|
‘Asf/عصف
|
Kulit
biji-bijian
|
Ar-Rahman/55:
12
|
39
|
‘Adas/علس
|
Kacang adas
|
Al-Baqarah/2:
61
|
40
|
‘Asal/عسل
|
Madu
|
Muhammad/47:
15
|
41
|
‘Urjun/عرجون
|
Buah anggur
|
Yasin/36: 209
|
42
|
Fakihah-Fawakih/
فاكهة – فواكه
|
Buah-buahan
|
Yasin/36: 75
|
43
|
Far’/فرع
|
Pucuk pohon
|
Ibrahim/14:
24
|
44
|
Fatil/فتيل
|
Tumbuhan yang
belum merekah
|
An-Nisa’/4:
49
|
45
|
Fum/فوم
|
Bawang putih
atau gandum
|
Al-Baqarah/2:
61
|
46
|
Qissa’/قثاء
|
Tumbuhan yang
buahnya mirip dengan mentimun
|
Al-Baqarah/2:
61
|
47
|
Qadb/قضب
|
Sayuran yang
dimakan segar, atau pohon yang rantingnya memanjang dan melebar.
|
‘Abasa/80: 28
|
48
|
Qutuf/قطوف
|
Buah yang
sudah matang dan siap dipetik
|
Al-Insan/76:
14
|
49
|
Qitmir/قطمير
|
Kulit yang
lunak menyelimuti biji
|
Fatir/35: 13
|
50
|
Qinwan/قنوان
|
Tangkai-tangkai
yang menjulang
|
Al-An’am/6:
99
|
51
|
Kafur/كافور
|
Jenis wangian
|
Al-Insan/76:
5
|
52
|
Linah/لينة
|
Kurma. Atau
batang/ranting pohon
|
Al-Hasyr/59:
5
|
53
|
Ma’rusyat/معروشات
|
Tanaman yang
merambat
|
Al-An’am/6:
141
|
54
|
Mann/من
|
Sejenis madu
yang beku dan turun dari langit
|
Al-Baqarah/2:
57
|
55
|
Mar’a/مرعى
|
Tempat
menggembala ternak (padang rumput)
|
An-Nazi’at/79:
31
|
56
|
Nabat/نبات
|
Tanaman/tumbuhan
|
Yunus/10: 24
|
57
|
Nakhl-Nakhil/
نخل – نخيل
|
Kurma
|
Al-An’am/6:
99
|
58
|
Nadid-Mandud/
نضيد - منضود
|
Pohon dengan
buah yang bersusun-susun
|
Qaf/50: 10
|
59
|
Nawa/نوى
|
Biji (kurma)
|
Al-An’am/6:
95
|
60
|
Waraq/ورق
|
Daun
|
Al-A’Raf/7:
22
|
61
|
Hasyim/هشيم
|
Tanaman yang
kering
|
Al-Qamar/54:
31
|
62
|
Yaqtin/يقطين
|
Tanaman yang
tidak memiliki batang dan melebar diatas tanah seperti mentimun, semangka dll
|
As-Saffat/
37: 146
|
Bagi ilmuan muslim modern, pemaparan pohon dan tumbuhan
sedemikian rupa memberikan insprasi untuk membuktikan kebenaran informasi
tersebut ditinjau dari ilmu pengetahuan modern. Tetapi bagi masyarakat Arab
saat Al-Qur’an diturunkan dengan pengetahuan yang sangat masih sederhana,
mereka digugah untuk tunduk pada pesan-pesan yang terkandung didalamnya.
4.
Fungsi dan
Manfaat Tetumbuhan dan Pepohonan
Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan memiliki banyak manfaat
bagi makhluk lain dimuka bumi. Berikut beberapa informasi yang dapat
disimpulkan dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi dan juga manfaat
tetumbuhan dan pepohonan.
1.
Tumbuhan
Sebagai Sumber Makanan
Fungsi tumbuhan
sebagai sumber makanan bagi manusia dan hewan dijelaskan di banyak tempat dalam
Al-Qur’an, antaralain pada firman-Nya QS. ‘Abasa: 24-32.
ÌÝàZuù=sù ß`»|¡RM}$# 4n<Î) ÿ¾ÏmÏB$yèsÛ ÇËÍÈ $¯Rr& $uZö;t7|¹ uä!$yJø9$# ${7|¹ ÇËÎÈ §NèO $uZø)s)x© uÚöF{$# $y)x© ÇËÏÈ $uZ÷Kt7/Rr'sù $pkÏù ${7ym ÇËÐÈ $Y6uZÏãur $Y7ôÒs%ur ÇËÑÈ $ZRqçG÷yur WxøwUur ÇËÒÈ t,ͬ!#ytnur $Y6ù=äñ ÇÌÉÈ ZpygÅ3»sùur $|/r&ur ÇÌÊÈ $Yè»tG¨B ö/ä3©9 ö/ä3ÏJ»yè÷RL{ur ÇÌËÈ
Maka hendaklah
manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah
mencurahkan air (dari langit). Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya.
lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu. dan anggur dan sayur-sayuran.
Zaitun dan kurma. Kebun-kebun (yang) lebat. dan buah-buahan serta
rumput-rumputan. untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Sepuluh ayat diatas engajak kita untuk mencermati maknan yang kita konsumsi
sehari-hari. Ada beberapa fase yang dilalui sampai akhirnya manusia dan hewan
memperoleh makanan yang membuat keduanya hidup dan tumbuh, diantaranya yaitu:
a.
Turunnya hujan yang menyirami bumi
b.
Terbelahnya tanah ketika tumbuhan mulai keluar
c.
Keluarnya biji-bijan dan buah-buahan yang dihasilkan oleh tanaman serta
padang rumput tempat hewan digembala.
Makanan manusia diperoleh secara langsung baik dari tumbuh-tumbuhan maupun
tidak langsung dari hewan dan produk-produknya yang tumbuh dan berkembang
dengan memakan tumbuhan. Demikian pula ada sejumlah binatang yang tidak memakan
langsung tumbuhan, tetapi daging yang juga berasal dari hewan yang memakan
tumbuhan.
Ada sejumlah makanan berupa biji-bijian,
sayuran dan buah-buahan sebagai makanan bermanfaat yang disebut oleh Al-Qur’an.
Diantara biji-bijian yang disebut diantaranya yaitu:
a.
Al-Habb (QS. ‘Abasa: 27), yaitu jenis
biji-bijian yang menjadi makanan pokok manusia, termasuk gandum, jagung, dan
beras. Jenis tumbuhan ini kaya akan karbohidrat dan juga protein.
b.
‘Adas (QS. al-Baqarah: 61), yaitu sejenis
kacang-kacangan. Sangat bermanfaat karena mengandung banyak protein hingga
mencapai (25%), mineral dan khususnya kalsium dan besi.
Sedangkan jenis sayur-sayuran yang disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya
yaitu:
a.
Basal/ bawang merah (QS. al-Baqarah: 61),
selain digunakan sebagai bumbu masakan dan sayuran, bawang merah sangat
bermanfaat bagi lambung, jantung dan mengontrol gula darah.
b.
Fum (QS. al-Baqarah: 61), sebagian para
ahli memahaminya sebagai bawang putih, sebagian lagi sebagai gandum.[19]
c.
Khardal (QS. al-Anbiya’: 47 dan QS. Luqman: 16),
yaitu sejenis tumbuhan rumput yang seluruh bagiannya pedas. Sering digunakan
sebagai bumbu masakan. Bijinya berdiameter 1mm, karena itu sering digunakan
sebagai perumpamaan bagi amal manusia yang akan dihisab sekecil apapun ia.
d.
Yaqtin (QS. as-Saffat: 146), termasuk tumbuhan
rumpun curcrbitaceae, jenis curcrbita vulgare. Ketika nabi Yusus
pertama kali keluar dari perut ikan paus dalam keadaan sakit dan lapar
dipinggir pantai Allah menumbuhkan pohon yaqtin. Selain sebagai
pelindung karna memiliki daun yang lebar, pohon yaqtin ini juga termasuk
jenis sayuran yang paling bagus, mudah dicerna, dan melelahkan lambung.
Sedangkan jenis pohon dan buah-buahan
yang disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya yaitu:
a.
Tin (at-Tin: 1), atau buah ara. Manfaat dan
kandungannya buah tin yang telah banyak disampaikan para pakar, antara lain
Prof. Jamaluddin Husein dalam bukunya an-Nabatat fil-Qur’anil Karim ia mengatakan
bahwa tin yang kering mengandung 75% karbohidrat, 3,1% protein dan 0,2%
lemak. Setiap 100 gr menghasilkan 270 kilo kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Di samping itu, buah ini juga kaya akan vitamin A, B1, B2, asam
semut/formiat, asam sitrat, sodium, potasium, kalsium, besi (manganese), tembaga
(copper) dan fosfor. Ia juga berfungsi melunakkan makanan dan banyak mengandung
kadar glukosa yang bermanfaat bagi
tubuh.[20]
Sebagian kandungan ini juga pernah diungkap oleh para ahli tafsir terdahulu
seperti ar-Razi misalnya mengatakan ia berfungsi untuk membersihkan ginjal dan
menggemukkan badan.[21]
b.
Zaitun (QS. an-Nur: 35 dan QS. at-Tin: 1),
sejenis tanaman perdu yang banyak tumbuh dikawasan sekitar Laut Tengah. Sebagai
bahan makanan buah zaitun mengandung beberapa unsur yang diperlukan manusia,
seperti protein yang cukup tinggi, zat garam, besi fosfor, serta fitamin A dan
B. Zaitun juga dikenal sebagai tumbuhan untuk penghalus kulit dan digunakan
dalam industru sabun. Minyak zaitun juga diketahui memiliki kelebihan yang
tidak dimiliki minyak hewani atau nabati lainnya.
c.
Kurma/nakhl,rutab (Maryam: 25 dan al-Mu’minun: 19), pohon phoenix
dactylifera, jenis palm yang memiliki batang yang tinggi lurus, tumbuh
didaerah tropis. Keistimewaannya banyak sekali. Buahnya manis, dapat dimakan
mentah, setengah matang, atau matang, mudah dipetik dan sangat bergizi lagi
berkalori tinggi. Ia mengandung sekitar 20% air dan 65% kalori. Masyarakat
menjadikan dari buah kurma arak, bijinya makanan unta, sedangkan dari dahan
pohon kurma mereka minum airnya. Pelepahnya mereka jadikan bahan kediaman
rumah, juga dari pohon mereka jadikan tikar, tali, dan bahkan perlengkapan
rumah tangga.[22]
d.
Delima, rumman (QS. al-An’am 99, 141, QS. ar-Rahman: 68), termasuk
jenis tanaman Punica granatum Fam Punicaceae. Buah ini juga digunakan
sebagai makanan sehat. Kandungan protein dan lemaknya sangat sedikit. Namun ia
kaya akan sodim ribivlavin, thiamin, niachin, vitamin c, kalsium dan fosfor.
Jusnya mengandung antioksidan yang cukup banyak. Selain sebagai makanan ia juga
digunakan sebagai obat-obatan.
Demikian beberapa jenis biji-bijian,
sayur-sayuran dan juga buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai
sumber makanan yang bermanfaat bagi manusia. masih banyak lainnya yang
disebutkan disini seperti anggur, pisang, jahe, kafur dan sebagainya.
2.
Tumbuhan
sebagai Obat-Obatan
Beberapa jenis
tumbuhan yang telah di sebutkan diatas, selain berfungsi sebagai bahan makanan
yang dapat dikonsumsi setiap hari juga berfungsi sebagai obat-obatan. Tumbuhan
menjadi salah satu sumber utama dalam proses pencegahan dan pengobatan terhadap
berbagai penyakit. Dengan pengobatan yang aman, obat obatan yang berasal dari
tumbuhan jauh lebih aman dan tidak memiliki efek samping dibanding obat-obat
kimiawi. Saat ini, dalam dunia kedokteran modern sering ditemukan efek negatif
dari penggunaan obat-obatan kimiawi.
Banyak beberapa
jenis tumbuhan yang ditemukan para ahli pad beberapa jenis diatas. Minyak yang
dihasilkan pada minyak zaitun misalnya, terbukti sangat baik untuk kesehatan.
Beberapa keuntungan minyak zaitun adalahmenjaga kesehatan jantung dan pembulu
darah, mencegah kanker dan penyakit arthritis, membantu pertumbuhan tulang,
menurunkan kecepatan proses penuaan, membantu pertumbuhan anak, mengurangi
tekanan darah, menurunkan asam lambung dan sebagainya.[23]
Dari dunia tumbuhan
juga juga dihasilkan obat yang terdapat pada madu. Surah an-Nahl: 68-69
menyatakan dengan tegas dari sari tumbuhan dan tumbuh-tumbuhan yang diisap oleh
lebah dihasilkan madu yang di dalamnya terkandung obat. Allah berfirman:
4ym÷rr&ur y7/u n<Î) È@øtª[$# Èbr& ÉϪB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $Y?qãç/ z`ÏBur Ìyf¤±9$# $£JÏBur tbqä©Ì÷èt ÇÏÑÈ §NèO Í?ä. `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨W9$# Å5è=ó$$sù @ç7ß Å7În/u Wxä9è 4 ßlãøs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#u° ì#Î=tFøC ¼çmçRºuqø9r& ÏmÏù Öä!$xÿÏ© Ĩ$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇÏÒÈ
Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl:
68-69)
Selain sebagai makanan tambahan, madu mempunyai kedudukan khusus dalam
pengobatan tradisional di hampir semua tempat diseluruh dunia. Masyarakat
mesir, Asiaria, Yunani dan Roma menjadikan madu sebagai obat luka dan nyeri
lambung. Disamping madu, material ikutan
lain dan mempunyai kandungan nutrisi dan vitamin yang tinggi adalah bee
pollen. Suatu klinik khusus penyakit perempuan di Austria, menemukan bahwa bee
pollen dapat menjadikan makanan tumbuhan yang baik bagi penderita kanker.
Sementara di rumah sakit di Weles, Inggris, terbukti bahwa bee pollen
efektif untuk mengurangi pembengkakan prostat pada pasien laki-laki.[24]
3.
Tumbuhan
sebagai Penghasil Oksigen
Kehidupan di
planet ini dimulai dari air di lautan dan samudra. Sementara di daratan
kehidupan, menurut dari sebagian ahli berdasarkan fosil yang ditemukan sekitar
450 juta tahun lalu. Kemudian di ikuti oleh makhluk-makhluk lain, seperti hewan
dan manusia yang diperkirakan kehidupannya dimulai sekitar 200 ribu tahun lalu.
Kehadiran tumbuhan jauh sebelum hewan dan manusia karena ia memiliki peran yang
sangat besar dalam melapisi atmosfer bumi dengan oksigen sehingga layak untuk
dihuni.[25]
Oksigen adalah
bahan bernafas bagi makhluk hidup yang hidup di bumi, termasuk manusia dan
bunatang. Apabila tidak ada tumbuhan sebagai penghasil oksigen, maka persediaan
oksigen di udara suatu saat akan habis dan hal tersebut akan menjadi akhir dari
semua makhluk hidup yang ada dibumi. Fotosintesis merupakan salah satu proses
bio kimia yang dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk
memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya
sehingga akan menghasilkan oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.
Bagian tumbuhan
yang paling bertanggung jawab atas terjadinya fotosintetis adalah kloroplas (chloroplast)
dan kloropil (chlorophyl). Klorofil berfungsi untuk menukarkan tenaga
cahaya matahari kepada makanan pada tumbuhan dalam proses fotosintesis. Pada
kloroplas terdapat ribuan kloropil, atau butir hijau daun. Sejumlah ilmuan
muslim memahami kata khadir pada Surah al-An’am: 99 dan Surah Yasin: 80
sebagai kloropil dimaksud.[26]
Allah berfirman pada Surah Yasin: 80 yang berbunyi:
Ï%©!$# @yèy_ /ä3s9 z`ÏiB Ìyf¤±9$# Î|Ø÷zF{$# #Y$tR !#sÎ*sù OçFRr& çm÷ZÏiB tbrßÏ%qè? ÇÑÉÈ
Yaitu Tuhan
yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan
(api) dari kayu itu". (QS. Yasin: 80).
Menurut pakar botanik muslim dari Universitas Suez Canal, Mesir, al-Miliji,
ayat ini mengisyaratkan dua peristiwa penting yaitu:
a.
Proses pembentukan energi dari unsur-unsur dalam daun kemudian disimpan
dalam bentuk susunan kimiawi yang dikenal dengan anabolism, yang salah satu
fenomenanya adalah fotosintesis. Proses itu disimpulkan dari penggalan ayat
yang bersembunyi, “allazi ja’ala lakum minasy-syajaril akhdari naran”.
b.
Proses mengeluarkan energi dari unsur kimiawi dalam bentuk energi yang
dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Proses yang dikenal dengan catabolism ini
terambil dari ungkapan, fa ‘iza antum minhu
tuqidun. Kedua peristiwa ini juga disebut metabolism.[27]
Demikian betapa pentingnya tumbuhan sebagai penghasil oksigen dan unsur
lainnya yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup dibumi ini.
4.
Tetumbuhan dan
Pepohonan sebagai Peresap Air
Pada QS.
al-Mu’minun/23: 18 Allah berfirman:
$uZø9tRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ çm»¨Ys3ór'sù Îû ÇÚöF{$# ( $¯RÎ)ur 4n?tã ¤U$yds ¾ÏmÎ/ tbrâÏ»s)s9 ÇÊÑÈ
Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap
di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (QS.
al-Mu’minun/23: 18)
Kata fa’askannabu pada ayat diatas menurut pakar tafsir Tunisia,
Ibne Asyur, membuatnya menetap dibumi/tanah. Ada dua bentuk menetapnya air
ditanah, pertama, menetap untuk masa yang pendek,seperti menetapnya air hujan
pada kulit bumi yang dapat menumbuhkan tanaman dan menghasilkan buah-buahan.
Kedua, untuk jangka waktu yang panjang, yaitu menetapnya air hujan atau salju
yang turun dan meresap kedalam tanah, yang kemudian memancarkan mata air atau
sumber setelah digali.[28]
Hikmah lain yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa kehendak Allah
SWT menuntut tersimpannya sejumlah air disamudra dan lautan yang dapat menjamin
keseimbangan suhu dimuka bumi dan planet lainnya. Selain itu, air yang
diturunkan diatas daratanpun telah ditentukan kadarnya, agar tidak terjadi
kelebihan yang dapat menutup seluruh permukaan bumi, atau kekurangannya hingga
tidak cukup untuk menyirami bagian yang lainnya.[29]
C.
Penutup
Berdasarkan hasil
pemaparan isi makalah yang ditulis, maka dapat diambil kesimpulan dari tafsir
tematik tentang pertanian adalah:
1.
Pandangan alam
menurut pandangan Islam pada dasarnya yaitu Allah menciptakan manusia untuk
hidup dimuka bumi ini dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan
hidupnya yaitu manusianya sendiri.
Dalam kaitan ini
manusia memiliki kedudukan dimuka bumi diantaranya yaitu: a) Manusia sebagai
pemanfaat dan penjaga kelestarian alam, b) Manusia sebagai peneliti alam, c) Manusia
sebagai khilafah (penguasa) dimuka bumi, d) Manusia sebagai makhluk yang paling
tinggi dan paling mulia, e) Manusia sebagai hamba allah, f) Manusia sebagai
makhluk yang bertanggung jawab, g) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik
dan mendidik.
2.
Hubungan antara manusia dengan alam memiliki dua prinsip
penting yang dimana merupakan prinsip dasar
hubungan manusia dengan alam sekitar, yaitu prinsip
pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam. Agama memberi motivasi kepada manusia untuk
mewujudkan hubungan itu dengan sebaik-baiknya. Karna manusia telah diberi kekuasaan atas dasar timbal
balik antara keduanya dengan maksud adanya hubungan yang saling membutuhkan.
3.
Dalam Al-Qur’an
banyak ditemukan kata atau istilah yang terkait dengan tetumbuhan maupun
pepohonan, seperti bagian-bagiannya; akar, dahan, batang, ranting dan
sebagainya, jenis biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain sebagainya.
Yang tersebar dalam 112 ayat dan 47 ayat.
4.
Secara langsung maupun tidak langsung, fungsi dan manfaat
tetumbuhan dan pepohonan ada empat, diantaranya: a) Tumbuhan
sebagai sumber makanan, b) Tumbuhan sebagai obat-obatan, c) Tumbuhan sebagai
penghasil oksigen, dan d) Tetumbuhan dan pepohonan sebagai peresap air.
D.
Analisis
Dalam mengkaji
penulisan makalah tematik ini, secara khusus terasa sangat indah jika ternyata
salah satu bukti keagungan Al-Qur’an telah mengubah paradigma saya ketika suatu
peristiwa di alam semesta ini seluruhnya sudah termuat dalam Al-Qur’anul karim.
Secara umum kemukjizatan-kemukjizatan Al-Qur’an banyak memberikan pengetahuan kepada
umat baik islam maupun non muslim bayak yang dapat digali dari kemukjizatan
Al-quran. Salah satu dari kemukjizatan itu adalah ilmu pertanian yakni botani
dan agronomi, bayak yang dapat digali mulai dari berkebun, bercocok tanam, keadaan
dimana tumbuhan bisa hidup. Al-quran menjelaskan semuanya dalam mukjizatnya
tidak lain adalah untuk dipelajari oleh umat muslim terutama karna Al-qur’an
merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tiada kebohonganya, Dalam ruang
lingkup Al-quran memiliki keutamaan tersendiri sebagai mukjizat yang diturunkan
Allah SWT kepada nabi Muhammad untuk umatnya.
Dari pembahasan tema pertanian
ini, penulis merasa sangat tertarik membahas tentang tetumbuhan dan pepohonan
yang di mana dalam penafsiran A-Qur’an tema ini telah di bahas. Terkait dengan
tetumbuhan maupun pepohonan, seperti bagian-bagiannya telah disebut beberapa
kali dalam Al-Qur’an yaitu; akar, dahan, batang, ranting dan sebagainya, jenis
biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain sebagainya yang tersebar dalam
112 ayat dan 47 ayat..
Tak dapat
dipugkiri bahwa manusia memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan alam,
khususnya tetumbuhan dan juga pepohonan. Akan tetapi pada akhir-akhir ini
pelestarian alam yang semakin lambat tahun semakin rusak karna ulah manusia
sendiri. Dengan mengetahui bahwa kita harusnya memikirkan segala kenikmatan
yang Allah berikan kepada kita dengan mengemban tanggung jawab sebagai penguasa
dimuka bumi ini salah satunya untuk menjaga kelestarian tetumbuhan dan
pepohonan. Dengan demikian bahwa, penulis dapat menarik benang merah yaitu dari
eksistensi tetumbuhan dan pepohonan dalam Al-Qur’an bisa memikirkan segala
anugrah terbesar ini.
Daftar Rujukan
Arie Budiman dkk, 2005, Membaca Gerak Alam Semesta, Bogor:
Pusat Penelitian Biologi-LIPI.
Fakhrurrazi, At-Tafsir al-Kabir, Juz 11, 14, 1995, Beirut: Daru Ihya’ at-Turas al-Arabi.
Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
CV Pustaka Setia, 2001.
Ibnu Asyur, at-Tahir, 1384 H, at-Tahrir wat-Tanwir, Mesir:
‘Isa al-Babi al-Halabi.
Jamaluddin
Husein Mahran, 2002, an-Nabatat fil-Qur’anil Karim, Kairo: Kementrian Wakaf Mesir.
Martopo, S, 1997, Keserasian Makhluk Hidup,
Makalah dalam diskusi Panel Islam dan Lingkungan Hidup, tanggal 19 April 1997.
Muhammad Zaglul an-Najjar, 2007, al-Ard fil-Qur’an, Qatar:
Kementrian Urusan Agama Islam.
Muhirdan, Thesis, 2008, Etika Lingkungan Hidup dalam
Al-qur’an, Yogjakarta: PPS UIN Sunan
Kalijaga.
Musa Asy’ari, 1992, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam
al-Qur’an, Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Pendidikan Islam.
Sayyed Abdul
Sattar al-Mijji, 2005, Ilmu an-Nabat fil-Qur’anil Karim, Kairo:
Al-Hay’ah al-Misriyyah Al-Ammah lil-Kitab.
Shihab, M. Quraish, 2004, Dia di Mana-Mana, Jakarta:
Lentera Hati.
Waryono Abdul Ghafur, 2009, Menyikap Rahasia
Al-Qur’an, Yogyakarta: EL SAQ Press.
Zaglul an-Najjar, 2006, an-Nabat fil-Qur’an,
Kairo: Maktabah as-Suruq.
Yogo Prasetyo, Interaksi Manusia Dengan Alam Sekitar, http://yogoprasetyo.blogspot.com/2012/03/interaksi-manusia-dengan-alam-sekitar.html, Sabtu, 31 Maret 2012.
[1] Muhammad Zaglul an-Najjar, al-Ard fil-Qur’an, Qatar:
Kementrian Urusan Agama Islam, 2007. Hlm.376.
[2] Arie Budiman
dkk, Membaca Gerak Alam Semesta, Bogor: Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
2005. Hlm. 201.
[4]Ibid,
Hlm. 51
[5]Martopo, S,
1997, Keserasian Makhluk Hidup, Makalah dalam diskusi Panel Islam dan
Lingkungan Hidup, tanggal 19 April 1997. Diakses pada tanggal 30 November 2015
pukul 11.24.
[7]Hamdani
Ihsan,Filsafat..., Hlm. 52.
[8] Musa Asy’ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam
al-Qur’an, Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Pendidikan Islam, 1992. Hlm.
36.
[9]Hamdani
Ihsan,Filsafat..., Hlm. 54-58.
[10]Waryono
Abdul Ghafur, Menyikap Rahasia Al-Qur’an, Yogyakarta: EL SAQ Press,
2009. Hlm. 271.
[11]Muhirdan,
Thesis, Etika Lingkungan Hidup dalam Al-qur’an, Yogjakarta: PPS UIN
Sunan Kalijaga, 2008. Hlm. 7-8
[12]Yogo Prasetyo, Interaksi Manusia Dengan Alam Sekitar, http://yogoprasetyo.blogspot.com/2012/03/interaksi-manusia-dengan-alam-sekitar.html, Sabtu, 31 Maret 2012, diakses pada 29 November 2015, pukul 09.43.
[15]Yogo
Prasetyo,
Interaksi Manusia Dengan Alam Sekitar, http://yogoprasetyo.blogspot.com/2012/03/interaksi-manusia-dengan-alam-sekitar.html, Sabtu, 31 Maret
2012, diakses pada 29
November
2015, pukul 09.43.
[16] Jamaluddin
Husein Mahran, an-Nabatat fil-Qur’anil Karim, Kairo: Kementrian Wakaf Mesir, 2002. Hlm 7.
[17] Sayyed Abdul
Sattar al-Mijji, Ilmu an-Nabat fil-Qur’anil Karim, Kairo:
Al-Hay’ah al-Misriyyah Al-Ammah lil-Kitab, 2005. Hlm 18.
[21] Fakhrurrazi, At-Tafsir
al-Kabir, Juz 11, 14 Beirut: Daru Ihya’ at-Turas al-Arabi, 1995.
Hlm. 8, Lihat juga tafsir al-Khazin 6/467, al-Baidawi, 2/189.
[27] Sayyed Abdul
Sattar al-Mijji, Ilmu an-Nabat fil-Qur’anil Karim, Kairo:
Al-Hay’ah al-Misriyyah Al-Ammah lil-Kitab, 2005. Hlm 115.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar