Sabtu, 12 Maret 2016

SIFAT-SIFAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN (DALAM SURAH SURAT THA HA AYAT 10, SURAH AL-NUR AYAT 27 DAN SURAH AL-ZUMAR AYAT 8)



SIFAT-SIFAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
(DALAM SURAH SURAT THA HA AYAT 10, SURAH AL-NUR AYAT 27 DAN SURAH AL-ZUMAR  AYAT 8)
Noor Azmi (15770062)

A.  Pendahuluan
Tafsir merupakan salah satu cara untuk mengetahui makna dalam suatu ayat atau surah dalam al-Qur’an. Tanpa menggunakan tafsir seseorang akan kesulitan dalam mengungkapkan apa yang seharusnya diketahui. Walaupun ada yang berpendapat tanpa melewati tafsir seseorang tidak akan mampu memahami makna terdalam dari al-Qur’an. Kendatipun demikian sebagai manusia tentu makna “otoritatif” adalah hal yang mutlak bagi-Nya mengetahui apa yang disampaikan melalui Kalam-nya yakni al-Qur’an. Namun disisi lain al-Qur;an sendiri memberikan kewenangan bagi pembacanya untuk melakukan sebuah perenungan yang mendalam mengenai pesan-pesan yang disampaikan. Sebagaimana yang diketahui dan diyakini, al-Qur’an diturunkan Allah  sebagai petunjuk dan pembimbing mahluk –mahluk disetiap ruang dan waktu.[1]

PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN



PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Nurul Azizah (1577009)

A.   Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan sumber dari seluruh ajaran Islam sebagai wahyu Allah yang terakhir dan menjadi rahmat, hidayah dan syifa bagi seluruh manusia. Ia diturunkan Allah kepada nabi Muhammad Saw. untuk mengeluarkan  manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.Dan tidak bisa disangkal bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya banyak mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter.
Bahkan Islam merupakan sumber karakter yang universal. Salah satu konsep dasar bahwa Islam adalah sumber akhlak telah dikemukakan sendiri oleh Nabi, berkaitan dengan tugas beliau sebagai seorang utusan Allah “sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”.  Hadits tersebut menunjukan betapa Islam sangat memperhatikan nilai-nilai akhlak. Akhlak memang menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq al-karimah[5].

TAFSIR TEMATIK TENTANG SPIRITUAL



TAFSIR TEMATIK TENTANG SPIRITUAL
Fauzan Tamami (15770017)

A.  Pendahuluan
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa petunjuk yang dibawanya adalah yang paling baik dan paling tepat. Oleh karena itu manusia diperintahkan Tuhan agar memikirkan dan menggali isi Al-Qur’an sehingga hidayah dan pelajaran dapat dipetik darinya. Usaha manusia untuk memahami Al-Qur’an serta menjelaskan makna hukum dan hikmah yang terkandung didalamnya, itu disebut tafsir.[1] Sedangkan cara yang terpikir baik-baik untuk memudahkan pelaksanaan penafsiran tersebut itulah yang kita sebut dengan metodologi.
Metodologi tafsir dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas dan mereflesikan kandungan Al-Qur’an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga menghasilkan suatu karya tafsir yang represensif. Secara historis setiap penafsiran  menggunakan satu atau lebih metode dalam menafsirkan Al-Qur’an. Metode-metode tersebut tergantung kepada kecendrungan dari sudut pandang mufasir, serta latar belakang keilmuan dan aspek-aspek lain yang melingkupinya.

KECERDASAN SPIRITUAL



KECERDASAN SPIRITUAL
Nurisan doloh (15770064)

A.  Pendahuluan
Jika kita amati banyak studi berkaitan dengan intelegensi, studistudi tersebut menghasilkan perkembangan pesat dalam berbagai fungsi dan kontroversi apa yang disebut intelegensi, kecerdasan ataupun quotient. Saat ini pada akhir abad kedua puluh, serangkaian data ilmiah terbaru, yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya “Q” ketiga.Gambaran utuh mengenai perbincangan kecerdasan manusia ini dilengkapi dengan adanya kecerdasan spiritual.Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, dan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam makna yang lebih luas.Sejak lahir manusia memiliki fitrah untuk berkembang sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan fitrah, kecerdasan sudah ada sejak manusia dilahirkan, tetapi yang mewarnai selanjutnya adalah lingkungan dan keluarga.Kecerdasan spiritual adalah sangat fundamental sebagai landasan awal pembentukan generasi. Kecerdasan spiritual seseorang akan memberi pada intelektualnya (IQ) dan emosionalnya (EQ).

HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM AL-QUR’AN DAN TAFSIRNYA



HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM AL-QUR’AN DAN TAFSIRNYA
Abdul Rahim Karim (15770001)

A.  Pendahuluan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dibawa manusia sejak dia lahir dan melekat padanya sebagai pemberiandari Allah SWT dan bersifat bebas(merdeka) sehingga harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh individu, masyarakat dan negara. Hingga saat ini, masalah Hak Asasi Manusia (HAM) masih menjadi sebuah polemik yang tak terselesaikan. HAM seakan-akan menjadi sesuatu yang mahal, yang tidak semua manusia berhak memilikinya. Sejarah mencatat keadaan dunia sebelum datangnya Al-Qur’an, yaitu sering terjadinya tindakan diskriminasi terhadap masyarakat minoritas, kaum perempuaan, dan masyarakat miskin. Contohnya seperti, kebanyakan orang Syria yang menjual anaknya untuk melunasi hutang mereka, disamping itu, disana sering terjadi kedzaliman-kedzaliman penguasa dan perbudakan. Atau juga kebiasaan yang terjadi di bangsa Arab, yang senang mengubur bayi perempuannya secara hidup-hidup, dll.

TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK



TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK
Ahmad Mushollin (15770044)

A.  Pendahuluan
Al-Quran tidak menyatakan secara eksplisit bagaimana sistem politik terwujud. Tetapi ia menegaskan bahwa kekuasaan politik dijanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh. Ini berarti sistem politik terkait dengan kedua faktor tersebut. Pada sisi lain keberadaan sebuah sistem politik terkait pula denganruang dan waktu. Ini berarti ia adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari dimensi kesejarahan. Karena itu lahirnya sistem politik islam harus ditelusuri dari sebuah peristiwa sejarah.
Dalam hal ini peristiwa yang dimaksud adalah baiat atau mubayaah keislaman,sebuah perikatan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada islam sebagai agama.Konsekuensi dari baiat tersebut adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yangyang dikendalikan oleh kekuasaan yang dipegang Rasulullah SAW.
Perkembangan lebih lanjut dari sistem politik tersebut terjadi setelahRasulullah hijrah ke Madinah. Disini sistem politik tersebut memiliki supremasi ataskota Madinah yang ditandai dengan keluarnya Piagam Madinah (1 H).
Rasulullah menjalankan sistem politik tersebut sesuai dengan prinsip-prinsipal-Quran tentang politik. Lalu bagaimanakah konsep dan prinsip politik islam dalam pandangan al-Quran?

PENTINGNYA AIR DALAM PERTANIAN



PENTINGNYA AIR DALAM PERTANIAN
Nishfatul Qomariyah (15770065)

A.  Pendahuluan
Bila kita mengamalkan Al-Quran sebagai usaha kita mengimplementasikan kemakmuran umat,  maka petunjuk-NYA harus kita lihat dan memahami dengan ilmu dan amalan yang sesungguhnya. Petunjuk detil tentang tahap-tahap pemakmuran bumi ini ada seperti yang tertuang dalam surat Yasin ayat 33-35.
Ketika penciptaan bumi dan langit serta bermaksud menciptakan manusia diatas bumi ini, Allah SWT pun lantas menciptakan air didalam bumi yang menjadi sumber penghimpunan manusia dan semua biota yang ada disekitarnya.  Kadang kadang kita terlalu sibuk dengan mencari ilmu di internet, buku, majalah dan sebagainya dan terlupa bahawa di dalam Al Quran terdapat banyak ayat-ayat yang menceritakan hal yang berkaitan pertanian. Ianya berbentuk soalan (yang perlu kita fikirkan), panduan, peringatan dan sebagainya. Kita (petani) perlu mengambil perhatian akan isi Al-Quran yang sungguh lengkap. Cuma kita kita yang sering terlupa.

MEMAKMURKAN BUMI DENGAN PERTANIAN



MEMAKMURKAN BUMI DENGAN PERTANIAN
Hasby Maulidzana Al-Amin (15770051)

A.  Pendahuluan
Al-Qur’an adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim dimanapun berada. Al-Qur’an adalah  sumber hukum bagi umat Islam dalam menjalani amal ibadah kepada Allah SWT. Karena dari al-Qur’an lah kita dapat memahami apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan yang dilarangNya. Al-Qura’n juga adalah sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan. Maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin nabi Muhammad SAW yang membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal-hal gaib dan wawasan yang luar biasa luas yang tidak mungkin seseorang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.

RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN



RESEPTOR NYERI DALAM KESEHATAN MENURUT AL-QUR’AN
Moch. Irfan Ubaidillah (15770023)

A.  Pendahuluan
Manusia diberikan anugerah berupa anatomi tubuh yang begitu sempurna oleh Allah SWT. Mereka juga diberikan kebebasan dalam bertindak maupun berpikir, meskipun ada batasan-batasan tertentu yang membatasinya. Manusia juga diberikan anugerah berupa indera, baik indera penglihatan, peraba, perasa, pendengar dan indera penciuman. Sangat luar biasa ketika manusia bisa menggunakan ke lima inderanya dengan baik dan benar sesuai perintah Allah SWT dan yang telah dicontohkan oleh RasulNya. Sebaliknya, manusia akan merasakan hal yang tidak biasa baik sakit ataupun nyeri pada ke lima anggota inderanya maupun anggota tubuh lainnya jika tidak bisa menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik.

TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN



TAFSIR TEMATIK TENTANG KESEHATAN
Ahmad Alie Faza (15770046)


A.  Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia karena dengan kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan nyaman dan banyak berbuat kebaikan dengan memberi manfaat kepada sesama. Sementara manusia adalah makhluk yang kompleks yang terdiri atas unsur fisik, psikis, sosial dan spiritual, maka manakala seseorang mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan penyembuhan secara menyeluruh.[1] Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan psikis. Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sendiri, tidak kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis adalah substansi imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi, mempunyai daya mengetahui dan menggerakan, kekal dan berada di dunia metafisik.

KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA: TAFSIR PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR AL AZHAR DENGAN TAFSIR AL MARAGHI



KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA: TAFSIR PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR AL AZHAR DENGAN TAFSIR AL MARAGHI

BUDI PRASETYO M. (15770039)

 

A.  Pendahuluan
Al-Qur’an telah memperkenalkan dirinya antara lain sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi umat manusia). Sebagai kitab petunjuk atau kitab keagamaan, ternyata tidak sedikit kita jumpai di dalamnya tentang fenomena-fenomena kealaman atau yang dalam terminologi al-Qur’an biasa disebut sebagai al-ayat al-kauniyah. Salah satu tema yang menyangkut problem keilmuan modern yang diilustrasikan oleh al-Qur’an antara lain fenomena tentang asal-usul kejadian manusia, yaitu yang dalam al-Qur’an ditampilkan sebagai suatu wujud yang berasal dari tanah (QS. Nuh: 17-18; Thaha: 55).[1]
Ayat-ayat senada yang menjelaskan tentang asal-usul manusia dari tanah ini sangat banyak jumlahnya. Adapun term-term yang digunakan al-Qur’an untuk menyebut hal itu, antara lain (1) thurab (QS. 22: 5); (2) thin (QS. 6: 2); (3) thin lazibin (QS. 37: 11); (4) sulalah min thin (QS. 23: 126); (5) shalshal min hamaim masnun (QS. 15: 26); dan sebaginya.

LINGKUNGAN HIDUP PERSEPEKTIF ISLAM



LINGKUNGAN HIDUP PERSEPEKTIF ISLAM
Bambang Baiturrahman (15770072)

A.    Pendahuluan
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini telah sampai pada tahap serius yang mengancam eksistensi planet bumi dan kehidupan para penghuninya. Perlahan tetapi pasti system lingkungan yang menopang kehidupan manusia mengalami kerusakan yang semakin parah. Indikator kerusakan lingkungan yang nampak terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahan seperti banjir, erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kuantitas dan kualitas) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa wilayah negara. Polusi air dan udara, pemanasan global, kerusakan biodiversitas, kepunahan spesies tumbuhan dan hewan serta ledakan hama dan penyakit merupakan gejala lain yang tak kalah seriusnya. Mewabahnya penyakit hewan dan manusia yang mematikan akhir-akhir ini mulai dari demam berdarah, flu burung hingga HIV, juga sebenarnya merupakan akibat dan dampak tidak langsung karena telah terjadinya gangguan keseimbangan dan kerusakan lingkungan fisik maupun non-fisik di permukaan bumi.

MAKNA SABAR DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 45 DAN 153

MAKNA SABAR DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 45 DAN 153
Ely Fitriani (1577012)

A.  Pendahuluan
Problema yang dihadapi manusia di dunia ini sangatlah berbeda-beda. Dalam menghadapi cobaan yang ada, salah satunya yaitu dengan cara bersabar diri. Al-Qur`an adalah petunjuk dan syariat Allah yang sempurna bagi umat manusia, baik yang berkaitan dengan urusan agama maupun yang berkaitan dengan urusan dunia. Allah SWT telah menganjurkannya untuk bersabar, bahwa semua apa yang menimpanya dalam kehidupan di dunia tidak lain cobaan dari Allah SWT banyak mufassir melakukan penafsiran terhadap ayat Al-Qur’an agar permasalahan yang ada di sekitarnya dapat diselesaikan dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Menghadapi hidup ini, setiap manusia tentunya ingin tetap sehat baik lahir maupun batin, sebagai  solusi  mengatasinya  adalah  selalu  sabar  dan  tegar dalam  situasi  dan  kondisi  yang  baik  dan  buruk  dengan  tetap  dilandasi  iman dan  taqwa  pada  Allah  SWT.  Apapun  bentuknya,  baik  itu  berupa  nikmat  atau musibah  hendaknya  diterima  sebagai  karunia  Allah  SWT  yang  wajiB disyukuri  sesuai  dengan  ketentuan  syariat  agama  Islam.

Rabu, 09 Maret 2016

TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMOMI DALAM ISLAM

TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMOMI DALAM ISLAM
Jamal Siregar (15770020)

A.  Pendahuluan
Sejak Manusia dilahirkan dan bergaul, tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan bersama-sama, yaitu setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing. Karena kebutuhan hidup seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Makin luas pergaulan mereka bertambah kuatlah ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu.[1]

TAFSIR MAUDU’I MEMBUDAYAKAN DISKUSI PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH AN-NAHL AYAT 125, SURAH AL-LUQMAN AYAT 13 19, DAN SURAH AL-ANKABUT AYAT 46

TAFSIR MAUDU’I MEMBUDAYAKAN DISKUSI PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH AN-NAHL AYAT 125, SURAH AL-LUQMAN AYAT 13  19, DAN SURAH AL-ANKABUT AYAT 46
Eva Kholisina Ilmatun Nafiah (13771027)

A.  Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa mempelajari al-Qur’an bagi setiap muslim itu adalah hal yang merupakan salah satu aktivitas terpenting. Al-Qur’an adalah kitab yang memancar dirinya aneka ilmu, karena kitab suci itu mendorong untuk melakukan pengamatan dan penelitian dan merupakan kalam Allah swt. yang tiada keraguan didalamnya. Hal ini tentu saja sangat penting artinya bagi umat manusia karena tujuan utama diturunkan kitab suci tersebut adalah untuk menuntun kehidupan manusia ke jalan yang benar yang berujung pada tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mulai dari tuntunan tauhid, syari’ah, kisah teladan, budaya, pengetahuan semesta alam, pendidikan, hingga sosial. Dalam hal ini penulis tertarik untuk membahas tentang budaya yang ilmiah yakni budaya diskusi yang telah membudaya di dunia sosial pelajar hingga mahasiswa maupun umum.

Tasyakuran atau Walimah menurut Al Qur’an Surat Al Ahzab Ayat 53-54

Tasyakuran atau Walimah menurut Al Qur’an Surat Al Ahzab Ayat 53-54
Nur Hidayah (15770018)

A.  Pendahuluan
Menurut Quraish Shihab seorang mahasiswa yang membaca kitab tafsir semacam Tafsir An Nur karya Prof Hasby As Shiddiqie, atau Al Azhar karya Hamka, kemudian berdiri menyampaikan kesimpulan tentang apa yang di bacanya, tidaklah berfungsi menafsirkan ayat. Dengan demikian, syarat yang dimaksud diatas tidak harus dipenuhinya. Tetapi, apabila ia berdiri untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam bidang tafsir, maka apa yang dilakukannya tidak dapat direstui, karena besar kemungkinan ia akan terjerumus kedalam kesalahan-kesalahan yang menyesatkan. Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan kekeliruan dalam penafsiran antara lain adalah:
1.    Subjektifitas mufasir;
2.    Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah;
3.    Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat;
4.    Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat;
5.    Tidak memperhatikan konteks, baik asbabun al nuzul, hubungan antaraayat, amaupun kondisi sosial masyarakat;
6.    Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan ditujukan.
Karena semakin meluasnya ilmu pengetahuan dibutuhkan kerja sama para pakar dalam berbagai disiplin ilmu untuk bersama-sama menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Hal tersebut mengakibatkan adanya batasan-batasan dalam penafsiran Al Qur’an, masih ditemukan pula beberapa pembatasan menyangkut perincian penafsiran, khususnya dalam tiga bidang, yaitu perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan bahasa.

PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM

PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QURAN DALAM
SURAT LUQMAN
Fitriyah (15770019)

A.  Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi  tuntutan masyarakat yang dinamis. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, potensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi paripurna. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut Sistem pendidikan nasional ( SISDIKNAS ) UU RI No Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam aspek skill, kognitif, afektif, psikomotorik, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak sebagai penerus bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan ilmu yang bisa menjadi dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan dengan bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang saling berdiskusi. Sebagaimana dalam surat Luqman kita ketahui, banyak petuah-petuah yang beliau berikan padanya agar menjadi seorang hamba yang baik budi serta iman pada Ilahi.

KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN

KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN
Muhammad Hasan Suryawan (15770006)

A.    Pendahuluan
Pada era ini seringkali kita menemukan siswa yang harus keluar masuk ruang Bimbingan Konseling karena berbagai hal, salah satu diantaranya adalah karena berkata tidak sopan kepada gurunya, seperti yang terjadi di SMU Negeri 4 Tanjung Pinang Riau, dimana empat orang siswa menghina gurunya di facebook dan pada akhirnya mereka ada yang dikeluarkan dari sekolah.[1] begitu pula sebaliknya, ada guru yang dilaporkan ke kantor polisi karena perkataannya yang tidak senonoh. Ada pepatah mengatakan “mulutmu harimaumu” nampaknya pepatah ini sangat relevan dengan kasus tersebut.
Jika dicermati lebih lanjut, ada beberapa hal yang salah dalam proses pembelajaran disini. Guru pada hakikatnya adalah contoh bagi anak didiknya, baik dari segi perkataan maupun perbuatan. Untuk menanggapi kasus diatas, siswa yang disini sebagai seorang yang bersalah tidak bisa disalahkan begitu saja, hal-hal yang menyebabkan siswa tersebut berperilaku demikian juga harus dicermati lebih lanjut.Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia telah banyak mengajarkan kita dalam berbagai hal, termasuk terkait cara berkomunikasi yang baik antara siswa dan guru baik dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.